Makam Keramat
Senja telah tiba, malam pun semakin larut.
Di sudut jalan di pinggiran kota Surabaya yang berbatasan dengan kota Sidoarjo, pak Yasin sedang duduk bersama teman - temannya sambil menikmati mansion oplosan bir bintang.
Sementara istri pak Yasin, ibu Farida, selesai melaksanakan solat Tahajjud, sedang melantunkan Dzikir Munajat, setelah itu melantunkan sholawat Fatih, kemudian berdoa untuk anak - anaknya juga suaminya.
Di desa Agung yang terletak di kecamatan Waru sidoarjo, Damar Ahmad tinggal bersama ayah ibu juga keluarga besarnya.
Walau hidup sederhana bahkan kadang sering kekurangan... Farida ibunya Damar tetap sabar tabah dan istiqomah dalam beribadah.
Lain dengan yasin bapaknya, tidak pernah ibadah bahkan sering mabuk dan sering berkata kasar.
*****
"Yasin, ini bagian mu," kata Seno temannya membagikan uang hasil menjual motor curian.
"Baiklah, aku pulang dulu," sahut Yasin kemudian menghidupkan mesin motornya.
*****
Tok tok tok..!
"Sebentar," sahut ibu Farida kemudian membukakan pintu rumah,
"Darimana mas, kok pulang hampir subuh.
Mabuk lagi..! Hampir tiap malam selalu pulang mabuk!"
"Jangan banyak bicara, temani aku tidur," ucap pak Yasin.
"Iya iya. Lelaki mau menangnya sendiri. Tambah tua gak tambah baik, malah gak karuan karuan,"gumam ibu Farida.
"Ini uang untuk bayar ujian Damar," ujar pak Yasin meletakkan uang di meja kamar kemudian merebahkan badannya.
******
Adzan subuh berkumandang, dan sinar matahari perlahan - lahan menerangi bumi.
"Damar... Ayo bangun nak! Sudah jam enam pagi. Mandi ganti baju sarapan lalu berangkat sekolah.
Nanti kamu bayar ujiannya ya"
"Iya Buk," jawab Damar yang masih ngantuk.
***
Pagi itu Damar mengayuh sepeda angin menuju sekolah SMA yang agak jauh.
Jam satu siang sepulang sekolah, Shinta berdiri di depan samping sekolah sambil memainkan Hp iPhone keluaran terbaru sambil menunggu Damar.
"Damar..!" panggil Shinta.
"Hai Shinta, ada apa?" tanya Damar yang mengetahui kalau Shinta sejak kelas dua menyenanginya, namun Damar berpikir dua kali sebab Shinta adalah anak seorang pengusaha kaya raya. Sedangkan Damar merasa anaknya pembantu serabutan, sedangkan bapaknya tidak jelas apa pekerjaannya.
"Ini aku belikan Hp untuk mu, biar aku bisa menghubungi mu kapan saja," ujar Shinta kemudian menyodorkan Hp baru.
"Terimakasih Shinta atas kebaikan mu, tetapi aku tidak bisa menerima pemberian ini," jawab Damar.
"Damar... Di sekolah ini kamu adalah siswa yang tidak punya Hp. Aku memberimu hp agar kamu bisa dengan mudah berhubungan dengan teman dan dengan mudah mengakses informasi," kata Shinta,
"Kedua aku benar - benar mencintai mu dan sayang banget sama kamu."
"Shinta... ? Mengapa kamu mencintai ku?
Bukankah banyak cowok yang lebih tampan dan kaya di sekolah ini. Sedangkan aku biasa biasa saja, dan dari keluarga yang tidak mampu," ujar Damar.
"Damar... Aku tidak tau mengapa aku mencintai mu. Yang aku tau dan aku rasakan, sejak kelas dua, jika aku melihat mu hati ku terasa sangat senang. Jika aku bersama mu, aku bahagia," kata Shinta,
"Aku tau kamu sebenarnya juga mencintai ku, tetapi kamu menghindar karena aku anak orang kaya dan kamu anak orang miskin.
Ketahuilah Damar... Yang kaya itu orang tua ku, bukan aku."
Mendengar penuturan Shinta... Damar hanya diam sambil tersenyum, lalu berkata,
"Sebenarnya iya, aku mencintai mu sejak kelas dua, tetapi aku sadar diri.
Karena kamu terlalu cantik dan terlalu kaya.
Hemmm, kamu gak pulang, itu sopir mu sudah menunggu mu sejak tadi."
"Jawab dulu, kamu mau gak berpacaran sama aku?" kata Shinta.
"Baiklah kalau kamu memaksa, aku mau."
"Kalau begitu kamu terima Hp ini, aku pulang dulu ya... Nanti kalau HP nya sudah nyala, kamu WA aku. Di dalam tas itu ada kartu nama ku."
"Baiklah Shinta, aku balik dulu ya," ucap Damar kemudian mengayuh sepeda bututnya.
Ketika mengayuh sepeda... Tiba - tiba terdengar teriakan suara "Damar..!"
"Hai Aldi," teriak Damar kemudian menghentikan sepedanya.
"Sini dulu, minum bentar. Ini tadi teman - teman beli vodca sama Bir."
"Baiklah tetapi dikit saja ya, aku lagi gak enak badan," kata Damar.
"Tumben premannya SMA pancasila gak enak badan," sahut Aldi teman kelasnya,
"Apa tadi habis ngobrol sama Shinta langsung gak enak badan, hahahaha!"
"Ah kamu itu bisa aja."
"Shinta itu cantik loh Mar, dia jadi rebutan cowok SMA Pancasila, tetapi yang aku heran... Justru Shinta ngejar - ngejar kamu, hahahaha..! Tetapi gobloknya kamu yang gak mau," Sahut Deni.
"Menurutku... Shinta itu bener - bener mencintai mu Mar," tipal Topa,
"Coba kamu pikir, Shinta itu tahu kamu jarang bicara, suka tawuran, suka mabuk, dan jarang punya uang, tetapi dia masih saja setia mengejar mu hingga sekarang."
"Jangan banyak omong kalian, ayo buruan di putar gelasnya," sahut Damar yang berisik dengerin omongan teman temannya,
"Mulai sekarang... Shinta jadi pacar ku!"
"Hemmmmm, begitu ya" sahut teman - temennya bersamaan.
Tak lama kemudian, Damar pamit duluan, karena hari mulai senja.
Adan Asar terdengar menggema. Ketika melewati perbatasan desa Agung dengan desa Sani, Damar melihat makam yang sering di lewatinya memancarkan cahaya yang sangat terang. Karena penasaran, Damar menghentikan sepedanya lalu berkata lirih, "Sudah sejak kecil aku lewat makam kyai Ali wafa ini, baru kali ini aku melihat kejadian aneh. Tiba - tiba ada cahaya memancar dari dalam makam..? Ah sudahlah, aku pulang saja, kepala ku agak pusing habis minum vodca."
*****
"Assalamualaikum," salam Damar, di depan pintu.
"Waalaikumsalam," sahut Lesti adik perempuan nya.
"Ibu mana Dik."
"Ibu nyuci baju di rumah bu Lusi."
"Oh ya udah, masak apa ibu?"
"Masak sayur sop ikan tahu tempe sama kerupuk.
Kenapa..? Gak doyan..!"
"Gak papa, males aja," sahut Damar kemudian masuk kamar.
"Tinggal makan saja cerewet, kayak Bapak," gumam Lesti yang masih sekolah SMP.
*****
Adan magrib berkumandang.
"Damar... Ayo bangun, solat magrib..!
Kamu sudah besar, yang rajin solat. Jangan kayak bapakmu."
"Iya buk," sahut Damar sambil tidur kembali.
"Kamu habis mabuk ya, kok ibu bau Alkohol?"
"Iya tadi pulang sekolah minum dikit."
"Kamu itu sudah besar Nak, mau lulus sekolah. Jangan suka mabuk, gak baik untuk kesehatan. Yang rajin solat, yang rajin ngaji.
Mau jadi apa kamu besok kalau begini terus..? Keluarga kita ini sangat miskin di desa ini. Bagaimana pandangan masyarakat melihat kamu suka mabuk, bapak mu juga suka mabuk. Apa gak jadi perbincangan di masyarakat..?"
"Iya buk," sahut Damar kemudian bergegas mandi, lalu menunaikan sholat magrib.
Sehabis solat magrib, sambil makan malam Lesti berkata,
"Tumben Kak solat magrib?"
"Lesti..! Gak baik ngomong gitu sama kakak mu," sahut ibu Farida,
"Alhamdulillah kakak mu mau solat walau jarang - jarang. Siapa tau besok - besok kakak mu rajin solat dan menjadi orang soleh,
"Damar... Ayo makan yang kenyang, ini tadi ibu di kasih bu Lusi kare ayam satu plastik besar."
"Iya buk," sahut Damar yang jarang bicara,
"Lesti... Makan yang kenyang, jangan ngomong aja kamu."
"Oh iya Kak, tadi dapat salam dari mbak Fitri anaknya pak Aripin kontraktor.
Kayak nya mbak Fitri suka deh sama kakak."
"Hemmmm,
Bilangin, mau gak jadi pacar kedua," ujar Damar bercanda sambil makan.
"Husss..!!!
Gak boleh ngomong gitu," sahut ibu Farida,
"Jangan pacaran dulu, sekolah yang pinter, setelah lulus baru kerja, setelah boleh menikah."
"Buk... Belikan Hp ya..?
Teman - teman ku semua pada punya hp, hanya aku saja yang gak punya," kata Lesti memelas,
"Biar belajar nya enak kalau browsing! Hubungan juga Enak.
"Iya Lesti, ibu kumpulin uang dulu ya Nak, sabar."
"Iya Buk."
"Lesti, di kamar ada Hp iPhone baru, juga ada kartu baru," sahut Damar,
"Kamu ambil itu untuk kamu."
"Beneran kakak punya HP baru..?" gumam Lesti gak percaya.
"Dasar cerewet kayak ibu..!
Kamu ambil sekarang di meja kamar ku."
"Baiklah, awas kalau bohong," ujar Lesti bergegas masuk kamar Damar.
"Darimana kamu dapat Hp baru Damar..?" tanya ibu Farida.
"Tadi kasih hadiah temen Buk, lagian aku gak butuh hp."
"Ya sudah kalau begitu, pesan ibu... Jangan mencuri..! Walau kita hidup miskin, jangan sampai kita mencuri."
"Iya Buk," sahut Damar.
"Kak..! Bneran hp ini untuk Lesti..?
Ini iPhone Kak, mahal banget."
"Iya cerewet, untuk kamu."
"Makasih ya Kak... Sayang dulu kalau begitu.
Ini pertama kali Kakak kasih aku barang bagus. Entar kalau sudah kerja, aku akan beri Kakak hadiah yang bagus juga."
"Iya sudah sana pergi, hidupkan HP nya sama Ida sepupu mu sana."
"Iya, makasih Kak...!"
"Bapak mana Buk, kok gak kelihatan dari siang?"
"Bapak mu katanya ikut kerja temannya di proyek. Mungkin sabtu katanya pulang."
"Buk, ibu tau gak sejarah makam kyai Ali Wafa yang ada di desa Sani perbatasan desa," tanya Damar.
"Kamu merokok terus," gumam ibu Farida, "Darimana kamu dapat uang untuk beli rokok..!"
"Tadi di kasih rokok teman. Ibu ini selalu mengatur hidup Damar. Kan damar sudah besar Buk. Sudah umur 17 hampir 18 tahun. Mau lulus sekolah."
"Seorang ibu itu ya begitulah, selalu ingin anak nya menjadi yang terbaik. Walau kamu besok sudah beristri... Ibu akan tetap menasehati mu."
"Buk, jawab dulu pertanyaan ku tadi."
"Kyai Ali Wafa itu... Menurut guru ngajinya ibu, adalah seorang waliyullah yang syiar agama di wilayah kabupaten Sidoarjo dan Surabaya.
Beliau di kenal seorang wali yang sabar, dan memiliki Keramat yang luar biasa.
Makanya, makamnya banyak di datangi orang untuk minta berkah. Menurut guru ngajinya ibu dulu... Beliau mbah wali Ali wafa berasal dari Baghdad timur tengah. Beliau meninggal di perjalanan. Ketika berada di desa Sani, kyai Ali Wafa sakit dan di rawat oleh warga setempat. Tak selang lama beliau wafat. Karena beliau seorang kyai... Maka di makamkan di tanah orang yang merawatnya.
Makanya makamnya di pinggir jalan dan seorang diri."
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Mar'uf Mar'uf
/Smile//Frown/
2024-09-18
0
Muhammad Mufiq
ingat kata kata orang yang menghianatiku.. hadaaahhh
2024-09-14
0
Wahing Pating Greges
👍
2024-06-01
0