Bab 4

"Tuan, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik. Akan tetapi medan yang sulit membuat kami tak bisa menyelamatkan Nona Amora. Maaf, Nona Amora kami temukan sudah dalam keadaan meninggal dunia. Karena arus sungai yang sangat deras, kemungkinan besar kepala dan wajah Nona Amora menghantam bebatuan yang dilewatinya. Jadi ... wajahnya sulit untuk di kenali lagi!" ucap seorang petugas tim penyelamat yang baru saja selesai melakukan tugas.

Rasanya detik itu juga Bern seperti terjatuh ke dalam lubang gelap yang sangat luar biasa dalam. Sungguh, dia tak bisa menerima kenyataan kalau Amora telah tiada. Padahal kemarin mereka masih tertawa dan sarapan bersama, tapi kenapa sekarang mereka bisa berada di dunia yang berbeda? Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?

Siang kemarin saat Bern sedang sibuk di perusahaan, dia tiba-tiba menerima kabar kalau Amora telah di dorong jatuh dari lantai dua rumahnya oleh Karl. Untuk memastikan kebenaran dari kabar tersebut, Bern segera memeriksa CCTV yang ada di rumahnya. Namun karena saat itu posisi Karl dan Amora sedikit terhalang tembok, Bern tak bisa melihat dengan jelas apakah mereka sedang bertengkar atau sedang berbincang seperti biasa. Hingga tak lama setelahnya Amora tiba-tiba jatuh ke bawah dalam kondisi membelakangi. Sedangkan Karl, Karl hanya berdiri diam tanpa ada pergerakan sedikitpun. Adiknya seakan acuh membiarkan Amora terjatuh di hadapannya.

Kalut, Bern tak mau lagi menonton rekaman itu. Dia berlari meninggalkan perusahaan seperti orang gila. Tanpa mempedulikan jalanan yang sedang ramai, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat luar biasa tinggi. Tujuan Bern adalah rumah. Dia ingin segera menyelamatkan Amora. Namun begitu Bern sampai di rumah, hanya ada Karl di sana. Bern murka, itu sudah pasti. Tanpa babibu lagi dia langsung menghajarnya habis-habisan, tak peduli lagi akan hubungan persaudaraan di antara mereka berdua. Tapi ternyata Tuhan tak cukup sampai di sana dalam menyakiti perasaan Bern. Seorang penjaga datang melerai kemudian melaporkan kalau adiknya, Flow, yang sedang dalam perjalanan membawa Amora ke rumah sakit, mengalami kecelakaan tunggal yang mana membuat mobil terperosok masuk ke dalam sungai. Dan hari ini, hari kedua setelah kecelakaan itu terjadi Bern harus menerima kenyataan pahit kalau gadis yang sangat di cintainya itu telah meninggal dunia. Amoranya pergi dengan membawa seluruh cinta yang pernah Bern beri.

Hosshh hosshh

Bern terbangun setelah mimpi buruk tiga tahun lalu muncul di dalam tidurnya. Dengan nafas yang terengah-engah, dia mengambil air minum di atas meja kemudian meneguknya hingga habis tak bersisa. Setelah itu Bern menyandar ke kepala ranjang sambil dia mengelap keringat yang membanjir di wajah.

"Amora," ....

Ingatan Bern melayang pada kejadian setelah polisi dan dokter menyatakan kalau Amora murni meninggal karena kecelakaan. Menolak untuk menerima, Bern mengusulkan untuk melakukan tes DNA. Entah mengapa benaknya berkata kalau mayat yang di temukan itu bukan Amora, melainkan wanita yang hampir mirip dengannya. Hal itu Bern yakini karena dia tak melihat adanya luka bekas siksaan di tubuh mayat tersebut. Karenanya dia ngotot memaksa Tuan Kendra melakukan tes. Akhirnya setelah terjadi keributan yang cukup besar di rumah sakit, Tuan Kendra bersedia melakukan. Pada detik itu Bern sangat amat berharap kalau Tuhan akan memberikan keajaiban dengan tidak menunjukkan hasil positif pada hasil tes. Namun, harapan tetaplah harapan di mana Tuhan adalah sebaik-baik penentu. Hasil tes DNA menyatakan bahwa benar kalau mayat itu adalah Amora Shin, putri bungsu Tuan Kendra Shin.

"Amora, entah kau benar meninggal atau tidak, aku akan tetap menganggapmu hidup. Cinta kita masih begitu hangat terasa, dan aku yakin kaupun merasakan hal yang sama juga seperti yang kurasakan sekarang," gumam Bern sembari mengelus dada. Rasanya sakit sekali ketika mengenang kenyataan pahit tiga tahun lalu. Dada Bern seperti tertusuk duri yang sangat runcing. "Sayang, karena aku sudah kembali ke kota ini nanti siang aku akan menguatkan hati untuk pergi mengunjungimu. Tapi kau jangan khawatir. Siapapun yang berada di dalam makam itu aku akan tetap menganggapmu masih hidup. Kau selalu ada bersamaku, di sini, di dalam hatiku!"

Setelah berkata demikian Bern memutuskan untuk mandi saja. Kebetulan jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dia akan bersiap keluar guna membeli bunga yang akan di bawa ke pemakaman.

Sementara itu di kediaman keluarga Goh, terlihat Justin yang sedang merengek mengganggu ibunya. Bocah menggemaskan itu tak henti bergelayut di kaki, tak membiarkan sang ibu keluar dari dalam kamar.

"Justin, kau kenapa sih. Ibu ingin membantu bibi pengasuh menyiapkan sarapan untukmu. Tolong biarkan Ibu keluar sebentar ya, Nak?" bujuk Renata merasa heran akan sikap putranya yang tiba-tiba rewel.

Justin kenapa ya. Tidak biasanya dia melarangku keluar dari kamar. Apa jangan-jangan dia sedang tidak enak badan?

"Ibu, Ibu di sini saja. Justin masih mengantuk," rengek Justin menghiba.

"Mengantuk?"

Renata mengerutkan kening. Dia bertambah semakin heran saja mendengar pengakuan putranya barusan. Di hari-hari biasa Justin selalu bangun di jam lima pagi, dan belum pernah sekalipun Renata melihatnya rewel seperti ini. Sungguh.

"Ibu, di mana ayah Justin? Kapan ayah akan datang dan bermain bersama kita?"

Deg deg deg

Lagi, debaran itu datang lagi begitu Justin menyinggung tentang sosok ayahnya. Berusaha untuk tenang, Renata dengan penuh kelembutan mengangkat Justin ke dalam gendongannya. Setelah itu Renata membawanya kembali berbaring di ranjang. Anak ini sepertinya sedang gelisah.

"Sayang, boleh Ibu bertanya?"

Justin menganggukkan kepala. Manik hitam legam itu menatap seksama pada mata sang ibu.

"Justin bahagia tidak tinggal bersama Ibu, Nenek Nandira dan juga Kakek Max? Oh, bersama bibi pengasuh juga. Justin bahagia tidak?" tanya Renata sembari menoel ujung hidung putranya yang sangat mancung. Dan entah kenapa Renata suka sekali melakukan hal tersebut. Semacam ada bayangan aneh di mana dia melihat ada seorang pria yang suka menoel ujung hidungnya saat akan tidur.

"Bahagia, Ibu. Ibu baik, Nenek Nandira juga baik. Lalu Kakek Max suka sekali membelikan mainan untuk Justin. Kalau bibi pengasuh ... umm, Justin tidak suka. Bibi pengasuh sering memaksa Justin untuk makan. Justin tidak mau. Bibi pengasuh galak," jawab Justin menyebutkan satu-persatu alasan dia bahagia bersama dengan orang yang dimaksud oleh sang ibu.

Renata terkekeh. Perkataan yang keluar dari mulut anak kecil biasanya adalah sebuah kejujuran. Dan alasan kenapa Justin kurang menyukai bibi pengasuhnya adalah karena anak ini sangat sulit ketika diminta untuk makan. Makanya kadang-kadang bibi pengasuh mengomel karena khawatir Justin akan jatuh sakit jika tak makan. Mungkin jika itu terjadi pada anak-anak lain, ibu mereka pasti tidak akan terima anaknya di marahi oleh pengasuh. Tapi Renata, selagi tidak memukul maka dia bisa maklum. Lagipula menghadapi anak yang susah makan merupakan uji kesabaran paling tinggi di tahta para pengasuh. Dan Renata juga mengalami hal tersebut. Makanya dia tidak bisa marah.

"Justin, nanti sepulang sekolah kau mau tidak pergi jalan-jalan dengan Ibu? Kita sudah lama tidak menonton film, dan kebetulan hari ini Ibu tidak sedang bekerja. Kita pergi jalan-jalan ya?" ucap Renata tak mau membiarkan putranya merasa sedih karena tak punya ayah. Jadi dia memutuskan untuk tidak pergi bekerja demi membuat hati putranya merasa bahagia.

"Jalan-jalan?"

"Iya. Justin mau, kan?"

"Mau mau mau. Yeyyyy, jalan-jalan dengan Ibu Renata. Yeyyy!"

Kegirangan akan di ajak pergi jalan-jalan, Justin langsung bangun kemudian melompat-lompat di atas ranjang sambil berteriak kencang sekali. Renata yang melihat hal itupun tak kuasa untuk tidak tertawa. Dia membiarkan saja putranya terus seperti itu dengan harapan kegelisahan yang dirasa oleh Justin bisa segera terlupakan.

Maafkan Ibu ya, Nak. Maaf karena Ibu tidak bisa memberikan keluarga yang lengkap untukmu. Maaf....

***

Terpopuler

Comments

Eunike Alysia

Eunike Alysia

ada yang tahu anak2nya ini pada punya kemampuan apa enggak ya apa cuma karl doang yang bisa baca pikiran

2024-03-29

1

Rehan Balqis

Rehan Balqis

saya yakin itu anaknya bern deh ....

2023-03-01

2

ria sufi

ria sufi

lanjutkan

2023-03-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!