19. Rumah Mertua (Mulai Menerima)

Keesokkan harinya...

Tak terasa kini hari pun telah menjelang pagi.

"Na? Sayang? Bangun! Ayo kita sholat Subuh terlebih dahulu, sebelum matahari terbit dan meninggi."

Kini sayup-sayup terdengar suara Kak Raga dengan lembut membanggakan ku.

"Engghh!! apakah sudah pagi?" tanyaku sambil menggeliat.

Perlahan aku pun membuka mata, lalu mengerjap-ngerjapkannya.

"Iya, Sayang. Sekarang sudah Subuh, jadi cepatlah bersihkan dirimu terlebih dahulu! Emn, apa perlu aku membantumu?" goda Kak Raga sambil tersenyum lebar.

"Benarkah? apakah aku tidur sangat lama malam ini?" tanyaku sambil membelalakkan mata.

Dengan senyum manisnya, kini Kak Raga menganggukkan kepala.

"Astaghfirullah! benarkah?" seruku sambil bangkit dari ranjang.

Kak Raga yang melihat tingkah ku, kini hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Aku pun bergegas untuk menunju ke dalam kamar mandi, kemudian segera membersihkan diriku, lalu menunaikan kewajiban ku sebagai umat Muslim.

Tak ingin membuang-buang waktu, dengan cepat aku pun segera mengambil air wudhu dan bergegas untuk keluar.

*Ceklek!*

Saat pintu terbuka, kini mataku pun menyapu seluruh ruangan untuk mencari keberadaan Kak Raga.

Dan saat aku melihat ke arah kiri, Kak Raga pun sudah menyiapkan perlengkapan Sholat ku, sajadah yang sudah terbentang dan mukenah yang sudah tertata rapi di atasnya.

Aku pun segera menghampiri Kak Raga, lalu memakai mukenah yang telah di sediakan oleh suamiku. 'Ah, apa baru saja aku mengatakan "suami"?' batinku.

"Maaf, Kak! jika Kakak menunggu lama." ucapku dengan seulas senyum tipis.

"Iya, tidak apa-apa. Apakah sekarang sudah siap?" tanyanya dengan suara lembutnya.

"Iya, Kak." ucapku dengan suara mantap.

Kemudian Kak Raga pun mulai mengimami sholat Subuh ku.

Diawali dengan Takbir, kemudian dilanjutkan dengan bacaan sholat lainnya, hingga saatnya tiba Kak Raga membaca Surat Alfatihah dan Surat pendek lainnya.

Kini hatiku terasa sangat tenang dan damai saat mendengar lantunan ayat suci Al-Quran, yang Kak Raga bacakan di setiap gerakan Sholat.

Tak terasa kini Salam pun sebagai penutup Sholat Subuh kami. Sejenak kami pun menengadahkan tangan kami, berdo'a dan meminta pengampunan kepada Sang Pencinta ( ALLAH SWT).

Setelah selesai, kini Kak Raga membalikkan badannya lalu menyentuh lembut puncak kepalaku, kemudian membacakan do'a untukku dan aku pun mengAaminkannya.

Kemudian aku pun mengulurkan tanganku untuk mencium tangan Kak Raga dengan khidmat. Karena aku tau, saat seorang istri mendapatkan ridho dari seorang suami maka keberkahan akan selalu bersamanya.

"Na?" panggil Kak Raga dengan suara lembutnya.

"Hem, iya Kak." sahutku sambil menoleh ke arahnya.

"Bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?" tanya Kak Raga dengan hati-hati.

Aku pun tersenyum saat mendengar pertanyaan darinya.

"Silahkan, Kak." jawabku dengan seulas senyum tipis.

Kemudian kedua tangan Kak Raga menangkup kedua pipiku.

"Na, apakah sampai saat ini kamu belum ada perasaan apapun kepadaku?" tanya Kak Raga dengan tatapan yang penuh arti.

*Degh!*

'Bagaimana ini? apakah aku harus menjawabnya dengan jujur atau harus berpura-pura lagi? Ya Allah bantu aku! aku benar-benar bingung saat ini. Jujur saja, aku sudah mulai merasa nyaman saat berada di dekat Kak Raga,' gumamku dalam hati.

Dengan sangat hati-hati, aku pun menganggukinya.

"Benarkah, Na? Alhamdulillah! Terimakasih, Sayang. Ternyata penantian ku selama ini tidak sia-sia. Aku benar-benar sangat bahagia saat ini." seru Kak Raga dengan penuh kasih sayang.

Dengan gerakan cepat, kini Kak Raga pun mengecup lembut keningku secara berulang-ulang. Hingga mataku terpejam, karena menikmati dan merasakan sebuah kenyamanan dari Kak Raga.

Kemudian Kak Raga pun menarik ku ke dalam pelukannya.

'MasyaALLAH! benar-benar sangat nyaman dan damai saat berada di dalam pelukan seseorang yang sudah menghalalkan kita!' gumamku dalam hati sambil bersyukur kepada Allah SWT.

"Terimakasih, Na. Karena kamu sudah mulai menerima ku dan pernikahan ini. Aku janji! Aku akan selalu berusaha untuk membuatmu bahagia dan menjagamu sepenuh hatiku. Dan yang paling penting, aku akan selalu setia menjaga hati ini hanya untukmu, Sayang." ujar Kak Raga dengan penuh kasih sayang.

Aku pun menganggukkan kepalaku, kemudian semakin membenamkan wajahku di dadanya.

Kini aroma maskulin pun menyeruak masuk ke dalam hidungku, dan membuatku semakin nyaman.

"Emn, bolehkah aku menanyakan satu hal lagi, Sayang?" tanya Kak Raga lagi.

Perlahan aku pun menarik tubuhku dari pelukan Kak Raga, kemudian aku pun mendongakkan kepalaku hingga tatapan mata kami saling bertemu.

"Iya, Kak. Apa ada sesuatu lagi?" tanyaku dengan hati-hati.

"Apakah kamu sudah mulai mengingatku? emn, maksud ku mengingat semua masa lalu kita saat masih kecil?" tanya Kak Raga dengan penuh harap.

*Degh!*

Kini mataku pun membola sempurna, saat mendengar pertanyaan itu keluar dari bibirnya.

'Apakah aku harus jujur sekarang? apakah ini adalah waktu yang tepat? Ya Allah, mengapa hari pertama di rumah mertua aku harus membuka semua rahasia?' gumamku dalam hati.

Dengan ragu-ragu aku pun mengucapkan Basmalah di dalam hati. 'Bismillahirohmannirohiim, tolong bantu aku, Ya Allah!' seruku dalam hati.

"Emn, apakah aku harus mengatakan semuanya dengan jujur hari ini, Kak?" tanyaku dengan ragu-ragu.

Dengan senyuman manisnya, kini Kak Raga menatap lekat wajahku. Hingga aku pun merasa teduh akan tatapan darinya.

"Jika kamu tidak merasa keberatan, aku ingin mendengar semua kejujuran mu saat ini, Sayang. Meskipun aku harus mendengar sebuah kejujuran yang terasa sangat pahit pun, aku sudah mempersiapkan diriku." ucapnya dengan suara lembutnya.

Dengan ragu-ragu, aku pun mulai membuka suara ku untuk menjelaskan semuanya. Termasuk kepura-puraan ku setelah tragedi yang menimpaku, hingga aku harus di rawat di Rumah Sakit beberapa Minggu yang lalu.

"Baiklah. Aku akan mengatakan semuanya dengan jujur kepada Kak Raga, akan tetapi aku ingin Kak Raga berjanji terlebih dahulu kepadaku, jika setelah mendengar kejujuran ku Kakak tidak akan marah kepadaku." pintaku kepada Kak Raga.

Kemudian Kak Raga menganggukkan kepalanya dengan mantap.

"Iya, Sayang. Aku janji! Meskipun nanti ada sebuah kebohongan yang sengaja kamu lakukan, aku tidak akan marah kepadamu, Na." ujar Kak Raga dengan penuh kasih sayang.

Sebelum memulai berbicara, kini aku pun menghela napas panjang terlebih dahulu.

"Kak? Sebelumnya Nadhine ingin meminta maaf kepada Kak Raga dan semuanya. Jujur saja, setelah benturan di pelipis Nadhine yang cukup keras. Perlahan Nadhine mulai mengingat semua kejadian di masa kecil kita, akan tetapi Nadhine sengaja berpura-pura untuk menguji kesabaran Kak Raga dalam menghadapi sikapku. A-aku benar-benar minta maaf, Kak! Aku memang bersalah, karena telah membohongi kalian semua dan tidak jujur lebih awal. Semua itu aku lakukan, karena aku benar-benar ingin tau. Sejauh mana perasaan Kak Raga kepada Nadhine, dan sesabar apa Kak Raga untuk menunggu Nadhine. Maafkan Nadhine, Kak!" jelasku sambil menundukkan kepalaku.

Tes... Tes... Tes...

Kini buliran bening mulai menetes dan membasahi pipiku.

Akan tetapi, perlahan tangan Kak Raga dengan lembut daguku ke atas kembali.

"Mengapa sekarang kamu menangis? Hem? aku sama sekali tidak marah, Sayang. Karena aku sebenarnya juga sudah tau akan hal ini, dari cara dan sikap kamu yang perlahan kembali seperti dulu. Terlihat sangat lucu dan menggemaskan sekali. Jadi...." kini Kak Raga menggantungkan ucapannya.

"Jadi?" tanyaku dengan suara parau.

"Jadi apakah kamu sudah mulai menerimaku sebagai suamimu, dan kamu juga sudah membuka hatimu untukku saat ini, Sayang?" tanya Kak Raga dengan suara lembutnya.

Dengan cepat aku pun menganggukkan kepalaku dengan mantap.

"Alhamdulillah! Terimakasih, Sayang!" serunya sambil menarik ku kembali ke dalam pelukannya.

"Iya, Kak. Nadhine juga berterimakasih kepada Kak Raga, karena Kakak masih sabar dan kuat menghadapi sikap Nadhine yang melewati batas kesabaran. Maafkan Nadhine ya, Kak?" ucapku dengan suara parau.

"Iya, Sayang. Aku pasti akan selalu memaafkan mu, sebelum kamu meminta maaf." ucap Kak Raga dengan suara lembutnya.

"Sudah ya! jangan menangis lagi. Hapus air matanya dulu dong, nanti kalau kelamaan nangis jadi tembem loh matanya," goda Kak Raga sambil terkekeh.

Aku pun langsung memukul pelan dada bidangnya, kemudian Kak Raga berpura-pura mengaduh.

"Aduh! Sayang? sudah mulai berani ya sekarang? apakah kamu mencoba untuk menggoda ku? dan apa kamu juga sudah siap untuk ku makan?" godanya lagi.

Lalu aku pun mendelik, dan memberikan tatapan tajam kepada Kak Raga.

"Jangan coba macam-macam ya, Kak! Nadhine memang sudah menerima Kakak, akan tetapi belum untuk yang satu itu!" seruku sambil bergeser mundur.

"Hahaha, iya iya. Aku tau itu, Sayang. Aku pasti akan sabar untuk menunggu mu siap terlebih dahulu, hingga kamu dengan suka rela memberikan hak itu kepadaku." ucapnya sambil terkekeh.

"Dasar, Dosen Mesum!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!