Bab 2

"Cheerrssss!"

Reiden, Cio, Andreas dan juga Bern mengangkat gelas mereka ke atas sebelum sama-sama meneguk habis minuman milik mereka. Begitu mendapat kabar kalau Bern telah kembali, Cio dan Reiden bergegas pergi menghampiri. Karena pribadi mereka yang urakan dan juga terkenal sebagai pria-pria pemuas ranjang, Reiden dan Cio datang dengan membawa alkohol yang sangat luar biasa banyak. Awalnya mereka juga membawa beberapa wanita dengan pakaian yang sangat luar biasa seksi, tapi begitu melihat tampang Bern yang seperti akan menelan mereka, dengan sangat terpaksa wanita seksi itu di pulangkan ke ranjang apartemen milik mereka. Menyebalkan sekali, bukan?

"Akhirnya setelah tiga tahun kita bisa berkumpul lagi seperti dulu. Aku benar-benar sangat merindukanmu, Bern!" ucap Cio sambil tersenyum lebar. Lebar sekali, sampai membuat pria di sebelahnya bergidik geli.

"Jangan tersenyum seperti itu. Kau membuatku mual!" ejek Bern. Dia bicara tanpa menunjukkan reaksi apapun di wajahnya. Dingin, juga datar.

"Cihhh, aku pikir setelah tinggal di negara bule kau sudah merubah cara berpikirmu. Ternyata sama saja. Kau masih beruang kutub yang sangat menjengkelkan, Bern. Huh!"

Bern tersenyum tipis. Dia lalu mengisi gelasnya dengan minuman, menyesapnya perlahan sambil memikirkan sesuatu.

Dulu kami kemana-mana selalu bertujuh. Meski sebentar lagi Oliver dan Russel akan segera datang, mereka tidak akan bisa membuat formasi kembali lengkap. Karl, haruskah aku mengundangnya juga? Tapi apa aku siap? Bagaimana jika aku tak bisa mengendalikan diri kemudian menyerangnya? Bukankah itu akan menyakiti perasaan banyak orang?

"Jangan melamun di tengah-tengah suasana happy begini, Bern. Buang jauh-jauh semua kesedihan yang membelenggu hatimu. Bersenang-senanglah. Oke?" bisik Andreas sambil menyikut lengan Bern.

"Hanya merasa tidak lengkap saja, Yas." Bern menyahut lirih.

"Apa kau ingin aku mengundangnya?"

"Tidak usah. Biarkan seperti ini dulu. Tunggu setelah aku siap, aku akan pergi menemuinya sendiri."

"Good. Aku tahu kau bukan pecundang. Pertahankan!"

Andreas tertawa saat Bern meninju lengannya kuat. Hingga tak berapa lama kemudian bel apartemen berbunyi. Tahu siapa yang datang, Andreas segera beranjak untuk membukanya. Dia lalu menarik nafas panjang saat mendapati dua orang pria yang sedang saling melayangkan tatapan tajam.

"Ayolah, kawan. Bern baru saja kembali ke negara ini. Simpan dulu ego dan emosi kalian. Bisa?" tegur Andreas jengah melihat pertikaian antara Oliver dan Russel yang tak kunjung usai.

"Kalau aku tahu pengkhianat ini juga di undang, aku tidak akan sudi datang kemari, Yas. Menghirup udara yang sama dengannya membuatku merasa mual!" sahut Oliver dengan sengitnya.

"Kau pikir aku suka berada di tempat yang ada kau di dalamnya?" Russel mencibir penuh ejek. "Aku seribu kali lebih tak sudi kalau kau mau tahu!"

Heran karena Andreas tak kunjung kembali setelah membuka pintu, Bern memutuskan untuk pergi menghampiri. Dia tak mempedulikan kelakuan Reiden dan Cio yang sedang bernyanyi menggunakan suara mereka yang terdengar seperti katak sedang menjemput ajal. Menjijikkan, tapi mereka adalah sepupunya sendiri. Hmmm.

"Ada apa ini?"

Perdebatan antara Oliver dan Russel langsung terhenti begitu mereka mendengar suara dingin milik Bern. Segera keduanya memasang tampang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Bern, apa kabar?"

Oliver yang pertama kali menyapa. Dia menabrak bahu Russel saat akan masuk kemudian memeluk sepupunya yang baru saja kembali dari luar negeri. Sungguh merindu. Terbiasa bersama-sama sejak kecil, membuat Oliver benar-benar sangat merindukan si beruang kutub ini. Rasanya seperti mimpi bisa memeluknya kembali seperti sekarang. Sungguh.

"Apa kau berniat meremukkan tubuhku, Oliver?" tegur Bern merasa sesak saat Oliver memeluknya dengan sangat erat.

"Upp, sorry." Oliver mengurai pelukan. "Kapan kau pulang? Flow tahu tidak mengenai kepulanganmu?"

"Lebih baik kau jangan memberitahunya dulu. Bukankah dia masih belum bisa mengingat masa lalunya? Mungkin saja dia sudah lupa siapa aku. Iya, kan?" jawab Bern berusaha untuk tidak menampilkan ekpresi sedih.

Hening. Russel langsung memalingkan muka ke arah lain saat Oliver meliriknya tajam. Dia sudah bisa menebak apa yang akan di katakan oleh pria ini.

"Ingatan Flow memang belum kembali, Bern. Dan sayangnya ada seseorang yang berusaha mengambil kesempatan itu untuk merusak hubunganku dengan adikmu. Orang ini dengan tidak tahu malunya berdiri di tengah-tengah hubungan kami. Lucu sekali, bukan?" sindir Oliver.

"Kau bicara apa, Oliver? Siapa orang yang kau maksud?"

"Ekhmmm Oliver. Kita berkumpul di sini adalah untuk bersenang-senang. Jadi bisakah jangan memancing keributan dulu? Biarkan sepupu kita istirahat sejenak dan menikmati kebersamaan yang sudah dilewatkannya selama tiga tahun terakhir. Bisa?" lerai Andreas langsung menengahi saat suasana mulai memanas. Dia tidak akan membiarkan ketenangan Bern terganggu gara-gara permasalahan yang terjadi antara Oliver dengan Russel.

"Aku setuju denganmu, Yas," sahut Russel santai. Dia berjalan menghampiri Bern kemudian memeluknya sebentar. "Senang bisa berjumpa kembali denganmu, Bern. Walau jijik mengakuinya, aku akan tetap bilang kalau aku sedikit merindukanmu."

"Permisi, aku mau muntah dulu."

Bern melenggang masuk setelah mendengar perkataan Russel. Dia kemudian menggelengkan kepala melihat Reiden yang sudah melepas kemejanya. Sedangkan Cio, begundal itu kini sedang melakukan panggilan video bersama seorang wanita. Luar biasa sekali mereka. Huh.

"Ingat, kalau kalian sampai berani membuat masalah, percayalah. Aku akan mencekoki kalian sampai mabuk kemudian membuang kalian di pinggir hutan. Mau?" ancam Andreas sambil menarik kerah belakang baju dua sepupunya yang bersiap akan masuk.

"Tergantung. Kalau pengkhianat ini tak memprovokasi lebih dulu, aku mungkin bisa bertahan sampai akhir," sahut Oliver enggan untuk berdamai meski hanya sejenak. Dia tak sudi melakukannya.

"Aku bukan pecundang yang tidak punya malu. Kau tenang saja, Yas. Malam ini aku tidak akan membiarkan Bern tahu kalau Flow dan aku ....

"Diam kau, keparat!"

Russel kicep. Dia kemudian mengangguk setelah di semprot oleh Andreas. Setelah itu mereka bertiga sama-sama menghampiri Bern yang sedang duduk sambil memijit pinggiran kepalanya.

"Yas, sejak kapan Reiden dan Cio jadi seperti ini? Mereka mabok lem apa bagaimana?" tanya Oliver syok melihat keadaan dua pria yang masing-masing sudah teler karena terlalu banyak meminum alkohol.

"Biarkan saja mereka mau apa. Selama tidak mati, kita tidak perlu menghentikannya. Kalian kan tahu sendiri kalau Cio dan Reiden selalu bertingkah seperti orang kurang waras jika sudah berada di bawah pengaruh minuman alkohol. Cueki saja!" sahut Andreas santai. Dia lalu tertawa kencang saat Cio naik ke atas meja kemudian menari seperti dewi ular. Kalau saja Paman Junio dan Bibi Patricia melihat kelakuan putra semata wayang mereka, Andreas berani menjamin kalau Cio pasti akan langsung di coret dari daftar ahli waris di keluarga mereka. Hahaha.

"Apa aku bergabung saja ya dengan mereka? Kebetulan otakku juga sedang bergejolak setelah tadi melihat ada bajingan yang mengajak calon istriku makan malam bersama!"

"Oliver, jangan mulai!" Andreas kembali menegur. Benar-benar ya anak satu ini.

"Cihhh!"

Walaupun terkesan tak menggubris, Bern sebenarnya sadar ada yang tidak beres dengan hubungan Russel dengan Oliver. Apa mungkin di tiga tahun kepergiannya ada masalah besar yang terjadi di antara mereka? Tapi apa? Dan kenapa juga sejak tadi Oliver seperti sedang menyindir Russel yang mana itu berhubungan dengan adiknya? Russel tidak mungkin merebut Flowrence dari Oliver, kan?

"Mau minum?"

Russel menyodorkan segelas vodka pada Bern. Dia lalu mengangkat gelasnya ke atas. "Cherss?"

"Aku perlu penjelasan darimu, Russel," sahut Bern sebelum menerima vodka pemberian Russel. Dia lalu menempelkan gelas mereka hingga terdengar bunyi berdenting yang cukup nyaring. "Cherrss!"

Di balik kegilaan Cio, Reiden dan juga Oliver, ada ketegangan kuat yang muncul di diri Bern dan Russel. Tapi karena Andreas begitu pintar mencairkan suasana, sampai semua orang tergeletak karena mabuk suasana bisa aman terkendali. Sungguh sekumpulan sepupu yang sangat heboh sekali, bukan? Dan inilah awal kisah Bern akan dimulai.

***

Terpopuler

Comments

linamaulina18

linamaulina18

Russel am flow kan sepupu g blh dng punya hub

2023-03-29

0

epifania rendo

epifania rendo

dasar russel

2023-03-01

1

Asih Ningsih

Asih Ningsih

kira2 flow ingatannya bisa kembali dgn normal enggak ya mak.

2023-02-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!