9. Rencana Pernikahan

Ini adalah hari kelima dan terakhir ku di Rumah Sakit ini, sungguh benar-benar sangat membosankan. Karena setiap hari harus meminum obat-obatan, dan mendapatkan suntikan melalui selang infus. Sangat menyedihkan bukan?

Ya, memang kenyataannya seperti itu, sangat memuakkan.

"Alhamdulillah, Sayang. Akhirnya kamu pulang ke rumah juga, Nak," ucap Ibu dengan rona wajah bahagia.

"Iya, Bu. Alhamdulillah!" seruku.

"Aku sudah benar-benar jenuh dan bosan berada di Rumah Sakit itu," ucapku sambil menatap lekat wajah Ibu.

"Iya, Sayang. Semoga saja ini yang terakhir kamu di rawat. Semoga setelah ini kamu menjadi lebih sehat dan kuat." ucap Ibu dengan penuh kasih sayang.

Aku pun mengAamiinkan setiap do'a-do'a Ibu.

****

Tanpa kami ketahui, hari ini keluarga Kak Raga berkunjung kembali ke rumah. Akan tetapi kali ini aku mencurigai sesuatu, dengan kehadiran mereka yang tiba-tiba tanpa memberi tahukan kami terlebih dahulu.

Saat kami sedang asyik berbincang-bincang, Om Andy pun membuka suaranya dan kami pun segera diam dan menyimaknya.

"Maaf, saya mengganggu waktu mengobrol kalian sebentar! Saya selaku dari keluarga Hermawan, hanya ingin menanyakan bagaimana kelanjutan Perjodohan ini? apakah kalian sudah menentukan tanggal dan hari baiknya?" tanya Om Andy kepada Ayah.

Ayah pun tersenyum saat melihat sahabatnya.

"Tentu saja kami sudah mempersiapkannya, aku sudah menanyakan tanggal dan hari baik kepada sesepuh di desa ini. Tepat satu Minggu lagi, adalah hari yang tepat untuk melangsungkan pernikahan ini," ucap Ayah dengan wajah yang sumringah.

*Degh!*

"Hah?" aku pun terkejut saat mendengar ucapan Ayah.

Satu Minggu lagi aku akan menikah dan menjadi istri dari Raga Hermawan. Dosen killer yang sangat terkenal dingin dan arogan di Kampus ku. Apakah aku tidak bermimpi?

Saat melihat ku yang sangat terkejut, semua orang pun menoleh ke arahku.

"Ada apa, Nak? apa kau keberatan jika seminggu lagi adalah hari pernikahan kalian?" tanya Tante Siska kepadaku.

Aku pun salah tingkah sendiri, karena bertingkah sangat memalukan. Saat pandangan ku tanpa sengaja melihat Kak Raga, kini dia pun terkikik sendiri sambil menutup mulutnya.

'Apa? dia menertawakan ku? oke! lihat saja nanti Kak! apa yang akan aku lakukan setelah kita menikah nanti,'gerutuku dalam hati.

Sebelum menjawab pertanyaan dari Tante Siska, aku pun menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian aku pun membuka suara, sambil menatap tajam ke arah Kak Raga.

"Emn, bukan seperti itu, Tante. Aku merasa terkejut saja, secepat itukah aku akan menikah dan menjadi istri dari Kak Raga." jelasku dengan tenang.

"Oh, begitu. Apa kamu tidak merasa bahagia jika nanti kamu menjadi bagian dari keluarga Hermawan, Nak?" tanya Om Andy kepadaku.

'Duh! Mengapa mereka sekarang menyerang ku dengan berbagai pertanyaan sih? aku kan bingung harus bagaimana!' keluhku dalam hati.

"Bu-bukan seperti itu, Om. Aku bahagia kok, sangat bahagia saat melihat semua keluarga ku juga merasakan kebahagiaan ini." jelasku dengan sedikit tergagap, saat berbicara dengan Om Andy. Karena aku masih merasa sangat sungkan kepadanya.

"Baiklah, berarti tidak ada masalah kan? jika pernikahan akan di gelar satu Minggu lagi? kalian tenang saja! kami yang akan mengatur semuanya dari gedung, undangan, catering, dan lainnya. Jadi kalian hanya perlu mempersiapkan diri untuk mengikuti acara ijab qobul dan resepsinya nanti," jelas Om Andy lagi.

*Degh!*

"Hah?" aku pun kembali terkejut.

"Lho, ada apa lagi, Nak? apa ada masalah? apa ada yang masih ingin kamu sampaikan kepada kami?" tanya Om Andy lagi, dia melihatku dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Emn, duh bagaimana ya? jadi begini Om! kan saya masih ingin pernikahan ini di private, jadi saya ingin pernikahan yang sederhana saja. Jika kalian ingin melaksanan acara resepsi, bisakah kita menundanya terlebih dahulu sampai saya lulus kuliah. Karena seperti syarat yang saya ajukan kemarin kepada Kak Raga, dan Kak Raga pun menyanggupinya. Apa kalian keberatan dengan permintaan ku kali ini?" ucapku dengan hati-hati, agar tidak menyinggung perasaan mereka.

Sejenak terasa hening, setelah aku mengutarakan pendapatku.

"Aku setuju, karena kami belum ingin mem-public pernikahan kami. Jadi kami hanya ingin acara ijab Qabul dan syukuran kecil-kecilan saja. Bagaimana?" kini Kak Raga sefrekuensi denganku. Dalam hati aku pun mengucapkan terimakasih kepada Kak Raga, karena telah menyelamatkanku.

"Oke! Kalau begitu mau kalian. Kami juga tidak akan mempermasalahkannya, tetapi kalian harus berjanji. Setelah Nadhine Lulus, maka resepsi tetap akan di langsungkan. Karena kami tidak ingin suatu hari nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apa kalian paham?" tanya Ayah kepada kami.

"Baik, Ayah."

"Baik,Om."

Kami pun menjawabnya secara bersamaan. Lalu kami pun saling pandang, Kak Raga memandang ku dengan senyuman manisnya, sedangkan aku memandangnya dengan tatap tajam yang mematikan.

****

Setelah keluarga Hermawan pulang setelah makan malam, aku pun ingin bergegas ke kamarku. Akan tetapi semua ku urungkan saat mendengar suara Ayah yang memanggilku.

"Sayang, kemari lah sebentar!" panggil Ayah dengan suara lembutnya.

"Baik, Yah." sahutku, lalu aku pun berjalan ke arahnya.

Saat ini hanya tinggal aku dan Ayah, karena Bima sejak tadi sudah masuk ke dalam kamarnya. Begitu pun juga Ibu karena merasa kelelahan, karena menyiapkan makanan dadakan yang memforsir tenaganya.

"Nak, apakah Ayah salah mengambil keputusan ini?" tanya Ayah sambil menerawang jauh ke depan.

Aku pun terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Ayah. Lalu ku hela napas panjang.

"Tidak, Ayah. Nadhine tau, Ayah hanya ingin yang terbaik untuk Nadhine. Nadhine juga tau, Ayah melakukan ini karena Ayah sangat menyayangi Nadhine dan Ayah juga menginginkan Nadhine bahagia bukan?" ucapku sambil bersandar di bahu Ayah.

Kini terdengar helaan napas berat Ayah.

"Tentu saja Ayah ingin yang terbaik untuk putri Ayah, Ayah juga ingin kamu bahagia, Nak! Jika kamu terpaksa melakukan perjodohan ini, katakanlah! Ayah akan menyampaikan dan membatalkan rencana ini, meskipun nanti keluarga Hermawan akan merasa kecewa dengan keluarga kita." jelas Ayah sambil mengusap lembut puncak kepalaku.

Lalu aku pun menggelengkan kepalaku cepat. Aku tidak ingin membuat keluarga ku bersedih dan di benci orang-orang, karena tidak bisa memegang ucapannya. Aku tidak ingin semua itu terjadi kepada keluarga ku. Jadi semua keputusan yang telah aku ambil, maka mau tidak mau dan suka maupun tidak suka aku harus menjalaninya dengan ikhlas.

"Tidak, Ayah! Aku tidak ingin membuat keluarga kita malu! Ayah percayalah kepada Nadhine! Pasti perlahan Nadhine akan menerima Kak Raga sebagai suami Nadhine. Tolong mengertilah, Ayah! Nadhine hanya memerlukan waktu untuk menerima pernikahan ini," jelasku dengan penuh keyakinan.

Meskipun berat aku mengambil keputusan untuk masa depan ku, aku harus tetap yakin jika aku bisa bertahan dengan Kak Raga. Semoga suatu hari nanti cinta akan bersemi di dalam hati kami dan menuntun kami ke dalam sebuah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Terpopuler

Comments

Iin Suharta

Iin Suharta

semoga nadhine dan raga bisa bersatu dan bucin, lanjut

2023-01-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!