Matahari mulai menampakan dirinya, udara pagi ini sedikit lebih segar karena dini hari tadi hujan mengguyur cukup deras. Orang orang yang akan melakukan aktifitas hari ini terlihat bermalas-malasan terlebih karena di tengah sinar sang surya yang malu malu, gerimis kembali ikut serta.
Termasuk gadis yang saat ini masih bergumul dengan selimut dan bantal guling lusuhnya. Gadis itu terlihat menikmati tidurnya, hingga tidak menyadari kalau jam kian berputar ke kiri.
Hari ini dia sudah cukup telat untuk bangun dan membuatkan sarapan, karena biasanya sebelum subuh gadis itu sudah berkutat di dapur, entah apa yang dia kerjakan yang penting tubuh dan jiwanya ada disana sebelum pria yang menjadi suaminya itu terbangun. Waktu sudah menunjukan pukul 06 lewat 15 menit, dia menggeliat, merentangkan kedua tangannya, kelopak matanya berkedut dan perlahan terbuka.
Mata bulat itu mengerjap, menelisik setiap sudut ruangan yang dia tempati saat ini. Ternyata dia masih berada di ruangan yang sama seperti kemarin malam.
Helaan napasnya terdengar, dia meraup wajahnya sembari memejamkan kedua mata. Tapi tidak lama gadis itu kembali membuka matanya, melotot lebar saat menyadari sesuatu.
Kemarin malam?
Dua kata yang mampu membuatnya segera bangkit dan terburu buru turun dari ranjang. Bahkan dia hampir terjungkal kedepan saat berlari, karena selimut masih membelit salah satu kakinya.
"Aku ketiduran sampai gak tau kalo hari udah ganti? ketiduran, apa cosplay mati? terus Mas Samson gimana? dia makan apa kemarin? astaga dragon ball!" gadis itu terus saja bergumam, terlihat panik- terlebih saat ekor matanya tidak sengaja melirik jam di dinding.
"Udah siang gila! aduh, Mas Samson pasti udah berangkat terus dia belum sara-,"
Ucapannya terhenti saat kedua matanya memergoki seseorang tengah sibuk berkutat di depan kompor, sang gadis berkedip berulang kali- bahkan tubuhnya terdiam ditempat enggan untuk mendekat.
Glek!
Dia menelan salivanya susah payah, batinnya meringis- bukan hanya batinnya tapi juga wajahnya sudah terlihat tidak baik, saat melihat pria yang di paksa menjadi suaminya itu tengah memasak.
Ekor mata sang gadis juga terarah pada bak cucian yang sudah kosong, dimana semua benda yang sering kali membuat pinggangnya encok itu? apakah mungkin suami pendiam bak cosplay batang kopi itu sudah membuangnya? atau menggadaikannya?
Lagi lagi dirinya membuat kesalahan, kalau begini terus kapan lunaknya tuh batang kopi?
"Ekhem!" gadis berpenampilan berantakan itu berdehem cukup keras. Dia mengangkat kedua kakinya ragu, tapi perlahan mendekat, memberanikan diri untuk menipiskan bibirnya saat melihat pria yang tidak memakai atasan itu menoleh ke arahnya.
Tatapan pria pendiam dan kaku itu terlihat begitu menusuk, seakan mata itu berbicara ' Baru bangun? rajin ya!' helaan napas kasarnya kembali terdengar. Jari jemarinya terus saja saling bertaut, gadis itu menghentikan langkahnya beberapa puluh centi dari sang pria.
"Emm- maaf aku bangunnya kesia-,"
"Duduk! ngapain lo bangun?! bukannya badan lo panas!"
Suara datar terdengar ketus yang pria itu lontarkan seketika membuat Delila mengatupkan bibirnya. Entah memang pria di depannya ini marah, atau memang sudah sifatnya seperti itu.
Bahkan Delila belum bisa membedakan mana ucapan biasa dan mana ucapan tidak suka. Karena memang dirinya belum 100 persen mengenali watak Baron, semoga saja dengan berjalannya waktu dia akan makin mengerti.
Delila berharap kalau pernikahan ini akan berlangsung selamanya hingga mau memisahkan, walaupun akan sulit dan banyak tidak mungkinnya. Terlebih melihat sikap Baron yang dia tahu pria itu masih enggan menerima pernikahan paksa ini.
Bertahan atau lepaskan?
Delila menghela napas pelan, dia tidak lagi bersuara- gadis itu menurut dan segera mendudukkan dirinya di kursi. Kedua matanya tidak lepas dari Baron yang tengah menuangkan nasi goreng ke dalam dua piring.
Delila kian menahan napas kala melihat pria itu berbalik, jujur tubuh setengah telanjang pria itu sedikit membuatnya tidak fokus. Dia berpura pura mengalihkan pandangannya ke arah lain, tapi ekor matanya diam diam melirik ke arah tubuh itu.
Cukup berotot, tidak berlebihan, dan ternyata setelah diamati lebih jelas di dada sebelah kanan Baron ada sebuah tato, kedua ekor mata Delila tertuju kesana dan sama sekali tidak berkedip.
"Makan! udah makan minum obat. Ada di meja dekat tipi, jangan kemana mana! hari ini gue harus ngambil mobil klien. Habisin nasi gorengnya, kalo ada apa apa ngomong sama gue jangan lo umpetin. Mau gimana pun lo tinggal sama gue, jadi lo tanggung jawab gue!"
Delila hanya menganguk patuh layaknya anak kecil yang sedang dinasehati, dia mulai menyendok makananya dan menikmatinya.
Entah kenapa hatinya cukup membaik setelah mendengar ucapan Baron, walaupun terdengar ketus dan datar di kedua telinganya tapi banyak makna tersirat didalamnya.
Pria itu mengkhawatirkannya?
Bibir tipis itu melengkung ke atas, bahkan terkesan malu malu. Tapi sayang senyuman malu malu itu seketika hilang saat kedua telinganya kembali mendengar lanjutan kata pria yang menjadi suaminya itu.
"Kalo lo sampai kenapa napa, gue juga yang repot. Jadi kalo lo gak bisa ikut aturan yang gue buat, gue juga gak bisa terus ngasih tau lo. Silahkan lo cari tempat tinggal sendiri, kalo emang gak bisa!" lanjutnya, dan kini malah terdengar seperti sebuah peringatan.
'Iiihhss baru aja melayang, eh di lemparin lagi ke kerak bumi!' gerutunya.
JEMUR OTAK BIAR GAK BULUKAN GARA GARA SI BATANG KOPI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
dasar si Batang kopi 🤣🤣🤣
2024-05-24
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘋𝘦𝘭𝘪𝘭𝘢 𝘬𝘰𝘬 𝘨𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘬𝘶𝘭𝘪𝘢𝘩 𝘴𝘪𝘩 🤔🤔🤔
2023-04-29
1
fifia
pingin ku getok it kepala biar bener dikit mikir ny hhh
2023-03-11
1