Sesudah meninggalkan LIka dan temannya,
Marisa bersama dengan Johan II kembali ke tempat tinggal Johan II dimana papanya si
Johan sudah menunggu kembalinya mereka berdua.
Hari itu sudah siang ketika keduanya tiba dikediaman keluarga Johan.
Begitu keduanya sampai sang Pak Johan tampak berdiri di depan pintu.
Johan II terkejut melihat sang Papa sudah terlihat dari kejauhan.
Begitu Johan II memberhentikan kendaraan tepat di depan si papa, Johan II bergegas
turun.
Pada saat itu si Papa menegurnya, “Kamu tidak membukakan pintu Marisa?!”
Dengan enggan Johan II mengulurkan tangan untuk membuka pintu bagi Marisa. Tetapi
Marisa segera membuka pintu sendiri dari dalam sambil berkata dengan ketus,
“Aku bisa buka pintu mobil ini sendiri!”
Begitu Marisa keluar dari mobil, Papa Johan sedikit membentak putranya, “Johan II!”
Si anak agak terkejut, lalu menoleh kearah orang tua itu.
“Kamu harus menggandeng tangannya sekarang juga. Karena kakeknya sudah ada di dalam. Dia
menunggu kalian berdua.”
Suara Papa Johan terdengar datar dan ketus.
Johan II cukup terkejut ketika mendengar sang Kakek dari Marisa telah tiba di rumahnya
dan saat itu sedang menunggu di dalam. Dan ia pun harus menggandeng wanita itu.
Marisa yang mendengar Johan II harus menggandengnya, segera mengelak ketika tangan pemuda
itu untuk menggaet.
Wanita itu berjalan mendahului masuk. Sedangkan Papa Johan II tampak bingung ketika Marisa
tidak mau digandeng oleh putranya.
Johan II malah terlihat sedikit santai. Ia pun bergegas masuk menyusul.
Begitu mereka berdua sudah di dalam ruang tamu memang ternyata tampak Kakek dari
Marisa telah menunggu.
Tegur Kakek Marisa, “Kalian berdua pergi kemana saja. Terutama kamu Marisa. Dari semalam
kamu tidak pulang. Kakek pikir kamu telah menginap disini dan melangsungkan
pernikahan lebih dahulu tanpa menggundang orang tua ini.”
“Kakek Carli jangan begitu dong. Kakek belum terlalu tua,” puji sang cucu sambil mendekati
lelaki tua itu dan langsung mencium tangannya.
Mau tidak mau Johan II juga ikutan mencium tangan sang kakek.
Kakek Carli berkata kepada Johan II, “Kapan kalian mau menikah. Aku sudah tidak sabar lagi
untuk menimang cucu darimu. Dan cicit dari cucuku ini.”
Johan II hendak berkata, tetapi didahului oleh sang Papa, “Sudah saya atur bersama
dengan calon mantuku ini.”
Johan II menoleh kearah Papa dengan tatapan mata bingung.
“Om Johan akan melangsungkan pernikahan kita sore ini, Kek!” ucap Marisa sambil tersenyum
penuh kemenagan.
Mendengar itu si Kakek Carli bangkit berdiri dan berkata, “Kamu jangan takut. Orang-orang
yang akan menghalangi pernikahan kalian berdua sudah Kakek suruh mereka pada
minggir semua.”
Selesai berkata demikian si Kakek Carli tertawa senang.
Om Johan pun ikut tertawa gembira pula. Dalam hatinya berkata, ‘Semoga perempuan itu
benar-benar mati. Kalau tidak akan selalu menghantui hidupku dan membuat
sengsara mereka semua.’
Sesudah berkata demikian Om Johan ia berpikir lagi, ‘Kalau masih hidup, mungkin aku
jadikan ibu tirinya Johan II saja.’
Om Johan berpikir demikian segera lebih tertawa lagi.
Begitu pula dengan si Kakak Carli, rupanya ia pun sangat menyukai gadis manis yang kuat
seperti LIka bukan gadis manis yang manja.
Rupanya kedua lelaki itu membayangkan hal yang sama.
****
Ketika LIka dan wanita itu serta si sopir dan kedua orang yang menjemput mereka dengan
kapal boat telah masuk ke sebuah tempat yang terpencil itu, kini mereka sudah
berada di sebuah ruangan yang besar.
“Anehnya ruangan ini tidak lembab,” gumam Lika ketika merasakan udara di dalam ruangan
tersebut.
Di dalam ruangan itu ada satu set sofa yang bagus, meja makan yang terbuat dari
ukiran-kuiran. Ada juga beberapa lukisan yang gambar dan bentuknya aneh menurut
LIka. Serta ada pula sebuah televisi berukuran besar.
Selain itu ada banyak kamar di ruangan tersebut. Selain itu di atas pun terdapat banyak
kamar. Dan di depan kamar-kamar terdapat nomor.
Wanita yang tadi menjemput LIka segera masuk ke salah satu kamar yang ada disitu. Tepatnya
ia memasuki kamar bernomor dua puluh satu. Sang sopir pun ikut masuk ke kamar
yang lain.
Kini tinggal Lika dan dua orang yang menjemput dirinya dengan kapal boat.
Salah seorang dari yang menjemput Lika berkata, “Jika kamu lapar silahkan ambil
sendiri makanan yang sudah tersedia diatas meja. Kalau kamu bosan, silahkan
nyalakan telivisinya.”
Orang itu hanya berkata demikian. Tidak berkata-kata lagi. Keduanya tampak berdiri tegap
di depan pintu masuk ke ruangan tersebut.
Lika tidak segera menuju ke meja makan. Ia malah menyalakan televisi lebih dahulu lalu
duduk di sofa yang panjang dan tampak mewah.
Sepertinya dia kelelahan, akhirnya ia tertidur di sofa panjang itu.
Ketika ia bangun ia melihat sudah ada seseorang yang duduk di salah satu sofa tersebut
dan matanya melihat ke tubuh LIka dengan tatapan liar.
Lika segera bangun membentulkan posisinya duduk kembali. Karena pada saat itu tubuhnya ternyata sudah dalam
keadaan selonjor.
“Maaf!” ucap Lika ketika mengetahui dirinya sudah tidur seperti itu.
Orang yang duduk itu tidak berkata apa-apa. Tetapi matanya terus memperhatikan tubuh Lika.
Diperhatikan seperti itu Lika segera bangkit berdiri dan menantangnya, “Apakah kamu hendak
melihat tubuhku juga!”
Kedua tangannya hendak membuka baju dihadapan lelaki itu, ternyata lelaki itu segera
bangkit berdiri dan membalas, “Tidak perlu sekarang!”
Lelaki itu menyuruh LIka untuk kembali duduk. Kemudian katanya, “Kenapa kamu mau bekerja
disini?”
“Aku bukan mau bekerja. Tapi hendak tinggal disini,” ucap Lika meluruskan perkataan orang
itu.
Sedangkan lelaki itu tampak heran mendengar pengakuan dari gadis yang ada dihadapannya.
“Tuan Saitama sendiri yang memberi izin kepadaku untuk tinggal ditempatnya!” tegas
Lika.
Lelaki itu segera tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Lika.
Kini Lika yang memperhatikan tawa lelaki itu dengan tatapan heran. Kemudian, “Kenapa kamu
tertawa seperti itu?”
Sambil mencoba menahan tawa lelaki yang ada di hadapan Lika, “Kamu yakin lelaki tua
yang kamu temui itu adalah Saitama?”
Wajah Lika terlihat sedikit bengong mendengar ucapan orang yang ada dihapannya.
Lelaki itu berkata lagi, “Sepertinya kamu telah tertipu. Saitama saat ini sedang berada di
luar negeri untuk memulihkan kesehatannya. Dan sudah hampir satu tahun Dia
berada disana. Aku rasa orang yang menemuimu adalah saudara kembar Saitama.”
“Saudara kembar?!” gumam Intan mendengar jawaban yang mengejutkan itu.
Si lelaki itu mendehem agar Intan menoleh kearahnya. Ternyata gadis itu menoleh dan
menatap tajam wajah lelaki tersebut.
Si lelaki itu diam sejenak, “Memang banyak yang tidak tahu mengenai hal ini, termasuk
aku.”
Mata si lelaki, terlihat memperhatikan airmuka Intan.
Kedua mata itu kini saling beradu tatap satu sama lain.
Dalam hati Intan merasa, ‘Kedua mata itu pernah ia lihat sebelumnya, tetapi dimana?’
Lelaki itu tersenyum.
Kembali hati dan pikiran gadis itu terusik, ‘Senyuman itu pernah aku lihat.’
Si lelaki berkata lagi, “Dari tatapanmu, sepertinya kamu mengenaliku?”
Intan segera menggelengkan kepala dengan berkata, “Entahlah. Tapi aku lupa dimana
pernah melihat dirimu.”
Lelaki itu mengganggukan kepala. Lalu ia memberi perintah, “Masukan dia ke bawah!”
Kedua lelaki yang berdiri menjaga di depan pintu segera masuk dan menangkap kedua
tangan LIka dengan kuat. Sesudah itu kedua tangan gadis itu dirantai seperti
seorang tahanan.
Lika terkejut dan bertanya, “Apa-apaan, ini!”
Lelaki itu tertawa lagi dan segera memberi tanda agar kedua orang itu segera membawa LIka
keluar dari ruangan tersebut.
Lika pun di seret dengan paksa oleh kedua orang itu keluar dari ruangan tersebut.
Dirinya dibawa keluar dan menuju sebuah lorong yang lebih dalam lagi.
Lorong itu terasa pengap dan gelap serta tidak ada penerangan sama sekali.
Semakin dalam, udara semakin lembab.
‘Aku harus mencari tahu ada apa ini sebenarnya,’ kata LIka lagi dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments