Libur semester telah tiba.
Aku yang sudah berjanji kepada Ayah untuk pulang ke Rumah, kini dengan perasaan sedikit was-was akhirnya memutuskan segera beranjak, kemudian melajukan motor matic ku dengan kecepatan sedikit tinggi.
Entah mengapa, perasaan ku saat ini sedang berkecamuk.
Ucapan Ayah masih terngiang di telingaku, apalagi waktu Ayah mengatakan hal penting yang ingin dikatakan oleh Ayah kepada ku.
"Bismillahirrahmanirrahim, semoga tidak akan terjadi apa-apa saat nanti sudah tiba di Rumah," gumamku sambil melajukannya motor matic ku.
Kini aku menempuh perjalanan yang cukup jauh, sekitar 5 jam aku baru tiba di kampung halamanku.
****
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga," ucapku dengan wajah yang lesu, dan seluruh tubuhku terasa lelah sekali.
Lalu aku pun bergegas turun dari motor matic ku.
Tok... Tok... Tok...
"Assalamu'alaikum, Ibu, Ayah?" salamku kepada mereka.
Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki dari balik pintu.
*Ceklek*
Kini pintu pun terbuka, dari balik pintu Ayah sudah menantikan kedatangan ku.
"Wa'alaikumsalam, Nak! Ayo masuk! Pasti kamu kelelahan ya? Kenapa tidak naik bus saja, agar kamu bisa sambil bersantai, tidak kelelahan seperti ini," ucap Ayah dengan penuh kasih sayang.
"Tidak apa-apa kok, Yah! Aku hanya ingin berkendara sendiri saja tadi, sudah lama juga aku tidak melakukan perjalanan jauh seperti ini. Ya, meskipun seluruh tubuhku terasa sedikit lelah, hehe.." ucapku sambil menyandarkan tubuhku di kursi ruang tamu.
"Ya sudah! lebih baik kamu istirahat dahulu, kalau sudah berkurang rasa lelahnya. Kamu segera mandi, agar tubuhmu terasa segar kembali," ucap Ayah dengan penuh kasih sayang.
Aku pun menganggukkan kepala.
"Baik Ayah! O, iya.. Ibu kemana, Yah? kok tidak kelihatan?" tanyaku kepada Ayah, karena sejak aku tiba sampai sekarang Ibu pun belum terlihat.
"Oh, Ibumu sedang berbelanja ke Pasar dengan Bima. Katanya dia ingin membeli bahan-bahan, untuk membuatkan makanan kesukaan kamu," jelas Ayah kepada ku.
Aku yang mendengar penjelasan Ayah, hanya mengangguk-anggukan kepalaku.
"Baiklah, Ayah!" ucapku dengan seulas senyum tipis.
"Ya sudah, Ayah mau melanjutkan pekerjaan dahulu ya, Nak? Jangan lupa mandi dan jika lapar makanlah, di meja makan masih ada beberapa lauk untuk makan," ucap Ayah, sambil mengusap lembut puncak kepalaku.
Aku pun tersenyum manis kepada Ayah. Inilah yang aku suka dari beliau, karena beliau masih menganggap ku seperti putri kecilnya.
Ah, siapa yang tidak bahagia, memiliki keluarga yang saling menyayangi satu sama lain.
*****
Saat aku selesai mandi, Ibu menghampiri ku ke kamar. Untuk saling melepas rasa rindu.
"Assalamu'alaikum, putri kesayangan Ibu?" salam Ibu, yang muncul dari balik pintu.
"Wa'alaikumsalam, aaa... Ibu! Aku sangat merindukanmu! I Miss you so much! " ucapku, lalu berhambur ke dalam pelukan Ibu.
"Ibu juga sangat merindukanmu, Sayang! I Miss you more! " balas Ibu, dengan penuh kasih sayang.
"Oh, iya Bu. Bolehkah aku menanyakan sesuatu kepada Ibu?" tanyaku dengan hati-hati.
"Tentu saja boleh, Sayang! Ada apa? mengapa sepertinya penting sekali?" ucap Ibu dengan lembut.
"Emn, sebenarnya apa hal penting yang ingin Ayah katakan kepada ku, Bu?" tanyaku lagi.
Sejenak Ibu pun terdiam.
"Maafkan Ibu, Nak! Ibu tidak bisa mengatakannya sekarang! Nanti saja biarkan Ayah mu yang mengatakannya sendiri," Ucap Ibu, dengan wajah sendu.
Aku pun terdiam sesaat.
'Ada apa sebenarnya? Mengapa Ibu sangat enggan untuk memberi tahu ku? Apa yang sebenarnya sedang mereka rahasiakan dariku?' gumamku dalam hati.
"Eh, kok malah melamun? Kamu pasti belum makan kan?" tanya Ibu, yang mencoba untuk mengalihkan perhatianku.
Aku pun langsung menggelengkan kepala.
"Belum Bu. Perutku juga sudah sangat lapar, ingin segera di isi dengan masakan Ibu yang paling enak sedunia," ucapku dengan antusias.
"Baiklah! nanti Ibu masakan makanan kesukaan mu, tetapi sekarang kamu makan dengan lauk seadanya dulu ya? soalnya Ibu baru saja tiba dari Pasar," ucap beliau dengan lembut.
Aku pun mengangguk kepalaku dengan semangat.
"Tentu Bu! Tidak masalah! Yang penting nanti saat makan malam, makanan untukku harus ada ya?" ucapku sambil tersenyum lebar.
*****
Makan Malam
"MasyaALLAH! Banyak sekali menu makanan malam ini, Bu? Apa ini tidak terlalu berlebihan? Sayang kan nanti kalau tidak habis!" ucapku, sambil memandangi beberapa makanan, yang telah tersaji di atas meja makan.
"Tidak apa-apa, Sayang! Jika nanti makanannya tidak habis kan bisa di simpan di dalam lemari pendingin, besok tinggal di panasin deh, hehehe..." ucap Ibu, sambil tersenyum ke arahku.
"Sesuai dengan janji Ibu, malam ini Ibu memasak khusus makanan kesukaan kamu!" ucap beliau lagi.
"Tuh kak! Yang baru saja datang, langsung di sambut dengan meriah tuh sama, Ibu!" ucap Bima, sambil melirik ke arahku dengan nada sindirannya.
Aku pun berjalan ke arahnya, lalu mengacak-acak rambutnya.
"Iri bilang, Boss!" ucapku, sambil terus mengusiknya.
"Ih! apaan sih kak? siapa juga yang iri? kan kalau ada kakak, Bima selalu tersisihkan," gerutunya, sambil sedikit memajukan bibirnya.
"Hahahaha...."
Kami pun tertawa bersama saat mendengar ucapan adik kandungku, yang usianya hanya terpaut 4 tahun denganku.
"Sudah, sudah! Tidak baik bertengkar di depan makanan! Lebih baik sekarang kita makan dahulu! sayangkan kalau makanannya di anggurin terus," ucap Ayah, menimpali perdebatan kecil kami.
Itulah kebiasaan ku dengan adikku, Bima.
Setiap kami berdekatan, pasti perdebatan kecil selalu saja terjadi. Akan tetapi, semua itu hanyalah candaan semata. Bukan berarti Ibu dan Ayah selalu membedakan kami, semua ini dilakukan Ibu hanya untuk menyambut setiap kepulangan ku, saat libur semester telah tiba.
Karena aku baru semester 6 saat ini, jadi jalur pendidikan yang aku lalui masih membutuhkan waktu sedikit lama lagi.
"Ya sudah, ayo kita makan dahulu! Kalau kalian mau berdebat, nanti setelah makan kalian lanjutkan lagi di ruang keluarga," ucap Ibu, yang melerai pertikaian kecil antara kami.
"Baik, Bu!" ucap kami secara bersamaan.
Kini suasana saat makan terasa sunyi, hanya suara dentingan alat makan yang saling beradu.
Setelah selesai makan, seperti biasa aku membantu Ibu terlebih dahulu, untuk membersihkan meja dan beberapa alat makan yang kotor.
Dan akhirnya selesai, kami pun melanjutkan rutinitas saat berkumpul di ruang keluarga.
"Bagaimana dengan pendidikan yang kamu jalani, Nak?" tanya Ayah, memulai percakapan kami.
"Emn, InsyaALLAH semua baik-baik saja, Yah. Hanya saja beberapa hari ini, nilai-nilai ku sedikit menurun!" ucapku, sambil menundukkan kepala.
"Apa terjadi masalah? sehingga membuat mu tidak bisa fokus dalam mengikuti pembelajaran di sana?" tanya Ayah dengan lembut.
'Bagaimana mungkin Ayah tidak menyadarinya? Setelah Ayah memberikan kabar yang penting, tapi Ayah tidak mau mengatakannya saat itu!' gumamku dalam hati.
"Ayah.....?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments