Bab 3

Tak tak tak

"Ibu," ....

Renata menoleh. Dia kemudian tersenyum saat mendapati bocah laki-laki kecil berusia tiga tahun sedang berlari kencang ke arahnya. Bocah kecil itu bernama Justin Goh, putra kesayangannya. Melihat Justin yang berlari semakin kencang, Renata segera berjongkok kemudian merentangkan kedua tangan. Dan ....

"Hap, kau tertangkap, sayang," ucap Renata. Dia membelai rambut Justin kemudian menciumnya penuh sayang. "Kenapa berlarian, hem? Kalau jatuh bagaimana?"

"Ibu, aku tidak mau makan. Tidak mau," jawab Justin sambil menutup mulut. Dia lalu membenamkan wajahnya ke bahu sang ibu ketika melihat bibi pengasuh datang mendekat. Justin tahu kalau wanita itu pasti akan kembali membujuknya seperti tadi.

Jari Renata memberi kode pada pengasuh agar jangan membujuk putranya lagi. Dia lalu mengulurkan tangan, meminta mangkuk yang masih terisi penuh oleh makanan. Seminggu yang lalu Justin tiba-tiba demam tinggi. Dan hal ini menyebabkan nafsu makan anaknya turun drastis. Sebagai seorang ibu, Renata jelas sangat paham akan kesulitan bibi pengasuh yang kepayahan membujuk putranya. Jadi dia memilih untuk menyuapinya sendiri. Walau lelah, tapi Renata suka melakukannya.

Oya, perkenalkan. Namanya Renata Goh, putri tunggal dari pasangan Max dan Nandira Goh. Tiga tahun lalu Renata mengalami kecelakaan mobil yang mana membuatnya hanyut di sungai. Dari kecelakaan itu Renata kehilangan semua ingatannya. Ayah dan ibunya sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk memulihkan ingatan tersebut, tapi hasilnya nihil. Pada akhirnya semua orang menyerah dan memilih untuk tidak lagi mempermasalahkan kondisinya. Apalagi setelah kecelakaan itu terjadi Renata di ketahui sedang hamil. Jadilah pengobatan terpaksa di hentikan karena khawatir akan berdampak pada janin yang ada di dalam perutnya.

"Sayang, hei. Lihat Ibu, Nak," bujuk Renata dengan lembut.

Justin mendongak. Dia mengerjapkan mata, lalu menutup mulutnya dengan rapat begitu melihat kalau mangkuk makanan itu sudah berpindah ke tangan ibunya. Dia tetap tidak mau makan.

"Justin tahu tidak kenapa nyamuk itu suka menggigit manusia?"

"Karena dia lapar." Dengan polosnya Justin menjawab.

"Benar sekali. Nyamuk menggigit manusia karena mereka merasa lapar. Kenapa mereka lapar? Karena ibu nyamuk tidak punya tangan untuk menyuapi dan memasak makanan yang enak. Berbeda dengan Justin," ucap Renata dengan sangat sabar mencoba membujuk. "Justin punya bibi pengasuh, Ibu, juga Kakek dan Nenek. Kira-kira Justin mau tidak berubah menjadi nyamuk kemudian menggigit manusia karena merasa lapar?"

Dengan cepat Justin menggelengkan kepala hingga membuat rambutnya yang sedikit gondrong bergoyang kesana kemari. Hal lucu itu membuat para pelayanan terkekeh gemas. Renata yang melihat tingkah lucu putranya pun ikut merasa gemas. Dia lalu menciumnya.

"Kalau Justin tidak mau menjadi seperti nyamuk, berarti Justin apa?"

"Harus makan," jawab Justin seraya menampilkan mimik wajah pasrah. Di dalam kepalanya tengah berkecamuk pemikiran polos akan dirinya yang tiba-tiba berubah menjadi seekor nyamuk karena menolak untuk makan. Justin takut sekali.

"Anak pintar. Sekarang makan ya?"

"Iya, Ibu."

Dari kejauhan terlihat Nandira yang sedang tersenyum memperhatikan interaksi antara anak dan cucunya. Pemandangan hangat tersebut tanpa sadar membuat matanya berkaca-kaca. Nandira teringat akan kesulitan yang di hadapi oleh putrinya yang terpaksa harus melahirkan Justin tanpa sosok seorang suami. Bukan tak bertanggung jawab, hanya saja waktu Renata kembali dari luar negeri, putrinya itu mengalami kecelakaan hebat yang mana membuatnya hilang ingatan. Hal itulah yang menyebabkan Nandira dan Max kesulitan untuk mencari tahu siapa ayah dari bayi tersebut. Namun pada akhirnya mereka sepakat untuk menerima Justin tanpa mempedulikan lagi siapa ayah biologisnya. Biar saja. Karena bagi Max dan Nandira, kebahagiaan Renata dan juga Justin adalah yang paling utama. Mereka juga masa bodo terhadap penilaian orang. Dan pemandangan hangat inilah yang selalu menghiasi hari-hari Nandira sekarang.

"Ibu, apa nyamuk mempunyai ayah?" tanya Justin sambil mengunyah makanan. Dia menggoyangkan kepala ke kanan dan ke kiri sembari menunggu ibunya menjawab.

"Tentu saja nyamuk mempunyai ayah, sayang. Kenapa memangnya," jawab Renata. Dia lalu mencubit gemas pipi putranya yang terlihat semakin gembul.

"Lalu ayahnya Justin mana?"

Deg deg deg

Selalu, selalu seperti ini setiap kali Justin menanyakan tentang keberadaan ayahnya. Dada Renata berdebar kuat, kadang juga terasa sesak. Dia tidak tahu kenapa reaksi seperti ini bisa muncul saat Justin mempertanyakan hal tersebut. Renata bingung.

"Nyamuk punya ayah dan ibu nyamuk, tapi kenapa Justin cuma punya Ibu Renata? Apa Ayah Justin masih menjadi nyamuk?"

"Umm itu ...

Renata tergagap. Dia bingung harus menjawab apa. Dan ketika Renata sedang kebingungan, sebuah suara membuatnya bisa menarik nafas lega. Ayahnya, si pahlawan super, muncul sambil menenteng mainan di tangannya.

"Siapa bilang ayah Justin masih menjadi nyamuk? Lihat, ayah Justin ada di sini," ucap Max dengan begitu percaya diri membusungkan dada. Dia kemudian berjongkok sambil memamerkan mainan yang di bawanya. "Ayo anak Ayah Max yang paling tampan, lihat apa yang Ayah bawa."

Justin diam tak bergeming. Dia heran kenapa kakeknya tiba-tiba mengaku sebagai ayahnya.

"Sayang, ayo sana cepat peluk Kakek Max. Jangan lupa katakan terima kasih karena sudah membelikan mainan," ucap Renata membujuk putranya untuk segera menghampiri ayahnya.

"Jadi itu Ayah Max atau Kakek Max, Ibu? Justin jadi bingung," keluh Justin sambil mengerucutkan bibir.

"Sama saja, sayang. Kakek Max dan Ayah Max, kedua-keduanya sangat menyayangi Justin. Jadi jangan bingung lagi ya. Atau jangan-jangan Justin tidak mau ya mengambil mainan itu? Ya sudah, kalau tidak mau Ibu akan meminta bibi pengasuh untuk mengambilnya. Bibi pengasuh, Justin tidak mau mainan ....

Belum juga Renata menyelesaikan perkataannya, Justin sudah lebih dulu berlari ke pelukan kakeknya. Renata tertawa, dia kemudian berdiri.

"Ughh, cucu Kakek Max yang paling tampan. Sudah selesai belum makannya?" tanya Max sembari menciumi pipi gembul cucunya. Dia terkekeh saat Justin menutup mulutnya karena merasa risih.

"Kakek, jangan menciumi terus. Nanti kalau pipi Justin kempes bagaimana?" protes Justin sembari memasang ekpresi kesal di wajahnya.

"Ya kalau kempes tinggal di pompa saja. Beres, kan?" sahut Max jahil.

"Di pompa?"

"Jangan dengarkan apa kata Kakekmu, Justin. Itu tidak benar."

Nandira segera menjewer kupingnya Max yang baru saja mengatakan hal aneh pada cucunya. Dia lalu mendelikkan mata saat suaminya ini ingin melakukan protes.

"Sudah tahu Justin kita sangat pintar, masih saja kau mengatakan hal-hal yang aneh. Kalau dia sampai penasaran lalu diam-diam mencaritahu dan melakukan bagaimana? Apa tidak masuk angin dia jika pipinya benar-benar di pompa? Kau ini!" omel Nandira kesal.

"Ya biarkan saja. Justin ini laki-laki, sayang. Biarkan saja dia merasakan sakit. Itu lumrah kok," sahut Max tak mau kalah. Dia kemudian menangkup wajah montok cucunya. "Justin adalah cucu Kakek yang tidak takut sakit. Justin anak hebat dan juga kuat. Benar, kan?"

"Benar, Kakek. Ibu juga bilang kalau Justin adalah anak yang hebat dan juga kuat. Bahkan Justin jauh lebih hebat dari nyamuk yang suka menggigit orang. Justin anak hebat. Yeyyyy!"

Max, Nandira, Renata, dan juga para pelayan sama-sama tergelak mendengar celotehan Justin yang menyebut dirinya jauh lebih hebat dari nyamuk. Setelah itu mereka semua tertawa riuh saat bocah tiga tahun itu kembali berceloteh mengeluarkan kata-kata yang sangat menggelitik hati.

Justin anak kesayangan Ibu. Teruslah tersenyum seperti ini ya, Nak. Maaf karena sampai sekarang Ibu masih belum tahu siapa Ayahmu. Tapi tenang saja, Ibu janji suatu saat Ibu pasti akan menemukan keberadaan Ayahmu. Ibu berjanji, Nak ....

***

Terpopuler

Comments

Suryani Malelak Wenyi

Suryani Malelak Wenyi

Renata dan Amora orang yg sama..iyakan Thor?

2023-08-14

0

linamaulina18

linamaulina18

ayahmu masih bersembunyi

2023-03-29

0

linamaulina18

linamaulina18

berarti cucu nya iel n elea dng si justin

2023-03-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!