"Tuan, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik. Akan tetapi medan yang sulit membuat kami tak bisa menyelamatkan Nona Amora. Maaf, Nona Amora kami temukan sudah dalam keadaan meninggal dunia. Karena arus sungai yang sangat deras, kemungkinan besar kepala dan wajah Nona Amora menghantam bebatuan yang dilewatinya. Jadi ... wajahnya sulit untuk di kenali lagi!" ucap seorang petugas tim penyelamat yang baru saja selesai melakukan tugas.
Rasanya detik itu juga Bern seperti terjatuh ke dalam lubang gelap yang sangat luar biasa dalam. Sungguh, dia tak bisa menerima kenyataan kalau Amora telah tiada. Padahal kemarin mereka masih tertawa dan sarapan bersama, tapi kenapa sekarang mereka bisa berada di dunia yang berbeda? Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Siang kemarin saat Bern sedang sibuk di perusahaan, dia tiba-tiba menerima kabar kalau Amora telah di dorong jatuh dari lantai dua rumahnya oleh Karl. Untuk memastikan kebenaran dari kabar tersebut, Bern segera memeriksa CCTV yang ada di rumahnya. Namun karena saat itu posisi Karl dan Amora sedikit terhalang tembok, Bern tak bisa melihat dengan jelas apakah mereka sedang bertengkar atau sedang berbincang seperti biasa. Hingga tak lama setelahnya Amora tiba-tiba jatuh ke bawah dalam kondisi membelakangi. Sedangkan Karl, Karl hanya berdiri diam tanpa ada pergerakan sedikitpun. Adiknya seakan acuh membiarkan Amora terjatuh di hadapannya.
Kalut, Bern tak mau lagi menonton rekaman itu. Dia berlari meninggalkan perusahaan seperti orang gila. Tanpa mempedulikan jalanan yang sedang ramai, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat luar biasa tinggi. Tujuan Bern adalah rumah. Dia ingin segera menyelamatkan Amora. Namun begitu Bern sampai di rumah, hanya ada Karl di sana. Bern murka, itu sudah pasti. Tanpa babibu lagi dia langsung menghajarnya habis-habisan, tak peduli lagi akan hubungan persaudaraan di antara mereka berdua. Tapi ternyata Tuhan tak cukup sampai di sana dalam menyakiti perasaan Bern. Seorang penjaga datang melerai kemudian melaporkan kalau adiknya, Flow, yang sedang dalam perjalanan membawa Amora ke rumah sakit, mengalami kecelakaan tunggal yang mana membuat mobil terperosok masuk ke dalam sungai. Dan hari ini, hari kedua setelah kecelakaan itu terjadi Bern harus menerima kenyataan pahit kalau gadis yang sangat di cintainya itu telah meninggal dunia. Amoranya pergi dengan membawa seluruh cinta yang pernah Bern beri.
Hosshh hosshh
Bern terbangun setelah mimpi buruk tiga tahun lalu muncul di dalam tidurnya. Dengan nafas yang terengah-engah, dia mengambil air minum di atas meja kemudian meneguknya hingga habis tak bersisa. Setelah itu Bern menyandar ke kepala ranjang sambil dia mengelap keringat yang membanjir di wajah.
"Amora," ....
Ingatan Bern melayang pada kejadian setelah polisi dan dokter menyatakan kalau Amora murni meninggal karena kecelakaan. Menolak untuk menerima, Bern mengusulkan untuk melakukan tes DNA. Entah mengapa benaknya berkata kalau mayat yang di temukan itu bukan Amora, melainkan wanita yang hampir mirip dengannya. Hal itu Bern yakini karena dia tak melihat adanya luka bekas siksaan di tubuh mayat tersebut. Karenanya dia ngotot memaksa Tuan Kendra melakukan tes. Akhirnya setelah terjadi keributan yang cukup besar di rumah sakit, Tuan Kendra bersedia melakukan. Pada detik itu Bern sangat amat berharap kalau Tuhan akan memberikan keajaiban dengan tidak menunjukkan hasil positif pada hasil tes. Namun, harapan tetaplah harapan di mana Tuhan adalah sebaik-baik penentu. Hasil tes DNA menyatakan bahwa benar kalau mayat itu adalah Amora Shin, putri bungsu Tuan Kendra Shin.
"Amora, entah kau benar meninggal atau tidak, aku akan tetap menganggapmu hidup. Cinta kita masih begitu hangat terasa, dan aku yakin kaupun merasakan hal yang sama juga seperti yang kurasakan sekarang," gumam Bern sembari mengelus dada. Rasanya sakit sekali ketika mengenang kenyataan pahit tiga tahun lalu. Dada Bern seperti tertusuk duri yang sangat runcing. "Sayang, karena aku sudah kembali ke kota ini nanti siang aku akan menguatkan hati untuk pergi mengunjungimu. Tapi kau jangan khawatir. Siapapun yang berada di dalam makam itu aku akan tetap menganggapmu masih hidup. Kau selalu ada bersamaku, di sini, di dalam hatiku!"
Setelah berkata demikian Bern memutuskan untuk mandi saja. Kebetulan jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dia akan bersiap keluar guna membeli bunga yang akan di bawa ke pemakaman.
Sementara itu di kediaman keluarga Goh, terlihat Justin yang sedang merengek mengganggu ibunya. Bocah menggemaskan itu tak henti bergelayut di kaki, tak membiarkan sang ibu keluar dari dalam kamar.
"Justin, kau kenapa sih. Ibu ingin membantu bibi pengasuh menyiapkan sarapan untukmu. Tolong biarkan Ibu keluar sebentar ya, Nak?" bujuk Renata merasa heran akan sikap putranya yang tiba-tiba rewel.
Justin kenapa ya. Tidak biasanya dia melarangku keluar dari kamar. Apa jangan-jangan dia sedang tidak enak badan?
"Ibu, Ibu di sini saja. Justin masih mengantuk," rengek Justin menghiba.
"Mengantuk?"
Renata mengerutkan kening. Dia bertambah semakin heran saja mendengar pengakuan putranya barusan. Di hari-hari biasa Justin selalu bangun di jam lima pagi, dan belum pernah sekalipun Renata melihatnya rewel seperti ini. Sungguh.
"Ibu, di mana ayah Justin? Kapan ayah akan datang dan bermain bersama kita?"
Deg deg deg
Lagi, debaran itu datang lagi begitu Justin menyinggung tentang sosok ayahnya. Berusaha untuk tenang, Renata dengan penuh kelembutan mengangkat Justin ke dalam gendongannya. Setelah itu Renata membawanya kembali berbaring di ranjang. Anak ini sepertinya sedang gelisah.
"Sayang, boleh Ibu bertanya?"
Justin menganggukkan kepala. Manik hitam legam itu menatap seksama pada mata sang ibu.
"Justin bahagia tidak tinggal bersama Ibu, Nenek Nandira dan juga Kakek Max? Oh, bersama bibi pengasuh juga. Justin bahagia tidak?" tanya Renata sembari menoel ujung hidung putranya yang sangat mancung. Dan entah kenapa Renata suka sekali melakukan hal tersebut. Semacam ada bayangan aneh di mana dia melihat ada seorang pria yang suka menoel ujung hidungnya saat akan tidur.
"Bahagia, Ibu. Ibu baik, Nenek Nandira juga baik. Lalu Kakek Max suka sekali membelikan mainan untuk Justin. Kalau bibi pengasuh ... umm, Justin tidak suka. Bibi pengasuh sering memaksa Justin untuk makan. Justin tidak mau. Bibi pengasuh galak," jawab Justin menyebutkan satu-persatu alasan dia bahagia bersama dengan orang yang dimaksud oleh sang ibu.
Renata terkekeh. Perkataan yang keluar dari mulut anak kecil biasanya adalah sebuah kejujuran. Dan alasan kenapa Justin kurang menyukai bibi pengasuhnya adalah karena anak ini sangat sulit ketika diminta untuk makan. Makanya kadang-kadang bibi pengasuh mengomel karena khawatir Justin akan jatuh sakit jika tak makan. Mungkin jika itu terjadi pada anak-anak lain, ibu mereka pasti tidak akan terima anaknya di marahi oleh pengasuh. Tapi Renata, selagi tidak memukul maka dia bisa maklum. Lagipula menghadapi anak yang susah makan merupakan uji kesabaran paling tinggi di tahta para pengasuh. Dan Renata juga mengalami hal tersebut. Makanya dia tidak bisa marah.
"Justin, nanti sepulang sekolah kau mau tidak pergi jalan-jalan dengan Ibu? Kita sudah lama tidak menonton film, dan kebetulan hari ini Ibu tidak sedang bekerja. Kita pergi jalan-jalan ya?" ucap Renata tak mau membiarkan putranya merasa sedih karena tak punya ayah. Jadi dia memutuskan untuk tidak pergi bekerja demi membuat hati putranya merasa bahagia.
"Jalan-jalan?"
"Iya. Justin mau, kan?"
"Mau mau mau. Yeyyyy, jalan-jalan dengan Ibu Renata. Yeyyy!"
Kegirangan akan di ajak pergi jalan-jalan, Justin langsung bangun kemudian melompat-lompat di atas ranjang sambil berteriak kencang sekali. Renata yang melihat hal itupun tak kuasa untuk tidak tertawa. Dia membiarkan saja putranya terus seperti itu dengan harapan kegelisahan yang dirasa oleh Justin bisa segera terlupakan.
Maafkan Ibu ya, Nak. Maaf karena Ibu tidak bisa memberikan keluarga yang lengkap untukmu. Maaf....
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Eunike Alysia
ada yang tahu anak2nya ini pada punya kemampuan apa enggak ya apa cuma karl doang yang bisa baca pikiran
2024-03-29
1
Rehan Balqis
saya yakin itu anaknya bern deh ....
2023-03-01
2
ria sufi
lanjutkan
2023-03-01
0