15. Kekonyolan di Pagi Hari

Keesokan harinya...

Sayup-sayup terdengar suara seseorang yang memanggilku. Lalu aku mencoba untuk membuka mataku yang masih terasa sangat lengket. Entah aku semalam tidur jam berapa, pagi ini aku seperti enggan untuk membuka mata.

"Na, Nana?"

Kini terdengar seseorang kembali memanggilku lagi, sambil mengguncang-guncangkan tubuhku secara perlahan.

"Nana Sayang?"

Kini aku pun menggeliat untuk merenggangkan otot-otot ku yang terasa kaku.

"Emmmhh, iya. Sebentar." ucapku dengan suara parau khas orang bangun tidur.

"Jam berapa sih ini? Sebentar lagi ya? Masih terasa ngantuk sekali." ucapku sambil menarik selimut kembali hingga menutupi wajahku.

"Ini sudah Subuh, Na."

Kini aku pun langsung membuka mata lebar-lebar, lalu membuka selimut yang menutupi wajahku, lalu aku pun langsung bergegas bangun dari tidurku. Dan.....

"Aaaaaaaaaa... Kak Raga! Ngapain di sini?" teriakku dengan kencang, hingga terdengar menggema di dalam kamarku.

Kini Kak Raga pun mengernyit dahinya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, mungkin karena merasa heran dengan tingkahku.

"Aku? Disini?" tanya Kak Raga kepadaku.

Aku pun menganggukkan kepalaku sambil menyandarkan tubuhku di sisi ranjang.

"Apa kamu lupa, Na? Kemarin kita menikah dan sudah resmi menjadi sepasang suami-istri. Kamu melupakan itu?" tanyanya sambil terkekeh.

"Hah?"

Aku pun terkejut, lalu mencoba mengingat kembali kejadian kemarin saat Ijab Qobul telah diucapkan oleh Kak Raga.

"Hehehe, maaf Kak! Nadhine lupa," ucapku sambil tersenyum lebar kepada Kak Raga.

Kak Raga pun hanya tersenyum saat melihat tingkah konyolku. Malu? Pasti. Sangat sangat memalukan.

Karena aku sendiri dengan konyolnya meneriaki suamiku sendiri.

"Lupa? baru juga kemarin aku mengucapkan Ijab Qobul itu, Na. Masa iya cepat sekali lupanya?" ucap Kak Raga sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya maaf, Kak! habisnya Nadhine kan baru aja bangun tidur, ya wajarlah kalau lupa. Nyawa aja belum terkumpul semua," ucapku sambil bersungut-sungut.

"Ya ya ya, ya sudah, cepatlah bangun! Lalu bersihkan dirimu terlebih dahulu, kemudian kita Sholat berjama'ah. Yang lain sudah menunggumu, Na." ucap Kak Raga dengan suara lembutnya.

"Baiklah. Tunggu sebentar, Kak! Aku tidak akan lama." ucapku kemudian beranjak dan berlari untuk masuk ke dalam kamar mandi.

"Jangan berlari nanti jat-" ucap Kak Raga yang mencoba memperingatkan aku.

*Brugh!*

*Aarrgh!*

"Kan sudah kubilang, jangan berlari nanti jatuh!" ucap Kak Raga sambil berjalan mendekati ku.

"Duh! Dasar bangku! Mengapa kamu di situ sih?" gerutuku.

"Jangan menyalahkan bangkunya,Na! Kamu sendiri yang tidak berhati-hati." ucap Kak Raga.

Aku yang mendengar ucapannya hanya mengerucutkan bibirku.

"Sakit?" tanyanya.

"Sakitlah. Lihat nih sampai membiru seperti itu kan! Pas mengenai tulang kering lagi. Aarrgh! Sial banget sih aku pagi ini!" gerutuku sambil memegangi kakiku yang membiru.

Kak Raga yang melihatku menggerutu, kini dengan sigap langsung menarik tubuhku ke dalam gendongannya.

"Aaaahh! Kak Raga! Apa-apaan sih? Main gendong-gendong aja?" seruku karena terkejut dengan gerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh Kak Raga. Lalu aku pun mengalungkan kedua tanganku ke lehernya.

"Ya sudah, aku turunkan lagi ya? Kamu yakin bisa berjalan sendiri?" tanya Kak Raga kepadaku.

Aku pun langsung membenamkan wajahku di dada bidangnya. Karena merasa sangat malu dengan tingkah konyolku pagi ini.

Aku yang mendengar pertanyaan darinya, hanya menggelengkan kepalaku.

"Yasudah, aku bantu masuk ke kamar mandi ya? Kamu bisa mandi sendiri 'kan, Na? Atau perlu aku bantu untuk mandi juga?" tanya Kak Raga sambil menggodaku.

Aku pun langsung mengangkat wajahku, lalu memberikan tatapan tajam kepadanya.

"Kak Raga!" pekikku.

"Nana!" serunya.

"Jangan keras-keras dong! Telinga ku masih normal kok! Pelan aja aku juga sudah mendengarnya," protes Kak Raga kepadaku.

"Makanya jangan ngadi-ngadi ya, Kak!" ucapku sambil mengerucutkan bibirku.

"Nah, sudah. Aku tinggal keluar dulu, kalau kamu butuh bantuan lagi, panggil saja aku!" ucapnya dengan suara lembutnya.

"Siap Komandan!" ucapku sambil memberikan tanda hormat kepada Kak Raga.

Kak Raga pun terkekeh saat melihat tingkahku, lalu dia pun bergegas pergi meninggalkan ku di dalam kamar mandi sendiri.

'Huh, benar-benar konyol!' rutukku dalam hati.

Setelah selesai mandi, aku pun kebingungan saat mencari handuk. Dengan langkah kaki tertatih-tatih aku pun mondar-mandir mencari benda tersebut. Dan setelah aku mengingatnya, aku pun tersadar jika aku lupa membawa handukku karena insiden memalukan tadi.

"Argh! Benar-benar sial aku pagi ini. Bangun tidur berteriak keras sekali, jatuh karena bangku, dan sekarang mandi pun handuk juga ketinggalan. Astaghfirullah, Nadhine! mengapa setelah menikah kamu menjadi pikun seperti ini sih!" rutukku pada diriku sendiri.

"Masa iya, aku harus memanggil Kak Raga untuk mengambilkan handukku. Tetapi jika tidak meminta tolong kepadanya, lalu bagaimana sekarang? Argh! Benar-benar menyebalkan!" gerutuku.

Akhirnya mau tidak mau, aku harus meminta tolong kepada Kak Raga lagi. Karena tidak mungkin aku keluar memakai pakaian yang sama seperti tadi.

"Kak Raga? apa Kakak masih di dalam kamar?" tanyaku dari dalam kamar mandi.

Tetapi hening, seperti tidak ada siapapun di sana.

"Kaak Raagaaaaa!" seruku dengan kencangnya.

Masih hening, tanpa ada tanda-tanda adanya kehidupan di sana.

"Ah, Kak Raga! katanya mau nungguin Nadhine di dalam kamar. Tapi mengapa saat aku memanggilnya dia sama sekali tidak menyahut. Huh!" gerutuku samb menahan rasa dingin yang kini menyelinap masuk ke dalam pori-pori ku.

"Uh! dingin sekali. Kalau aku tetap berdiam diri di sini, lama-lama waktu Sholat Subuh akan habis." gumamku.

Lalu aku pun mencoba untuk melihat ke arah ke luar, perlahan ku tekan handle pintu.

*Ceklek!*

Perlahan ku buka pintu sedikit demi sedikit, pertama kepalaku pun menyembul keluar untuk memastikan bahwa keadaan aman. Akan tetapi....

"Aaaaaaaa.... Kak Raga!" seruku dengan kencangnya.

Aku pun langsung kembali menutup pintu, lalu menguncinya.

*Brakk!*

Berapa terkejutnya aku, saat mendapati Kak Raga berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada, sambi menenteng handukku.

"Na?" panggil Kak Raga.

"Apa?" sahutku dengan nada ketus.

"Cepatlah! Ini handukmu! mengapa lama sekali? kasian yang lain terlalu lama menunggumu. Waktu Subuh juga sebentar lagi hampir habis. Jadi cepatlah!" ucapnya dari balik ambang pintu.

"Oke! tapi tolong balik badan dulu, Kak!" pintaku.

"Iya, iya. Cepatlah, Nana Sayang!" seru Kak Raga.

Aku pun kembali membuka kunci dan pintu.

*Ceklek!*

Perlahan aku membuka pintu kembali, saat aku melihat ternyata Kak Raga menuruti permintaanku.

Aku pun bergegas untuk meraih handuk itu, lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi.

"Terimakasih, Kak!" seruku dari dalam kamar mandi.

"Kak Raga sekarang boleh keluar terlebih dahulu! aku mau keluar dan ganti baju, soalnya tadi aku lupa juga membawa baju ganti ke sini!" seruku lagi.

"Baiklah, Sayang! Cepatlah! kami semua menunggumu!" serunya, lalu kini terdengar suara langkah kaki yang mulai menjauh. Sayup-sayup terdengar pula suara pintu di buka lalu di tutup kembali.

Akhirnya aku pun bergegas untuk keluar dari kamar mandi, lalu bersiap untuk melaksanakan Sholat Subuh berjama'ah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!