Abel benar-benar merasa risih terus didekati oleh Fikri kemanapun ia pergi, apalagi pria itu seolah tidak mau menjauh darinya.
"Hehe, kali ini aku traktir kamu ya Abel? Kamu mau kan?" ucap Fikri.
"Gausah, nanti ngerepotin kamu lagi," tolak Abel.
"Ah enggak kok, Abel mana pernah repotin aku?" kekeh Fikri.
"Tetap aja aku gak mau," ucap Abel.
Fikri pun merasa jengkel dan bingung harus apa untuk bisa membuat Abel terkesima padanya, berbagai cara sudah ia lakukan tetapi selalu gagal.
"Eee kalo gitu gapapa deh kamu bayarnya sendiri, tapi aku temenin ya?" ucap Fikri.
"Aku udah ada teman disana, kamu sama yang lain aja ya!" ujar Abel.
"Ta-tapi Bel, aku tuh maunya sama kamu. Bosen lah kalau sama itu-itu terus," ucap Fikri.
"Aku yang gak mau sama kamu," ketus Abel.
Disaat Abel berbelok, ia justru tanpa sengaja menabrak tubuh Lion yang baru keluar dari kantin dan membuat es di tangan pria itu tumpah mengenai bajunya.
"Aduh!" Lion menggeram kesal menyadari bajunya basah akibat tumpahan minuman itu.
Ia langsung menatap ke depan untuk mencari tahu siapa yang menabraknya, dan betapa kesalnya ia karena ternyata Abel lah yang ada disana.
"Abel? Hadeh, lu tuh benar-benar bikin gue kesel ya!" ujar Lion.
Entah kenapa Abel tiba-tiba tersenyum dan menundukkan kepala begitu menyadari Lion yang ia tabrak tadi.
"Dih malah senyum-senyum, gak jelas banget sih lu!" geram Lion.
Lagi-lagi Abel tetap diam dengan senyum tipis yang berusaha ia sembunyikan, sedangkan Lion semakin kesal dan langsung mencengkram lengan gadis itu dengan kuat.
"Awhh!!" Abel memekik kaget saat tangannya dicengkeram pria itu.
"Lu ikut gue sekarang!" ujar Lion.
"Hah? Kemana?" tanya Abel bingung.
"Udah ayo!" paksa Lion.
Lion langsung menyeret paksa tubuh Abel pergi bersamanya menuju gudang sekolah.
Teman-teman Lion yang tadi bersamanya pun tampak bingung melihat Lion pergi begitu saja.
Begitu juga dengan Fikri, ia masih tak habis pikir apa yang akan dilakukan Lion pada Abel.
Akhirnya Fikri pun memutuskan mengejar kedua orang itu karena penasaran.
Kini Abel dan Lion tiba di belakang sekolah, tempat yang sepi dan jarang didatangi orang itu.
Lion melepas cengkeramannya dan mendorong sedikit tubuh Abel hingga menyentuh dinding.
"Akh!" pekik Abel pelan.
"Lu ngapain sih Bel? Bikin baju gue basah aja, ini gimana cara gue ngeringin nya coba? Lu mau tanggung jawab?" tegur Lion.
"Eee aku juga gak tahu kak Lion," ucap Abel.
"Kok gak tahu? Okay, sekarang gue lepas seragam gue ini. Abis itu lu bersihin ya di toilet?" ucap Lion.
"Hah?" Abel menganga tak percaya.
"Kenapa lu?" heran Lion.
Abel menggeleng sembari menutupi mulutnya, entah kenapa ia gugup saat Lion mengatakan ingin membuka baju seragamnya.
Dan betul saja, Lion perlahan mulai melepas kancing bajunya di hadapan Abel tanpa ragu sedikitpun.
"Ish, kamu beneran mau buka baju?" tanya Abel memastikan.
"Iyalah Abel, ini basah banget tau gara-gara lu. Gue bisa kedinginan nanti," jawab Lion tegas.
"Ta-tapi kalau ada yang lihat gimana?" ucap Abel.
"Siapa? Paling cuma lu yang lihat, dan itu gak masalah buat gue," ujar Lion.
"Dih," Abel mencebik bibirnya.
Kini seluruh kancing di tubuh Lion sudah terlepas, dengan cepat ia juga membuka bajunya lalu menyodorkan ke arah Abel.
"Nih baju gue, lu bersihin sampe ilang semua nodanya!" suruh Lion.
Deg!
Abel menutup mata tak berani menatap ke depan, tentu saja karena Lion tengah bertelanjang dada.
•
•
Setelah bersusah payah membersihkan baju milik Lion, akhirnya Abel berhasil dan noda di baju tersebut sudah hilang walau belum sempurna.
Ia pun dapat bernafas lega, tanpa menunggu lama Abel langsung membawa baju itu ke tempat Lion berada.
Ya Lion memang menunggu Abel di belakang sekolah, tepatnya di dekat gudang yang sebelumnya ia membawa Abel.
Namun di tengah perjalanan, Abel justru dicegat oleh Fikri yang tiba-tiba muncul di depannya tanpa ia duga sebelumnya.
"Bel, kamu abis ngapain? Itu baju siapa yang kamu bawa-bawa begitu?" tanya Fikri penasaran.
"Punya kak Lion," jawab Abel jujur.
"Hah? Buat apa kamu bawa-bawa bajunya kak Lion itu? Emang dia kenapa?" heran Fikri.
"Maaf Fik, tapi aku harus pergi sekarang. Kita lanjut ngobrolnya nanti aja ya?" ujar Abel.
"Eh sebentar Bel, kamu cerita aja sama aku kalau kamu dibully atau diganggu! Aku gak terima loh jujur," ucap Fikri tegas.
"Dibully? Enggak kok aku gak dibully," elak Abel.
"Kamu jujur aja ke aku, Abel. Buktinya ini kamu pake bawa baju kak Lion segala yang basah, pasti kamu disuruh dia kan?" ucap Fikri.
"Ya iya, tapi ini kan karena kesalahan aku juga. Aku tadi udah nabrak dia waktu di jalan, sampe akhirnya bajunya ini basah dan kotor gara-gara ketumpahan air minum," jelas Abel.
"Tetap aja ini salah Abel, gak seharusnya dia begitu ke kamu. Udah ya kamu tinggalin aja baju itu disini, kita lapor ke BK!" ucap Fikri.
"Ih jangan lah Fikri! Kamu gak perlu berlebihan gitu deh sama aku," ucap Abel.
Fikri menggeleng cepat, mencengkram tangan gadis itu kuat seolah tak mengizinkan Abel untuk pergi menemui Lion lagi.
"Ini gak berlebihan Abel, ini sudah pas dan kak Lion emang harus dilaporin ke guru," ucap Fikri tegas.
"Udah cukup ya Fikri, aku gak mau dengerin kamu!" sentak Abel menyingkirkan tangan Fikri darinya.
"Tapi Bel—" ucapan Fikri tak sempat selesai karena Abel sudah pergi melewatinya dan segera menuju gudang sekolah.
"Abel, Abel tunggu!" teriak Fikri cukup keras.
Fikri berusaha mengejarnya, tetapi Abel melangkah lebih cepat meninggalkan pria tersebut.
Kini Abel tiba di belakang sekolah, mencari-cari keberadaan Lion sambil memegang baju pria itu.
Begitu menemukannya, Abel langsung menghampiri pria itu dengan senyum merekah di pipinya.
"Ehem ehem.." dehem Abel pelan.
Lion menoleh, bangkit dari duduknya dan mendekati gadis itu dengan tatapan dingin.
"Apaan? Udah selesai?" tanya Lion.
"Iya udah kak, nih bajunya bersih kan seperti semula? Tadinya mau aku jemur dulu, tapi gak tahu dimana," jawab Abel.
"Gapapa, gausah dijemur. Biar itu jadi urusan gue nanti, sekarang lu disini aja dulu sama gue ya!" ucap Lion sambil tersenyum.
"Mau ngapain kak? Aku gak mau ah, lagian kak Lion juga gak pake baju. Malu tau!" ucap Abel.
"Buat apa malu? Lagian gue cuma pengen ngobrol dan tanya sesuatu aja sama lu, anggap aja kita udah jadi saudara gitu!" ucap Lion.
Abel menunduk, kata saudara yang barusan diucapkan Lion amat membuat hatinya terkoyak dan angannya hilang seketika.
"Lo nanti malam ikut ngelive bareng kakak lu lagi gak?" tanya Lion.
"Gak tahu," jawab Abel singkat.
"Ikut aja ya! Gue suka nontonin live kakak lu, kalo ada lu nya disana. Soalnya lu imut banget, apalagi pas nahan malu," ujar Lion.
Perasaan Abel benar-benar dibuat naik turun oleh Lion, sungguh seperti sedang menaiki roller coaster di sebuah wahana permainan.
Tanpa disadari, Fikri masih terus memantau mereka berdua dari jauh. Ia tampak tak terima dengan kedekatan Abel dan Lion saat ini.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments