"Cheerrssss!"
Reiden, Cio, Andreas dan juga Bern mengangkat gelas mereka ke atas sebelum sama-sama meneguk habis minuman milik mereka. Begitu mendapat kabar kalau Bern telah kembali, Cio dan Reiden bergegas pergi menghampiri. Karena pribadi mereka yang urakan dan juga terkenal sebagai pria-pria pemuas ranjang, Reiden dan Cio datang dengan membawa alkohol yang sangat luar biasa banyak. Awalnya mereka juga membawa beberapa wanita dengan pakaian yang sangat luar biasa seksi, tapi begitu melihat tampang Bern yang seperti akan menelan mereka, dengan sangat terpaksa wanita seksi itu di pulangkan ke ranjang apartemen milik mereka. Menyebalkan sekali, bukan?
"Akhirnya setelah tiga tahun kita bisa berkumpul lagi seperti dulu. Aku benar-benar sangat merindukanmu, Bern!" ucap Cio sambil tersenyum lebar. Lebar sekali, sampai membuat pria di sebelahnya bergidik geli.
"Jangan tersenyum seperti itu. Kau membuatku mual!" ejek Bern. Dia bicara tanpa menunjukkan reaksi apapun di wajahnya. Dingin, juga datar.
"Cihhh, aku pikir setelah tinggal di negara bule kau sudah merubah cara berpikirmu. Ternyata sama saja. Kau masih beruang kutub yang sangat menjengkelkan, Bern. Huh!"
Bern tersenyum tipis. Dia lalu mengisi gelasnya dengan minuman, menyesapnya perlahan sambil memikirkan sesuatu.
Dulu kami kemana-mana selalu bertujuh. Meski sebentar lagi Oliver dan Russel akan segera datang, mereka tidak akan bisa membuat formasi kembali lengkap. Karl, haruskah aku mengundangnya juga? Tapi apa aku siap? Bagaimana jika aku tak bisa mengendalikan diri kemudian menyerangnya? Bukankah itu akan menyakiti perasaan banyak orang?
"Jangan melamun di tengah-tengah suasana happy begini, Bern. Buang jauh-jauh semua kesedihan yang membelenggu hatimu. Bersenang-senanglah. Oke?" bisik Andreas sambil menyikut lengan Bern.
"Hanya merasa tidak lengkap saja, Yas." Bern menyahut lirih.
"Apa kau ingin aku mengundangnya?"
"Tidak usah. Biarkan seperti ini dulu. Tunggu setelah aku siap, aku akan pergi menemuinya sendiri."
"Good. Aku tahu kau bukan pecundang. Pertahankan!"
Andreas tertawa saat Bern meninju lengannya kuat. Hingga tak berapa lama kemudian bel apartemen berbunyi. Tahu siapa yang datang, Andreas segera beranjak untuk membukanya. Dia lalu menarik nafas panjang saat mendapati dua orang pria yang sedang saling melayangkan tatapan tajam.
"Ayolah, kawan. Bern baru saja kembali ke negara ini. Simpan dulu ego dan emosi kalian. Bisa?" tegur Andreas jengah melihat pertikaian antara Oliver dan Russel yang tak kunjung usai.
"Kalau aku tahu pengkhianat ini juga di undang, aku tidak akan sudi datang kemari, Yas. Menghirup udara yang sama dengannya membuatku merasa mual!" sahut Oliver dengan sengitnya.
"Kau pikir aku suka berada di tempat yang ada kau di dalamnya?" Russel mencibir penuh ejek. "Aku seribu kali lebih tak sudi kalau kau mau tahu!"
Heran karena Andreas tak kunjung kembali setelah membuka pintu, Bern memutuskan untuk pergi menghampiri. Dia tak mempedulikan kelakuan Reiden dan Cio yang sedang bernyanyi menggunakan suara mereka yang terdengar seperti katak sedang menjemput ajal. Menjijikkan, tapi mereka adalah sepupunya sendiri. Hmmm.
"Ada apa ini?"
Perdebatan antara Oliver dan Russel langsung terhenti begitu mereka mendengar suara dingin milik Bern. Segera keduanya memasang tampang seperti tidak terjadi apa-apa.
"Bern, apa kabar?"
Oliver yang pertama kali menyapa. Dia menabrak bahu Russel saat akan masuk kemudian memeluk sepupunya yang baru saja kembali dari luar negeri. Sungguh merindu. Terbiasa bersama-sama sejak kecil, membuat Oliver benar-benar sangat merindukan si beruang kutub ini. Rasanya seperti mimpi bisa memeluknya kembali seperti sekarang. Sungguh.
"Apa kau berniat meremukkan tubuhku, Oliver?" tegur Bern merasa sesak saat Oliver memeluknya dengan sangat erat.
"Upp, sorry." Oliver mengurai pelukan. "Kapan kau pulang? Flow tahu tidak mengenai kepulanganmu?"
"Lebih baik kau jangan memberitahunya dulu. Bukankah dia masih belum bisa mengingat masa lalunya? Mungkin saja dia sudah lupa siapa aku. Iya, kan?" jawab Bern berusaha untuk tidak menampilkan ekpresi sedih.
Hening. Russel langsung memalingkan muka ke arah lain saat Oliver meliriknya tajam. Dia sudah bisa menebak apa yang akan di katakan oleh pria ini.
"Ingatan Flow memang belum kembali, Bern. Dan sayangnya ada seseorang yang berusaha mengambil kesempatan itu untuk merusak hubunganku dengan adikmu. Orang ini dengan tidak tahu malunya berdiri di tengah-tengah hubungan kami. Lucu sekali, bukan?" sindir Oliver.
"Kau bicara apa, Oliver? Siapa orang yang kau maksud?"
"Ekhmmm Oliver. Kita berkumpul di sini adalah untuk bersenang-senang. Jadi bisakah jangan memancing keributan dulu? Biarkan sepupu kita istirahat sejenak dan menikmati kebersamaan yang sudah dilewatkannya selama tiga tahun terakhir. Bisa?" lerai Andreas langsung menengahi saat suasana mulai memanas. Dia tidak akan membiarkan ketenangan Bern terganggu gara-gara permasalahan yang terjadi antara Oliver dengan Russel.
"Aku setuju denganmu, Yas," sahut Russel santai. Dia berjalan menghampiri Bern kemudian memeluknya sebentar. "Senang bisa berjumpa kembali denganmu, Bern. Walau jijik mengakuinya, aku akan tetap bilang kalau aku sedikit merindukanmu."
"Permisi, aku mau muntah dulu."
Bern melenggang masuk setelah mendengar perkataan Russel. Dia kemudian menggelengkan kepala melihat Reiden yang sudah melepas kemejanya. Sedangkan Cio, begundal itu kini sedang melakukan panggilan video bersama seorang wanita. Luar biasa sekali mereka. Huh.
"Ingat, kalau kalian sampai berani membuat masalah, percayalah. Aku akan mencekoki kalian sampai mabuk kemudian membuang kalian di pinggir hutan. Mau?" ancam Andreas sambil menarik kerah belakang baju dua sepupunya yang bersiap akan masuk.
"Tergantung. Kalau pengkhianat ini tak memprovokasi lebih dulu, aku mungkin bisa bertahan sampai akhir," sahut Oliver enggan untuk berdamai meski hanya sejenak. Dia tak sudi melakukannya.
"Aku bukan pecundang yang tidak punya malu. Kau tenang saja, Yas. Malam ini aku tidak akan membiarkan Bern tahu kalau Flow dan aku ....
"Diam kau, keparat!"
Russel kicep. Dia kemudian mengangguk setelah di semprot oleh Andreas. Setelah itu mereka bertiga sama-sama menghampiri Bern yang sedang duduk sambil memijit pinggiran kepalanya.
"Yas, sejak kapan Reiden dan Cio jadi seperti ini? Mereka mabok lem apa bagaimana?" tanya Oliver syok melihat keadaan dua pria yang masing-masing sudah teler karena terlalu banyak meminum alkohol.
"Biarkan saja mereka mau apa. Selama tidak mati, kita tidak perlu menghentikannya. Kalian kan tahu sendiri kalau Cio dan Reiden selalu bertingkah seperti orang kurang waras jika sudah berada di bawah pengaruh minuman alkohol. Cueki saja!" sahut Andreas santai. Dia lalu tertawa kencang saat Cio naik ke atas meja kemudian menari seperti dewi ular. Kalau saja Paman Junio dan Bibi Patricia melihat kelakuan putra semata wayang mereka, Andreas berani menjamin kalau Cio pasti akan langsung di coret dari daftar ahli waris di keluarga mereka. Hahaha.
"Apa aku bergabung saja ya dengan mereka? Kebetulan otakku juga sedang bergejolak setelah tadi melihat ada bajingan yang mengajak calon istriku makan malam bersama!"
"Oliver, jangan mulai!" Andreas kembali menegur. Benar-benar ya anak satu ini.
"Cihhh!"
Walaupun terkesan tak menggubris, Bern sebenarnya sadar ada yang tidak beres dengan hubungan Russel dengan Oliver. Apa mungkin di tiga tahun kepergiannya ada masalah besar yang terjadi di antara mereka? Tapi apa? Dan kenapa juga sejak tadi Oliver seperti sedang menyindir Russel yang mana itu berhubungan dengan adiknya? Russel tidak mungkin merebut Flowrence dari Oliver, kan?
"Mau minum?"
Russel menyodorkan segelas vodka pada Bern. Dia lalu mengangkat gelasnya ke atas. "Cherss?"
"Aku perlu penjelasan darimu, Russel," sahut Bern sebelum menerima vodka pemberian Russel. Dia lalu menempelkan gelas mereka hingga terdengar bunyi berdenting yang cukup nyaring. "Cherrss!"
Di balik kegilaan Cio, Reiden dan juga Oliver, ada ketegangan kuat yang muncul di diri Bern dan Russel. Tapi karena Andreas begitu pintar mencairkan suasana, sampai semua orang tergeletak karena mabuk suasana bisa aman terkendali. Sungguh sekumpulan sepupu yang sangat heboh sekali, bukan? Dan inilah awal kisah Bern akan dimulai.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
linamaulina18
Russel am flow kan sepupu g blh dng punya hub
2023-03-29
0
epifania rendo
dasar russel
2023-03-01
1
Asih Ningsih
kira2 flow ingatannya bisa kembali dgn normal enggak ya mak.
2023-02-08
0