Delila keluar meninggalkan Baron yang masih terdiam tidak jauh darinya. Setelah membaca dan mengirim pesan pada Sang Papa, Delila memutuskan untuk pulang ke kontrakan- dia tidak ingin memikirkan apa yang tengah terjadi di tempat ini.
Begitu Delila keluar dia disambut oleh tatapan orang orang yang ada disana, termasuk Renata. Wanita yang menyandang sebagai mantan calon istri dari suaminya itu terlihat menatap dengan penuh selidik, kedua matanya memindai penampilannya dari atas hingga bawah.
Tapi sayangnya Delila tidak mau ambil pusing, dia melewati wanita itu begitu saja dan mendekat pada Maman yang masih mengotak atik motor.
"Bang, aku pulang dulu ya!"
Suara Delila terdengar ceria, gadis itu pintar sekali memanipulasi ekspresi serta perasaannya saat ini. Delila tersenyum tipis, menunjukan kalau dirinya sangat baik, bahkan baik baik saja.
"Pulang pake apa? naik taksi apa naik-,"
"Tadi aku udah pesen taksi, ya udah aku pulang- lain kali mampir lagi kesini. Dah Bang Maman, kerja yang rajin ya!"
Delila melambaikan tangannya pada Maman, gadis itu terlihat ceria bagaikan seorang bocah yang baru saja keluar dari sekolahnya dan hendak pulang. Tapi keceriaan itu hilang saat dirinya sudah berada cukup jauh dari area bengkel, wajah imutnya berubah sendu- dia menatap jalanan didepannya dengan tatapan kosong.
Helaan napasnya terdengar, kedua matanya mengerjap pelan. Panas matahari siang ini cukup menyengat, Delila mengedarkan pandangannya ke arah lain- mencari kendaraan umum yang akan dia tumpangi.
Cuaca yang terik siang ini cukup membuatnya kepanasan, kalau berjalan kaki seperti kemarin rasa tidak akan kuat. Delila menoleh, dia menatap ke arah kanan guna mencari angkutan kota yang akan membawanya pulang. Banyak taksi yang melewatinya, tapi tidak ada satu pun yang dihentikan oleh Delila- dia memilih diam dan menunggu angkutan umum biasa yang ongkosnya lebih murah.
Tapi saat angkutan umum itu hendak menepi, sebuah sepeda motor tiba tiba saja berhenti didekatnya. Delila reflek menoleh, gadis itu mengerjap pelan dan menatap ke arah si pengendara.
"Mas Baron, ngapain disi-,"
"Naik!" titahnya.
Dahi Delila mengernyit, dia menatap heran pada pria yang tiba tiba saja datang dan memerintahnya begitu saja.
"Aku mau naik angkot aja, udah Mas Baron balik aja ke bengkel. Tuh angkotnya udah kelihatan." Delila menolak, gadis itu malah menjauh dari Baron dan memilih mendekat pada angkutan kota yang sudah menepi.
Tapi baru dua langkah dia menjauh, Delila kembali menoleh saat merasakan lengannya ditarik seseorang.
"Gue bilang naik!" titahnya lagi, kali ini penuh penekanan dan perintah yang tidak mau di bantah.
Namun sayang, Delila adalah keturunan Prayoga sejati- tidak ada gadis di keluarga itu yang tidak keras kepala, dan Delila menjadi salah satu pewarisnya.
Dengan pelan dia melepaskan cekalan tangan Baron, bibirnya menipis membentuk senyuman tapi sarat akan arti.
"Gak usah, Mas Baron balik aja ke beng-,"
"Bangor amat sih jadi cewek, kalo kata gue naik ya naik!"
Baron turun dari motor yang dinaikinya, pria itu mendekat pada Delila dan tanpa aba aba dia meraih tubuh gadis itu lalu menaikannya dengan paksa. Delila terlihat seperti bocah yang dipaksa oleh Ayahnya untuk menaiki motor karena rewel.
Gadis itu benar benar terlihat seperti bocah, bahkan saat dia sudah duduk diatas motor wajahnya semakin cemberut, Delila enggan menatap ke arah Baron yang tengah memicingkan kedua mata ke arahnya.
"Gak usah bangor! jadi cewek itu yang nurut. Lo mau dosa gara gara gak nurut sama suami? kalo lo di culik sama sopir angkot gimana? apa kata bapak lo nanti!"
Delila tetap saja diam, dia pura pura tuli dan buta saat Baron terus saja mengoceh. Tumben sekali pria irit bicara dan kaku ini berbicara banyak dan panjang lebar, ada apakah gerangan?
Apa mungkin Baron habis ganti oli mesin, jadi ocehannya lancar jaya?
Delila tidak peduli, dia tetap diam dan pura pura tidak mendengarnya. Bahkan saat Baron mulai membawanya pergi dari sana Delila terlihat jual mahal, dia enggan berpegangan pada Baron. Alhasil pria itu kembali melirik kebelakang, lirikan pedas dan sangat menusuk.
"Pegangan atau gue iket tangan lo!" geramnya.
Delila mendesis, dengan kesal dia meraih kaos yang dipakai Baron dan berpegangan cukup erat.
"Udah!" ketus sang gadis.
Kini giliran Baron yang mencibir, pria itu menyalakan mesin motornya kembali dan segera membawa Delila pulang. Motor melaju kencang, Baron terlihat begitu lihai dan fokus saat mengendarainya. Hingga dia tidak sadar sedari tadi interaksinya di pindai oleh beberapa pasang mata dari arah bengkel.
"Kayaknya Bang Baron sama cewek cantik itu ada something deh, yakin dah gue!"
"Gue juga mikir gitu, dari awal mereka datang bareng udah ngeh gue!"
"Neng Cantek soldout, padahal udah gue niatin mau ngelamar."
Maman menghela napas kasar, sedangkan para rekannya melirik tak berminat padanya.
"Eh busi supra, mending lo cuci muka pake oli bekas sana biar glowing!" cetus rekannya membuat Maman berdecak.
Mereka bertiga terlihat tidak percaya melihatnya, begitu pula dengan wanita yang juga memperhatikan interaksi antara Baron dan Delila tadi.
"Siapa sih tuh cewek? kenapa Bang Baron sampai mau nganterin segala?!" geramnya.
KAMU NANYAK AKU SIAPANYA MAS SAMSON, NIH AKU KASIH TAU YA, GUEEE BINIKNYAAAAAAAAAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Qa¥u_Mani$
/Joyful/
2024-05-21
0
Dede Exis
bisa jadi..bisa jadi
2023-06-20
1
Lee yeon seinaa
iku garwone mas baron mak inem...
2023-06-06
0