2. Pernyataan Cinta Ringgo

Tak terasa 4 hari lagi libur semester akan tiba.

Saat ini aku sedang mempersiapkan diri, untuk mengikuti lomba antar provinsi. Aku yang baru kemarin di tunjuk secara mendadak oleh Pak Raga, guru Killer yang paling menyebalkan itu.

"Huft! mengapa harus aku sih? apa Pak Raga memang sengaja, agar aku berpikir keras saat ini, saat dia tahu nilaiku menurun drastis. Ah, sungguh menyebalkan!" gerutuku.

"Ehm! benarkah jika saya menyebalkan?"

Kini aku pun mendengar suara yang sering membuat ku frustrasi sendiri.

Saat aku mendongakkan kepalaku, aku pun melihat Pak Raga sedang berdiri tepat di depanku.

Aku pun hanya tersenyum lebar hingga deretan gigi-gigiku terlihat.

"Hehe, Pak Raga!" ucapku dengan lirih.

Bukannya pergi, kini Pak Raga justru ikut duduk di seberang bangku ku.

"Apa begini cara kamu mempelajari semua mata kuliahmu, saat berada di Perpustakaan?" tanya Pak Raga dengan ekspresi datar.

"Maaf Pak!" ucapku lirih.

Kini aku pun menundukkan kembali kepalaku.

"Ckk! Dasar anak remaja! Jika kau menganggap ku menyebalkan, maka aku menganggap mu mahasiswi yang merepotkan!" ucap Pak Raga, kemudian dia bangkit dari tempat duduknya.

Aku pun terperangah dengan ucapannya.

"Maksudnya apa coba? Menganggap ku mahasiswi merepotkan? Huh! benar-benar sangat menyebalkan!" gumamku, saat ku liat punggungnya yang kini mulai menjauh dari pandanganku.

*****

Ruang Kelas

Setelah dari Perpustakaan, kini aku pun sudah tiba di Kelas.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang, yang selama ini membuatku jatuh hati padanya. Dia adalah Ringgo Restu Wijaya, dia ketua Kelas yang terkenal dengan keramahannya.

"Pengumuman... Pengumuman... hari ini aku ingin memberitahukan kepada semua teman-teman di Kelas ini, bahwa aku Ringgo Restu Wijaya ingin menyatakan cinta kepada Nadhine Arzenia Elvanie. Hay, Nadhine? Maukah kau menerima cintaku?" ucapnya dengan begitu bersemangat.

Aku pun terperangah saat melihat tingkah konyolnya, dalam menyatakan perasaannya kepadaku.

Sungguh! saat ini aku menjadi pusat perhatian semua teman-teman satu Kelas ku.

Kini Ringgo berjalan menghampiriku, lalu bersimpuh di hadapan ku.

"Nadhine maukah kau menjadi kekasih ku? Sudah lama aku memendam perasaan ini kepada mu! Tetapi baru kali ini, aku mempunyai keberanian untuk menyatakan perasaan ku kepadamu. Apa kah kau akan menerima cintaku ini?" ucapnya dengan nada tulus.

"Hah?" hanya satu kata itu yang keluar dari bibir ku saat ini.

"Ayo Nad! Terima saja! daripada nanti kamu nyesel lho," ucap salah satu sahabat Ringgo, yaitu Tirta.

"Apa kau serius?" tanyaku ragu-ragu.

"Duarius! Aku bersungguh-sungguh Nad! Apa kau mau menerima ku?" ucapnya sambil tersenyum ke arahku.

'Ah, senyumannya sangat manis sekali, apalagi dia memiliki lesung pipi di kedua sisinya,'batinku.

Aku pun menganggukkan kepalaku.

"Iya, Ring! Aku mau!" ucapku dengan penuh keyakinan.

Kini terdengar sorakan yang bersahutan, dari teman-teman satu Kelas.

"Horreeee... Yeeey......" ucap mereka serentak.

"Akhirnya pucuk di cinta ulam pun tiba, cieeeee...." Kini Adinda sahabatku, ikut menyoraki ku.

Jujur, aku saat ini juga malu. Karena kami menjadi pusat perhatian semua orang.

"Eh, Ring! Kamu tidak memberikan apa pun kepada Nadhine, sebagai tanda ikatan kalau kalian sudah menjadi sepasang kekasih?" tanya Adinda kepada Ringgo.

"Tentu saja aku memilikinya!" ucap Ringgo, lalu dia pun mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Kemudian dia pun menunjukkan sebuah kotak kepadaku, saat kotak itu terbuka isinya membuat seisi Kelas, merasa tercengang.

"Wah, romantis sekali! Emn, tetapi kau ingin dia hanya menjadi kekasihmu atau kau memang sedang melamarnya?" tanya Adinda dengan raut wajah yang penasaran.

"Tentu saja untuk menjadi kekasihku, sekaligus calon istriku nanti setelah kami selesai kuliah. Nanti aku akan melamarnya secara resmi di depan kedua orangtuanya," ucap Ringgo dengan penuh keyakinan.

Aku pun terperangah saat mendengar ucapan Ringgo.

'Apakah dia benar-benar serius dengan ucapannya? Tetapi mengapa firasat ku mengatakan bahwa, tidak lama lagi akan terjadi sesuatu hal yang entah itu apa. Ah, sudahlah! Yang terpenting saat ini aku sangat bahagia! ternyata penantian ku selama ini tidak sia-sia,' gumamku dalam hati.

"Terima kasih, Ring!" ucapku dengan mata yang berbinar-binar.

"Mengapa kamu yang berterimakasih? seharusnya aku yang mengatakan itu kepadamu! Terima kasih karena sudah mau menerima cintaku, aku berjanji kepadamu! Aku tidak akan menyakiti dan mengecewakan kamu, Nadhine! i love you so much !" ucap Ringgo dengan seulas senyum manisnya.

"Iya Ring! I love you more !" balasku dengan penuh kasih sayang.

Lalu Ringgo pun berdiri kembali, sambil menggenggam erat tanganku.

"Baiklah! Kalian semua menjadi saksi cinta kami, jika salah satu dari kami berkhianat, maka dia akan menanggung semua akibatnya sendiri," ucap Ringgo dengan semangat.

"Oke! Saat ini aku sedang sangat bahagia! Jadi, aku traktir kalian makan di kantin sepuasnya!" ucapnya lagi.

Aku yang melihat rona bahagia di wajah Ringgo, kini mulai melupakan keraguan ku tadi.

"Ayo, Yang! Kita ke Kantin yuk!" ucap Ringgo dengan nada lembut.

"Iya Ring, ayo!" ucapku dengan seulas senyum.

"Lho, kok masih panggil nama sih, Yang?" tanyanya dengan raut wajah sendu.

Aku pun menepuk jidat ku.

"Aduh! O.. iya, ya.. aku lupa Yang! hehe, maaf ya?" ucapku, sambil tersenyum lebar hingga menampakkan deretan gigiku.

Ringgo pun dengan gemas mencubit lembut pipiku.

"Ih, kamu ini! sungguh menggemaskan, Sayang! Andai saja kita bisa langsung SAH! sudah ku cium pipi kamu, daripada ku cubit seperti ini," ucapnya dengan penuh kasih sayang.

"Aw! ampun Yang! hehe," ucapku sambil tertawa lirih.

Lalu kami pun berjalan beriringan, dengan tangan yang masih menggenggam satu sama lain.

Saat berjalan ke arah Kantin, kami bertemu dengan Pak Raga.

"Ehm!"

Kini hanya terdengar suara deheman dari bibirnya.

"Kalau pacaran liat tempat, dan ingat! jangan sampai nilai menurun hanya karena fokus berpacaran saja!" sindir Pak Raga.

Aku pun menoleh ke arahnya, lalu berlalu begitu saja.

"Nadhine Arzenia Elvanie?" panggil Pak Raga, saat aku melewatinya.

Aku yang merasa namaku dipanggil, aku pun menoleh ke arahnya.

"Awas kalau sakit, baru saja terbang tinggi lalu di jatuhkan oleh keadaan!" ucap Pak Raga, kemudian berlalu meninggalkan kami.

"Apa maksud ucapan Pak Raga sih, Yang?" tanya Ringgo kepadaku.

Aku yang tidak tahu maksud ucapannya pun hanya mengedikkan bahu.

"Entahlah! Udahlah, biarin saja, Yang!" ucapku lalu berjalan kembali ke arah Kantin.

Meskipun aku terlihat mengabaikan ucapan Pak Raga, akan tetapi dalam hati ku pun bertanya-tanya.

'Apa sebenarnya maksud dari perkataan Pak Raga? mengapa dia mengatakan hal itu kepadaku? Sungguh terdengar sangat ambigu!' batinku.

Akhirnya kami pun tiba di Kantin.

"Yang?" panggil Ringgo.

"Hem, iya Yang......."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!