ABELION PART 10

Fikri menggeleng cepat, mencengkram tangan gadis itu kuat seolah tak mengizinkan Abel untuk pergi menemui Lion lagi.

"Ini gak berlebihan Abel, ini sudah pas dan kak Lion emang harus dilaporin ke guru," ucap Fikri tegas.

"Udah cukup ya Fikri, aku gak mau dengerin kamu!" sentak Abel menyingkirkan tangan Fikri darinya.

"Tapi Bel—" ucapan Fikri tak sempat selesai karena Abel sudah pergi melewatinya dan segera menuju gudang sekolah.

"Abel, Abel tunggu!" teriak Fikri cukup keras.

Fikri berusaha mengejarnya, tetapi Abel melangkah lebih cepat meninggalkan pria tersebut.

Kini Abel tiba di belakang sekolah, mencari-cari keberadaan Lion sambil memegang baju pria itu.

Begitu menemukannya, Abel langsung menghampiri pria itu dengan senyum merekah di pipinya.

"Ehem ehem.." dehem Abel pelan.

Lion menoleh, bangkit dari duduknya dan mendekati gadis itu dengan tatapan dingin.

"Apaan? Udah selesai?" tanya Lion.

"Iya udah kak, nih bajunya bersih kan seperti semula? Tadinya mau aku jemur dulu, tapi gak tahu dimana," jawab Abel.

"Gapapa, gausah dijemur. Biar itu jadi urusan gue nanti, sekarang lu disini aja dulu sama gue ya!" ucap Lion sambil tersenyum.

"Mau ngapain kak? Aku gak mau ah, lagian kak Lion juga gak pake baju. Malu tau!" ucap Abel.

"Buat apa malu? Lagian gue cuma pengen ngobrol dan tanya sesuatu aja sama lu, anggap aja kita udah jadi saudara gitu!" ucap Lion.

Abel menunduk, kata saudara yang barusan diucapkan Lion amat membuat hatinya terkoyak dan angannya hilang seketika.

"Lo nanti malam ikut ngelive bareng kakak lu lagi gak?" tanya Lion.

"Gak tahu," jawab Abel singkat.

"Ikut aja ya! Gue suka nontonin live kakak lu, kalo ada lu nya disana. Soalnya lu imut banget, apalagi pas nahan malu," ujar Lion.

Perasaan Abel benar-benar dibuat naik turun oleh Lion, sungguh seperti sedang menaiki roller coaster di sebuah wahana permainan.

Tanpa disadari, Fikri masih terus memantau mereka berdua dari jauh. Ia tampak tak terima dengan kedekatan Abel dan Lion saat ini.

"Awas aja ya, gue bakal bikin perhitungan ke lu kak! Karena lu udah ngerjain Abel," geram Fikri.

Ia mengepalkan tangannya, menahan emosi saat melihat kebersamaan Lion dan Abel di depan sana yang tampak cukup dekat.

Abel beserta kedua temannya, yakni Syira dan Thalia kini tengah kumpul bersama di rumah Thalia untuk mengerjakan tugas kelompok.

Namun, pikiran Abel masih tetap mengarah pada sosok Lion yang telah berhasil membuat perasaannya tak karuan hingga kini.

"Eh guys, kalian tuh pernah ngerasain jatuh cinta gak?" tanya Abel lirih.

"Hah??" Syira dan Thalia kompak terkejut ketika mendengar pertanyaan Abel barusan.

"Ih kenapa kalian pada kaget gitu? Gue nanya sama kalian, harusnya kalian jawab dong," heran Abel.

"Hahaha, kita berdua kaget aja Bel. Lu kenapa nanya begitu sama kita? Jangan bilang lu lagi jatuh cinta ya? Sama siapa Bel?" ujar Thalia.

"Gu-gue cuma nanya, bisa gak sih kalian jawab aja gausah paket balik nanya?!" ujar Abel.

"Yeh kita kan penasaran Bel, gak mungkin tiba-tiba lu tanya begitu tanpa ada alasan yang jelas. Pasti lu lagi jatuh cinta kan sekarang?" ucap Thalia.

"Udah deh kalian tinggal jawab aja gitu, nanti baru gue jelasin kenapa!" sentak Abel.

Thalia melirik ke arah Syira, dan seketika mereka tersenyum miring mendengar ucapan Abel. Kedua gadis itu sama-sama bingung, siapa lelaki yang berhasil membuat Abel jatuh cinta sebenarnya.

"Okay, gue jawab jujur ya. Gue pernah jatuh cinta, ya dan gue juga pernah menjalin hubungan dengan orang yang gue cintai," ucap Thalia.

"Gue juga sama kayak Thalia, bedanya gue gak bisa milikin cowok yang gue suka. Dan gue cuma bisa mendam perasaan gue itu," sahut Syira.

"Kenapa harus dipendam? Kok gak lu ungkapin aja ke cowok itu?" heran Abel.

"Susah Bel, kalo lu jadi gue pasti lu juga bakal melakukan hal yang sama. Cowok yang gue suka itu tuh terlalu sulit dimiliki," ucap Syira.

"Duh, kasihan banget sih lu!" ucap Abel.

"Gak perlu dikasihani dia mah, Bel. Mending sekarang lu kasih tau ke kita siapa cowok yang lu suka!" ucap Thalia sambil tersenyum.

Abel terdiam, dan sedetik kemudian ia malah tersenyum membayangkan wajah Lion yang berhasil memikat hatinya.

Disisi lain, Anna serta Harva tengah makan siang bareng di sebuah restoran. Mereka tampak saling berbincang membahas mengenai pertunangan yang akan mereka laksanakan.

"Sayang, kapan nih enaknya aku bisa ngelamar kamu sekalian kita tukar cincin?" ujar Harva.

"Terserah kamu aja, aku sebagai pihak wanita mah kapan aja siap kok," ucap Anna.

"Ya tapi kan tetap aku juga harus mastiin ke kamu dulu, gak bisa dong aku main langsung datang aja ke rumah kamu tanpa ngomong dulu," ucap Harva.

"Yaudah, sebisanya kamu aja. Misal nanti kamu ada waktu kosong, ya kamu datang deh ke rumahku. Tapi, sebelum itu kasih tau dulu ke aku. Supaya aku bisa siapin semuanya di rumah," ucap Anna sambil tersenyum.

"Oke deh, secepatnya aku bakal urus pertunangan kita. Kamu tunggu aja waktu tepatnya!" ucap Harva.

Tiba-tiba, muncul wajah Abel di pikiran Anna. Sontak ia pun teringat akan tingkah aneh Abel yang berubah drastis saat bersama Lion, ia berniat membahas itu dengan Harva saat ini. Karena ia merasa Abel memiliki perasaan pada Lion yang sedang dia pendam.

"Umm Harva, kamu tahu kan belakangan ini kita sering ngelive bareng Abel dan Lion?" ujar Anna.

"Ohh, iya iya tau kok. Terus kenapa sayang? Ada yang salah?" heran Harva.

"Gak kok, aku cuma bingung aja sama sikap Abel itu loh. Setiap kali kita live bareng Lion, si Abel ini kayak berubah sikap gitu. Dia jadi lebih sering senyum dan ketawa, ya kan?" ucap Anna.

"Iya sih, sebenarnya aku juga heran soal itu. Biasanya kan si Abel gak pernah senyum kalo sama cowok," ucap Harva.

"Nah itu dia sayang, apa si Abel suka ya sama Lion? Soalnya yang aku lihat dari tatapannya tuh kayak beda gitu," tebak Anna.

"Ah kamu jangan nebak-nebak dulu sayang! Kalau gak bener, nanti malah jadi fitnah. Mending kamu tanya langsung ke Abel nanti di rumah!" ujar Harva.

"Gak mungkin lah dia mau ngaku, kamu tau sendiri Abel tuh gimana. Dia pasti bakal nutupin semuanya dari aku, apalagi soal cinta. Makanya aku bingung banget sama tuh anak," ucap Anna.

"Ahaha, yaudah biarin ajalah Abel punya rasa sama Lion. Emangnya kenapa sih sayang? Kalau mereka saling suka, justru bagus kali," ucap Harva.

"Kamu gimana sih sayang? Kita kan mau nikah, otomatis mereka juga bakal jadi saudara dong. Masa iya mereka ikut nikah juga?" ujar Anna.

"Eee emang gak boleh ya?" tanya Harva.

Anna menepuk jidatnya, sikap Harva yang polos tapi menyebalkan itu sungguh membuatnya pusing.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!