Abel kembali bersekolah seperti biasanya, tapi kali ini berbeda sebab ia masih memikirkan perkataan Anna semalam tentang perasaannya pada Lion. Ia tak tahu apakah ucapan Anna memang benar kalau ternyata ia menyukai Lion, karena Abel sendiri tidak bisa mengetahui apakah ia mencintai Lion atau tidak.
Ia tiba di kelasnya dan duduk pada kursi seperti biasa dengan tas ia taruh di meja, Abel lalu menempelkan wajahnya di atas tas sambil memasang wajah cemberut. Perkataan Anna masih terus berdengung di telinganya, seolah-olah wanita itu ada di sebelahnya.
Tak lama, Syira dan Thalia muncul lalu duduk di dekat Abel dengan wajah bingung. Kedua gadis itu menyentuh punggung Abel dengan lembut dan mengusapnya. Abel terkejut lalu menegakkan kepalanya seraya memandang ke arah dua temannya itu.
"Eh kalian, ada apaan? Kok muka kalian sedih gitu sih?" heran Abel.
"Justru kita yang heran sama lu Abel, lu kenapa pagi-pagi gini udah murung? Sebagai teman, kita bakal ikut sedih kalo lu ngerasa sedih. Lu lagi ada masalah ya Bel?" ucap Syira.
"Eee sebenarnya enggak sih, gue cuma masih ngantuk aja. Makanya gue mau tiduran sebentar lah mumpung belum bel," bohong Abel.
"Ohh, tapi gak biasanya lu jam segini ngantuk. Kalau siang atau menjelang pulang baru sering, apa lu lagi bohongin kita?" ujar Thalia.
"Please Bel, kalau ada masalah cerita aja sama kita kenapa sih! Kita pasti bakal bantu cari solusi buat lu supaya lu gak sedih lagi," ucap Syira.
"Kalian kenapa sih? Gue bilang gak ada ya artinya gak ada, gue gak bohong sama kalian. Kalau kalian gak percaya sama gue, yaudah terserah kalian aja," ucap Abel.
Syira dan Thalia saling pandang selama beberapa detik, mereka masih tak mempercayai ucapan Abel dan yakin sekali kalau gadis itu sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka. Tapi mereka juga tahu, Abel tidak ingin menceritakan apa yang sedang menjadi masalahnya.
"Oke gapapa kalo lu gak mau cerita, yang penting sekarang lihat buku pr lu dong Bel!" pinta Thalia sambil menengadahkan tangannya ke arah Abel.
"Hah? Pr apaan sih? Gue gak ngerasa ada pr deh, semalam juga gue asyik ngelive aja sama kakak gue," ucap Abel kebingungan.
"Ih lu gimana sih Bel? Itu loh tugas PPKn yang Minggu lalu, masa lu lupa? Berarti lu belum ngerjain dong?" ucap Thalia.
"Yeh kalo itu mah udah dong, malahan dari Minggu kemarin. Emang kalian pada belum ngerjain? Males banget sih jadi orang!" cibir Abel.
"Sombong lu Bel! Kita kan beda sama lu, kita tuh bukan cewek rajin. Makanya kita lihat dong buku pr lu buat disalin!" ucap Thalia.
"Huh, kalian tuh ya setiap hari pasti kerjaannya minjam buku pr gue buat disalin. Kapan gitu gantian gue yang pinjem buku kalian?" keluh Abel.
"Hehe mana bisa begitu Abel? Kalau misal terjadi, mungkin itu jadi tanda-tanda perang dunia ketiga," ucap Syira sambil terkekeh.
Abel memutar bola matanya, ia pun mengambil buku miliknya dari dalam tas dan memberikannya pada kedua temannya itu. "Nih!" ucap Abel singkat dan terdengar ketus.
"Ih galak amat lu Bel, tapi thank you ya udah mau dipinjemin!" ujar Thalia.
"Iye iye.."
Abel langsung beranjak dari tempat duduknya dan pamit ke toilet pada teman-temannya itu, kedua sohibnya mengiyakan saja sebab mereka sedang sibuk menyalin buku pr Abel. Abel pun pergi keluar kelas, karena penasaran Fikri memutuskan mengikuti gadis itu dari belakang.
•
•
"Abel tunggu!" betapa kagetnya Abel saat langkahnya dihentikan secara paksa oleh seseorang yang meneriakinya dari belakang.
Abel sontak menoleh, matanya menemukan seorang pria berdiri disana menatap ke arahnya. Siapa lagi pria itu jika bukan Fikri, sosok pria yang tergila-gila padanya dari dulu hingga sekarang dan tidak pernah menyerah untuk coba mendekati gadis itu.
Gadis itu memutar bola matanya, ia memang selalu malas saat Fikri mendatanginya. Padahal sudah berulang kali Abel meminta Fikri untuk menjauh, tetapi pria itu tak mau mendengar dan malah semakin gencar untuk coba mendekatinya. Contohnya seperti saat ini.
"Bel, kamu mau kemana? Kok baru datang udah langsung pergi aja? Kamu lagi ada masalah ya? Aku lihat tadi kamu murung gitu di kelas," tanya Fikri penasaran.
"Aku kemana kek ya suka-suka aku, emang apa hubungannya sama kamu? Lagian ngapain sih kamu susulin aku segala?" ketus Abel.
"Karena aku pengen tahu apa masalah kamu Abel, kamu cerita ya sama aku!" pinta Fikri.
"Dengar ya, aku gak ada apa-apa. Jadi udah deh kamu jangan kejar-kejar aku lagi! Sekarang aku mau ke toilet dulu," ucap Abel.
"Aku antar gimana?" usul Fikri.
"Kamu gak waras ya? Aku mau ke toilet, ngapain kamu pengen antar aku segala?" kesal Abel.
"Eee ya kan—"
"Udah udah deh, aku lagi pusing. Sana kamu ke kelas jangan ikutin aku lagi!" sela Abel.
Setelahnya, Abel langsung berbalik dan pergi begitu saja meninggalkan Fikri. Pria itu terdiam saja tak ada niat untuk mengikuti Abel lagi, ia khawatir Abel akan marah dan justru tidak mau berteman dengannya lagi.
Setelah lepas dari Fikri, Abel pun merasa lega karena pria itu tidak lagi mengikutinya. Tapi naas, dirinya secara mendadak ditarik oleh seseorang dari samping yang langsung mendorongnya hingga membentur dinding. Abel sangat terkejut, nafasnya terengah dan kedua matanya membulat saat mengetahui Lion lah yang ada di depannya.
"Kak—mmppfftt.." belum sempat Abel selesai bicara, Lion sudah lebih dulu membungkam mulutnya dengan telapak tangan.
"Lo gausah bicara dulu, dengerin aja gue ngomong karena ini penting banget! Apa lu yang udah bilang ke Harva kalau gue suka lu?" sentak Lion.
Mata Abel melotot dan kemudian ia menggeleng cepat membantah ucapan pria itu.
"Jangan bohong deh Bel! Buktinya semalam abang gue yang gak waras itu tiba-tiba tanya ke gue kalo gue suka sama lu, pasti gara-gara lu kan yang bilang ke dia!" ucap Lion.
Abel terus memukul-mukul tangan Lion meminta dilepaskan, hingga akhirnya Lion mengalah dan melepaskan tangannya dari mulut wanita itu. Abel pun merasa lega, ia langsung mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.
"Haish, kamu tuh—" lagi-lagi ucapan Abel terpotong, lantaran Lion menaruh telunjuknya di bibir wanita itu.
"Kita bicaranya di kantin aja yuk! Biar lu gak panik terus kayak gini," ajak Lion.
"Enggak ah, aku—" Lion yang kesal langsung saja menarik paksa lengan Abel dan membawanya menuruni tangga menuju kantin.
"Ish, kamu kok maksa sih? Aku kan belum bilang kalau aku mau ikut kamu!" protes Abel.
"Lu diam aja Bel, gue kan cuma minta lu buat jawab jujur ke gue!" ucap Lion tegas.
"Aku tadi udah—"
"Sssttt diem aja dulu!" sela Lion sembari memberi pelototan tajam ke arah Abel.
Abel menelan saliva nya, ia memilih diam dan mengikuti saja langkah kaki Lion.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments