Di meja makan yang usang dan
kusam, Shinta dan Damar menikmati sarapan menu pecel ikan tahu tempe, rempeyek dan ayam goreng.
"Kata ibumu, ini makanan kesukaan mu,"tanya Shinta sambil makan.
"Yaah senang saja, karena menu ini yang sering ibu masak setiap pagi. Mau masak ikan bakar gurami dan udang goreng gak ada uangnya.
Apa kamu suka makan pecel..?"
"Seumur - umur baru dua kali ini aku makan pecel, tetapi enak juga masakan ibumu."
"Lama - lama kalau bersama ku, kamu akan terbiasa makan menu makanan kaum duafa dan kaum orang - orang pinggiran."
"Bisa jadi," sahut Shinta kemudian menyelesaikan makannya.
Setelah sarapan, Damar merebahkan badannya di tempat tidur yang kusam dan berantakan.
Sementara Shinta mengambil baju daster dari dalam tasnya, kemudian membuka kaos di depan Damar yang sedang melihat layar HP.
Setelah memakai daster, Shinta merapikan kamar Damar yang berantakan.
"Jadi cowok itu yang bersih, sudah tau kamar tidur kotor berantakan gak mau bersihin, kok ya bisa tidur," ujar Shinta sambil melipat baju jemuran yang kering.
"Kring..!"
Hp Shinta berdering. Setelah menekan tombol hijau Shinta berkata,
"Kang Mamat ke rumah Mas Damar ya, di desa Agung.
Oh iya kang. Di dalam dasbor mobil itu kan ada uang bensin, kang Mamat belikan ikan segar ya, ikan gurami dan udang windhu.
Belikan rokok sampoerna mill dua bungkus dan kopi kapal keruk yang besar sebungkus.
Jangan lupa, kang Mamat beli rokok kesukaan kang Mamat juga."
"Iya Non, siap," jawab kang Mamat Sopir pribadi Shinta, kemudian mematikan Hp.
"Kamu gak ngantuk," tanya Damar.
"Ngantuk lah Mas, dari kemarin cuma tidur dua jam," jawab Shinta.
"Kalau begitu tidur sini sebelah ku, kamu tutup pintunya, jangan lupa di kunci."
"Iya...
Pintu di suruh nutup di suruh di suruh kunci pintu, emang Mas mau bercinta sama Shinta..?"
"Boleh, punya pacar cantik ya harus di nikmati," jawab Damar sambil tersenyum
"Aku masih perawan loh mas hehehehe," kata Shinta kemudian membuka dasternya.
Melihat Shinta setengah telanjang, Damar teringat pesan ibu nya untuk tidak berzina sama Shinta.
"Shinta... Pakailah Daster mu kembali," ujar Damar,
"Maaf ya, aku tidak ingin memikul beban dosa yang berat. Dan aku tidak ingin memberi mu dosa yang besar."
Melihat dan mendengar ucapan Damar, Shinta mengenakan dasternya lagi, lalu duduk di samping Damar kemudian mencium pipinya,
"Iya Mas, gak apa - apa."
"Buka saja pintunya biar ibu tidak berpikiran macam macam," kata Damar.
Setelah membuka pintu, Shinta merebahkan badannya di atas lantai.
"Gak tidur di kasur?" tanya Damar.
"Panas Mas, kipasnya kecil lagi. Disini saja dingin kena lantai."
"Iya, kamu biasa tidur pakai AC, jadi begitu tidur di kamar yang pengap, kamu kepanasan."
*****
Jam 12 siang, kang Mamat sudah berada di rumah Damar,
"Buk... Non Shinta nya ada?
Saya kang Mamat sopirnya Non Shinta."
"Lagi tidur kang Mamat, Mas Damar juga tidur."
"Ini Buk, pesanan Non Shinta, tadi pesan suruh kasih ke ibu, untuk di masak.
Ada ikan gurami dan udang, serta bumbu Dapur. Ada juga kopi bubuk dan rokok."
"Iya kang, silahkan duduk istirahat di teras, sebentar saya bikinin kopi."
Tak lama kemudian,
"Ini kang kopinya," ujar ibu Farida sambil meletakkan cangkir di meja teras,
"Hemmn, kalau boleh tau, ikan ini, Nak Shinta biasanya di masak apa?"
"Kalau Non Shinta, makannya gak rewel Buk. Hanya saja senangnya makan ikan laut ikan sungai, udang, kepiting dan cumi - cumi.
Untuk ikan dan udang biasanya di goreng atau di bakar Buk. Kalau di goreng atau di bakar biasanya pakai sambal yang agak pedas."
"Oh begitu, baiklah. Terimakasih kang Mamat."
"Sama - sama Buk."
*****
Melihat kamar Damar terbuka, ibu Farida mengintip Damar dan Shinta yang tidur di kamar. Kemudian ibu Farida bergegas ke dapur membersihkan ikan dan udang, setelah itu membakar ikan gurami.
Sambil menyiapkan bumbu sambal, ibu Farida berkata lirih,
"Alhamdulillah, Damar anakku menuruti nasehat ibu nya. Melihat wajah Shinta yang cantik dengan bentuk tubuh yang begitu indah, bagaimana bisa Damar tidak tergoda? Apalagi Damar sekarang sudah beranjak dewasa. Lelaki mana yang bisa menahan nafsunya jika di kamar berdua dengan wanita secantik Shinta.
Semoga Damar anakku di beri iman yang kuat dan semoga tidak terjerumus kedalam lembah dosa.
Hemmmm, anak jaman sekarang, kalau pacaran di luar batas. Tidak seperti jaman aku dulu.
Dulu di sapa saja rasanya sudah sangat bahagia dan senangnya bukan kepalang.
Yang bikin aku heran... Kata Samsul, Shinta adalah anak pengusaha kaya raya. Bapak nya punya pabrik susu dan pabrik kosmetik. Tetapi Shinta kok bisa senang sama Damar dan mau menderita tidur di lantai yang belum di keramik.
Shinta bukan hanya sayang sama Damar, tetapi juga sayang sama Bapak dan Ibunya Damar.
Tetapi... Damar telah mengakui pada ibunya, kalau gadis yang di cintai nya adalah Aisah anak bidan Elsa dan bapak nya seroang ustad imam Masjid kampung."
"Buk, masak apa kok baunya enak, sampai Damar bangun..?"
"Hemmm, bikin kaget ibu saja kamu itu Mas.
Ini lagi bakar gurami dan goreng udang."
"Oh, tadi calon menantu ibu pesan sama sopirnya.
Berarti kang Mamat ada di depan ya?"
"Iya, lagi ngopi."
"Shinta..." Panggil Damar sambil memegang pipi Shinta,
"Shinta..?"
"Hemmm,
Iya Mas, ada apa..?"
"Bangun sudah hampir jam satu. Di suruh ibu makan siang dulu."
"Makannya nanti saja ya Mas, aku masih pingin tidur," ucap Shinta sambil meremas telapak tangan Damar.
"Ya sudah kamu tidur di rumah saja ya, aku mau pergi ke Surabaya."
"Jangan Mas, aku ikut," sahut Shinta kemudian bangun.
****
Setelah mandi dan solat Dhuhur berjamaah, Shinta dan Damar menikmati makan siang bersama ibu Farida dan Lesti juga Tio yang duduk di bangku kelas 6 SDN.
Sambil makan siang, Shinta berkata,
"Hemmmm, enak banget ibu kalau bikin sambal, kalah nih koki cafe ku."
"Ini sambal yang biasa ibu bikin untuk Damar Shinta," ujar ibu Farida.
"Senang sekali ya, bisa makan bersama keluar walau makan dengan menu apa adanya," kata Shinta,
"Bahagia rasanya setiap hari kumpul keluarga."
"Ibu dan anak - anak sudah biasa makan bersama Shinta. Apa kamu tidak pernah makan bersama keluarga," tanya ibu Farida
"Jarang banget Buk. Ya sesekali makan bareng waktu di restoran.
Shinta dan adik - adik sering makan di dalam mobil ketika berangkat sekolah. Itupun sering makan roti.
Kadang di rumah sering makan sendiri.
Jadi saya sering makan di luar rumah Buk."
"Oh Begitu ya..?"
"Ibu, Tio mau nambah nasi lagi ya, sama udang gorengnya."
"Sini Tio, Mak Shinta ambilkan. Habisin udangnya ya, nanti kak Shinta belikan lagi yang banyak."
"Jangan beli banyak - banyak, di rumah gak ada kulkas untuk menyimpan makanan basah," sahut Damar.
"Besok ibu beli Mas Damar. Biar ibu bisa simpan makanan basah.
Uang yang Mas Damar kasih belum sempat ibu belanjakan alat - alat dapur."
"Emang Mas Damar kasih uang sama ibu..?" tanya Shinta
"Iya Nak Shinta."
"Dikasih berapa Buk..?"
"Di kasih 25 juta untuk bayar hutang bapak dan ibu. Sisanya masih ada 5 juta.
Rencananya mau ibu Belikan kulkas sama kompor dua tungku dan tabung Elpiji, biar punya cadangan elpiji.
Susah kalau gak punya cadangan elpiji, apalagi pas elpiji habis tengah malam atau subuh waktu masak."
"Hemmm, banyak amat uang Mas Damar," ujar Shinta.
"Damar bilang dapat hadiah undian."
"Hehehehe, bisa aja lu Mas, bilang dapat hadiah undian," kata Shinta.
Mendengar obrolan di meja makan, Damar hanya diam mendengar, sesekali tersenyum di sela - sela makan.
'Habis ini ibu aku kasih uang ya, ibu beli kulkas dua pintu yang bagus. Beli kompor dua tungku dan dua tabung Elpiji," ujar Shinta,
"Uang yang 5 juta ibu simpan buat jajan Tio dan buat belanja keperluan dapur."
"Huk huk!" Damar batuk - batuk mendengar Shinta mau kasih ibu Farida uang.
"Minum dulu Mas, biar gak batuk ke selak," ujar Shinta,
"Jangan - jangan kamu batuk di buat - buat mendengar aku mau kasih uang ibu..?"
"Jangan lupa kasih uang ibu untuk beli Tv sekalian," sahut Damar santai.
"Kak Damar, kalau bisa pasang Wi-Fi ya, biar Lesti enak belajarnya. Kalau mau browsing atau buka komputer biar enak. Oh iya, Lesti belum punya laptop Kak."
'Iya, habis ini Kakak suruh orang pasang Wi-Fi," ujar Damar,
"Nanti Kakak belikan laptop untuk kamu dan Tio. Sebentar lagi Tio kan SMP."
"Terimakasih Kak," sahut Lesti.
*Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
maharastra
mesakno🤭
2023-04-16
2
maharastra
yg ngomong bukan damar,tp demitnya😂😂✌️
2023-04-16
2
maharastra
hemmmm,,,menguji iman🤭🤭👍
2023-04-16
1