Kaki Delila makin membaik, saat ini dia tengah sibuk menyusun belanjaan yang di belinya dari tukang sayur. Uang harian yang Baron berikan memang sangat jauh lebih sedikit dari pada uang jajannya dulu, tapi Delila sebisa mungkin mengiritnya. Dia hanya membeli sayuran sederhana, tidak mahal tapi masih enak untuk dimakan.
Mungkin kalau uang jajan dari Davyn masih mengalir dia tidak akan pusing memikirkan lembaran receh yang Baron berikan, tapi karena Davyn menyetop semuanya- dia juga tidak ingin membuat Baron tidak nyaman maka Delila meninggalkan semuanya, termasuk tabungannya sendiri. Dan sekarang hanya ponsel pemberian Davyn yang tersisa, itu pun ponsel bekas Papanya.
Dari sanalah Delila mendapatkan resep memasak, walaupun pengalaman didapur yang Delila sangat minim, tidak salahnya untuk mencoba. Dia yakin kalau Baron akan pulang siang nanti, jadi waktu yang tersisa rasanya cukup untuk menyelesaikan semuanya.
"Semangat Delila, ayo kita goreng tempe buat Mas Samson." ucapnya penuh semangat.
Entah berhasil atau tidak, yang jelas Delila akan memulai percobaannya dan berharap makanan yang dia buat nanti tidak meracuni suaminya.
Berkutat dengan alat alat dapur, berbagai bumbu seadaanya dan ulekan yang tidak pernah dia pegang sebelumnya, membuat Delila seperti terkena angin put*ing beliung.
Gadis berwajah chubby itu menyeka keringatnya berkali kali, bibirnya menipis saat melihat tempe yang dia goreng sudah matang walaupun sedikit gosong.
Maklum pengalaman pertamanya, mungkin kalau sudah terbiasa dan ada yang membimbing dirinya bisa lebih baik lagi dalam hal memasak.
Menu yang kedua, Delila hanya membuat sayur bening katuk dan jagung manis. Tidak terlalu sulit dan mungkin sangat mudah untuk gadis yang sudah terbiasa memasaknya, tapi bagi Delila sayur yang dia buat ini cukup membuatnya berkali kali mencicip dan menambah air.
Hingga akhirnya semua menu masakan siang ini sudah selesai dia buat, dan waktu juga sudah menunjukan pukul 12 siang lewat lima belas menit. Sudah cukup siang dan lewat dari jam pulang Baron dari bengkel.
Delila menatap masakannya dengan sendu, berkali kali dia melirik pada jam yang tergantung di atas pintu dapur.
"Apa Mas Samson gak pulang? terus masakan gue gimana? giliran dimasakin malah gak pulang, kalo gue rebahan mulu dia buru buru balik. Ish, ketahuan banget gue malesnya ya." gerutunya.
Helaan napas lelahnya terdengar, gadis itu mendudukkan diri di kursi meja makan yang terlihat sudah usang tapi masih kuat dan kokoh. Kontrakan yang dia tempati dengan Baron tidak terlalu besar, terdapat satu kamar tidur, dapur, ruang tamu dan kamar mandi, tapi cukup bersih karena Delila sangat tidak suka yang namanya berantakan. Kalau dulu banyak kolor dan kaos berserakan dimana pun, kini benda benda itu tidak akan berani menampakan dirinya lagi di sembarang tempat.
Dan ternyata selama ini sepasang pengantin baru itu tidak pernah tidur dalam satu kamar, Baron yang suka pulang malam lebih memilih tidur di ruang tamu. Pria itu membiarkan Delila yang menempati kamar berukuran 2 kali tiga meter miliknya.
Tidak lebih besar dari kamar mandi pribadi milik Delila di kediaman Papanya. Delila awalnya tidak nyaman dan tidak enak karena harus tidur di kamar sedangkan Baron memilih untuk tidur di ruang tamu, tapi mau bagaimana lagi- walaupun mereka sudah suami istri kalau hati belum menerima mau apa.
Terlebih Baron.
Delila tidak menuntut dan bertanya atau bahkan meminta kejelasan, karena dia tahu masalah ini datang berawal dari mana.
"Kayaknya beneran gak pulang deh, aku anterin aja apa ya?"
🔩
🔩
🔩
Suara mesin las dan alat perbengkelan lainnya begitu memekakkan telinga. Kilatan kembang api yang di hasilkan terlihat mengerikan, untung saja orang yang saat ini tengah sibuk sampai lupa waktu itu menggunakan safety yang memadai.
"Bang! kita makan siang dulu."
Suara mesin las perlahan berhenti, pria berambut sedikit gondrong itu melepas helm dan kacamata khusus yang digunakannya sejak tadi. Tangan besar berurat itu melepaskan sarung tangan yang melindunginya dari percikan kembang api.
"Jam berapa sekarang?" tanyanya setelah selesai menegak air mineral yang sudah tersedia disana.
"Setengah satu. Kenapa, Bang Baron mau pulang? kagak usah kita makan siang di bengkel aja. Tuh Maman udah beliin kita nasi di warteg."
Baron terdiam, entah kenapa ada rasa ingin pulang tapi waktu dan pekerjaannya sudah mepet. Pria itu menjilat bibirnya yang terasa kering, dia masih berpikir. Tapi setelah menyadari kalau tadi pagi dirinya sudah memberikan uang pada gadis itu, Baron terlihat mulai bergerak mengikuti langkah rekan kerjanya.
Dia harus segera mengisi perutnya, dan kembali menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.
Sedangkan di tempat lain, seorang gadis berkulit putih tengah berjalan kaki menyusuri jalanan yang cukup ramai demi bisa sampai di tempat kerja suaminya. Bermodalkan topi usang milik pria itu, Delila melawan panas terik matahari dan polusi di siang ini.
Dia tidak menaiki angkutan kota atau taksi, entah kenapa Delila malah memilih berjalan kaki untuk menuju bengkel. Memang tidak terlalu jauh, hanya beberapa ratus meter- mungkin sekitar 500 sampai 600 meter dari kontrakannya. Tapi lumayan bisa membuatnya berkeringat, helaan napas lelahnya kembali terdengar.
Namun senyuman tipisnya terus saja terpatri saat melihat tempat bekal yang dia bawa saat ini.
"Moga aja Mas Samson belum makan, pasti dia masih sibuk kerja sampe lupa pulang." gumamnya pelan, terdengar seperti penyemangat untuk dirinya sendiri.
NGEDEPROK DIA
BALEK MAS BALEK!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
yang penting bisa ngakak 🤣🤣🤣
2024-05-24
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘋𝘦𝘭𝘪𝘭𝘢 𝘬𝘦𝘤𝘦𝘸𝘢 𝘭𝘪𝘢𝘵 𝘉𝘢𝘳𝘰𝘯 𝘭𝘨 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯
2023-04-29
2
Rarey
mau tanya visual Delilla tu asli nya siapa ya?
2023-04-16
1