ABELION PART 11

Anna menemui Abel di ruang keluarga, ia menghampiri gadis itu yang tengah duduk santai sembari memegang ponselnya. Anna menyapa Abel dan duduk di sebelahnya sambil menatap dengan senyum tipis, membuat Abel agak heran tak mengerti mengapa Anna seperti itu.

"Ada apa kak? Kok kak Anna senyum-senyum begitu ke aku? Jangan-jangan kamu anggap aku kak Harva ya?" heran Abel.

"Heh ngaco aja kamu! Aku tuh mau tanya sesuatu sama kamu Abel, tapi tolong ya kamu jawab jujur dan jangan bohongin aku!" ujar Anna.

Abel terdiam beberapa saat, ia berpikir apa kiranya yang akan ditanyakan Anna padanya. Ia juga sedikit khawatir pertanyaan itu nantinya akan mengarah ke sosok Lion, sebab ia tahu kalau sekarang ini Anna tengah menaruh penasaran padanya dan juga Lion.

Sebelum Anna mulai bertanya, Abel justru sudah memikirkan jawabannya lebih dulu agar tak membuat Anna curiga. Ia tidak mau Anna mengira bahwa dirinya menyukai Lion, walau memang kenyataannya seperti itu. Tentu Abel khawatir Anna akan memarahinya jika tahu semua itu.

"Kamu mau tanya soal apa? Aku pasti jawab jujur kalau emang aku tahu jawabannya," ujar Abel.

"Bagus deh, aku yakin kamu tahu kok jawabannya. Pertanyaan ini kan menyangkut perasaan kamu, jadi cuma kamu yang tahu," ucap Anna.

"Perasaan aku? Emang kenapa ya kak?" heran Abel.

"Sejak kenal dengan Lion, aku rasa kamu jadi sedikit berbeda Bel. Malahan setiap kali live bareng, kamu selalu nyariin Lion," ucap Anna.

"Eee terus kenapa kak?" tanya Abel bingung.

"Langsung aja deh ya, kamu sebenarnya suka kan sama Lion?" ucap Anna.

Deg!

Ternyata benar dugaan Abel, kakaknya memang akan mengajukan pertanyaan mengenai Lion. Dia sungguh bingung saat ini, apa yang harus dia jawab supaya Anna tidak curiga kalau ia memiliki rasa pada Lion. Abel memang perempuan yang buruk dalam berbohong dan sulit melakukannya.

"Kak Anna ini bicara apa sih? Masa aku suka sama kak Lion? Yang bener aja dong kak, kata siapa coba aku suka dia?" elak Abel.

"Bel, jujur dong sama aku! Kamu pasti beneran suka kan sama Lion, udah deh ngaku aja jangan bohong!" sentak Anna.

"Emang kenapa sih kak? Kok kamu kayak pengen banget aku aku kalau aku suka sama kak Lion? Udah aku bilang enggak ya berarti enggak," ucap Abel.

"Tuh kan bohong lagi, kamu tuh emang benar-benar nyebelin ya Bel. Aku kan bilang jangan bohong, kenapa malah bohong?!" kesal Anna.

"Kamu tahu darimana aku bohong? Kan yang tahu isi hati aku ya cuma aku, jadi kamu jangan sok tahu deh!" ucap Abel.

"Ya emang, tapi perasaan aku mengatakan kalau kamu itu suka sama Lion. Karena dari perubahan sikap kamu beberapa hari ini, itu menandakan kamu emang suka sama dia," ucap Anna.

"Kakak tuh sok tahu banget sih, aku gak suka sama kak Lion jadi jangan bikin pernyataan sendiri dong!" sentak Abel.

"Lah kok kamu marah? Biasa aja dong Bel, kalo emang gak suka kenapa harus marah?" ujar Anna.

"Ya gimana gak marah? Kakak aja mojokin aku terus suruh aku ngaku kalau aku suka sama kak Lion, padahal nyatanya enggak," ujar Abel.

Anna tersenyum, kemudian merangkul adiknya sembari mengusap-usap bahu gadis itu. Ia menyesal telah bersikap kasar pada Abel tadi, harusnya memang ia tidak memaksa Abel untuk mengaku bahwa dia mencintai Lion, karena itu baru dugaannya semata.

"Maafin aku ya Bel!" ucap Anna pelan.

"Hm." Abel hanya berdehem kecil.

Disisi lain, Lion juga tengah memikirkan Abel di balkon kamarnya. Ia menatap ke langit seolah-olah ada wajah Abel disana, entah kenapa belakangan ini bayangan gadis itu selalu muncul di kepalanya saat ia sedang sendirian. Mungkinkah ia juga mulai jatuh cinta pada gadis itu?

Lion pun mengusap wajahnya kasar sembari mengacak-ngacak rambutnya, ia berusaha keras menghilangkan wajah Abel dari pikirannya. Gadis itu memang sangat memikat dirinya, dan sulit sekali untuk bisa menghapus bayangan tentang Abel karena hampir setiap hari ia selalu bertemu dengan gadis itu.

"Aaarrgghh, gue ini kenapa sih? Ayolah Lion, lu jangan kayak gini! Abel tuh calon ipar lu, masa lu malah suka sama dia?" geram Lion.

Pukkk

Tiba-tiba ada yang menepuknya dari belakang, Lion sungguh terkejut sebab sebelumnya tidak ada siapapun disana kecuali dirinya. Tapi ternyata, kini Harva juga ada di balkon kamarnya dan berdiri tepat di sebelahnya sambil tersenyum renyah.

"Ah elah lu bang, rese amat sih! Gue tuh lagi galau tau, jangan ganggu dong!" kesal Lion.

"Gue gak ada niatan buat ganggu, gue justru mau bantu hibur lu. Gue tahu nih apa yang lagi lu pikirin sekarang," ucap Harva.

"Sok tahu banget lu, emang gue lagi mikirin apa coba?" tantang Lion.

"Pasti lu kepikiran soal Abel kan? Gue tahu lu ada rasa sama tuh anak, ngaku aja deh sama gue bro!" ucap Harva sambil tersenyum.

"Hah? Gila kali lo, yakali gue naksir sama Abel. Gue tuh udah ada cewek lain kali yang gue taksir, jadi jangan ngaco deh lu!" elak Lion.

"Serius lu? Siapa cewek yang lu suka kalo bukan Abel? Teman sekolah lu?" tanya Harva penasaran.

"Lu kenapa kepo banget sih bang? Gue mau suka sama siapa itu hak gue, jadi suka-suka gue lah. Udah ah jangan ganggu gue deh!" sentak Lion.

"Gue gak ganggu lu, gue cuma minta jawaban dari lu. Kalau emang bukan Abel yang lu suka, terus siapa dong?" ujar Harva.

"Ada lah teman seangkatan gue di sekolah, lu gausah kepo jadi orang!" ucap Lion.

Lion yang kesal memilih pergi, akan tetapi Harva tak menyerah begitu saja, ia terus berusaha untuk mendapat jawaban dari Lion terkait siapa wanita yang disukai adiknya itu. Apalagi Harva yakin jika Lion memang menyukai Abel, tapi ia juga tahu kalau lelaki itu malu mengakuinya.

"Hey, tunggu dong Lion! Lu belum jujur sama gue, jangan pergi dulu!" pinta Harva menahan pundak sang adik dengan kuat.

"Apaan sih bang? Gue jawab jujur itu tadi, gak percayaan amat. Lagian lu kenapa tiba-tiba jadi ngira gue suka sama Abel sih? Emang lu mau itu terjadi?" ucap Lion.

"Kalau emang karena Abel bisa bikin lu berubah, gue senang kok lu bisa jadian sama dia. Mending lu jujur aja deh buruan," ucap Harva.

"Apa sih bang? Gila lu!" sangkal Lion.

Lion langsung menyingkirkan tangan Harva dari pundaknya, ia pun kembali melangkah dengan kesal sembari membuka pintu kamarnya seolah menyuruh Harva keluar dari sana. Harva menurut, ia keluar dari sana meskipun masih belum yakin dan puas dengan jawaban adiknya.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!