Pertemuan Yang Menegangkan

Ia pun selalu menggunakan aplikasi wajah. Yang mana kita bisa tahu dari usia muda ke

usia tua wajah orang-orang itu seperti apa. Memang sih tidak seratus persen

benar, tapi mendekatilah.

Jadi ketika tadi ia pertama kali melihat lelaki itu turun dari mobil memori otaknya bekerja

dan menyamakan seperti apa yang ia lihat dari aplikasi wajah. Dan ternyata

benar. Apa lagi setelah ia mendengar suara lelaki tersebut, si wanita itu

semakin yakin kalau lelaki yang di hadapannya adalah salah satu dari ketujuh

pria yang memperkosanya ketika ia berusia empat belas tahun.

Si wanita memang menjadi trauma. Di tambah lagi ia di usir dari rumah.

Pada saat ia sedang putus asa ia bertemu dengan seseorang guru yang pandai bela diri.

Selain itu ia pun di pertemuan dengan seseorang yang pandai menggunakan

berbagai senjata.

Tidak sampai di situ saja, ia pun rela membunuh seseorang dengan mengatakan kalau

wanita yang telah di perkosa tujuh lelaki beberapa tahun telah bunuh diri. Karena

cirri-ciri wanita yang ia bunuh hampir sama dengan dirinya.

Sambil berjalan pergi meninggalkan lelaki itu ia berkata dengan penuh kebencian,

“Akhirnya setelah hampir dua puluh tahun lamanya aku mencari.”

Ponselnya pun berdering.

Begitu ia hidupkan terdengar suara orang memaki-maki dirinya, “Kamu gila. Kalau mau mati,

kenapa tidak dari dulu saja.”

Si wanita berkata dengan nada pelan, “Maafkan saya guru. Tapi biarlah urusan saya menjadi

urusan saya. Saya tidak mau melibatkan guru dan teman guru sama sekali. Sudah

terlalu lama saya menunggu. Jadi saya tidak akan membuang-buang waktu lagi.”

Selesai berkata demikian ponselnya segera ia matikan. Ia tidak mau ada orang yang

membantunya. Ia akan lakukan itu sendirian.

Wanita itu berjalan cepat dan segera masuk ke sebuah stasiun kereta bawah tanah. Di situ

ia berlari-lari karena ia tahu ada beberapa orang yang mengejarnya.

Setelah merasa yakin para pengejarnya kehilangan jejak, ia pun segera masuk kesebuah

tempat penyimpanan alat-alat kamar mandi. Sesudah itu ia pun keluar lagi.

Kini ia sudah melepas semuanya dan tidak ada satu orang pun yang mengenalinya lagi.

Karena ia sudah berganti pakaian dengan pakaian seorang petugas kebersihan

kamar mandi. Wajahnya pun sudah tidak ada bekas borokan lagi.

Ketika rombongan para pengejar lewat di dekatnya, mereka semua tidak ada yang dapat mengenali

wanita itu lagi.

Terdengar salah satu dari para pengejar itu berkata, “Cepat sekali larinya. Seharusnya

masih ada di sini, tetapi kemana perginya!”

Sesudah berkata demikian rombongan itu pun pergi lagi dan kali ini tampaknya mereka

berpencar berusaha menemukan si wanita jelek yang tidak akan pernah mereka

jumpai lagi selamanya.

Wanita itu pun tampak tersenyum dan dengan santai meninggalkan tempat tersebut menuju ke

tempat yang telah ia tuliskan kepada salah satu musuhnya.

Wanita itu berjalan santai sampai ke depan stasiun. Pada saat ia tiba di depan stasiun ia

melihat seorang pemuda sedang duduk di atas sebuah motor besar. Ia pun bergegas

mendekati pemuda itu dan bertanya kepadanya, “Apakah kamu mau mengantar saya ke

kafe yang ada di jalan simpang lima.?”

Si pemuda itu terpana melihat kecantikan wanita itu, sehingga ketika wanita itu langsung

naik ke atas motor tersebut dan duduk di belakangnya. Si pemuda itu langsung

tancap gas.

Bersamaan dengan itu muncul seorang wanita berteriak-teriak memanggil si pemuda. Tetapi

si pemuda itu sepertinya tidak mendengar suara teriakan wanita yang terlihat

berlari-lari memanggil.

Bersama dengan tunggangan besinya. Mereka telah tiba di tempat tujuan

kurang dari dua puluh menit.

Si wanita itu turun dari kendaraan tersebut lalu berkata kepada si pemuda, “Terima kasih

atas tumpangannya.”

Ia pun segera masuk ke kafe tersebut, memang kafe itu terkenal dan di sukai oleh

banyak orang. Apa lagi untuk nongkrol berlama-lama. Tempatnya sangat strategis.

Kafe itu pun juga luas dan memiliki lima lantai. Kafe tersebut sudah buka dari pukul

delapan pagi. Dan tutup pukul sepuluh malam.

Ketika si wanita tiba di dalam kafe, baru pukul sembilan kurang lima belas pagi. Tapi

kafe itu sudah terlihat penuh.

Ia pun naik ke lantai dua, ternyata di lantai dua pun sudah agak penuh. Tapi masih ada

beberapa meja lagi.

Akhirnya si wanita memilih salah satu meja yang ada di lantai dua. Tapi begitu ia hendak

duduk ia berpikir, “Aku tidak boleh duduk di sini. Aku harus duduk di lantai

satu. Atau di lantai paling atas. Jika aku mau kabur, lebih leluasa.”

Pada saat itu ia melihat seseorang tamu yang juga hendak menarik kursi di tempat yang

akan ia duduk. Dengan cepat si wanita itu mempersilakan tamu itu untuk duduk.

Dan ia kembali ke bawah. Ke lantai satu.

ketika sudah tiba kembali di lantai satu matanya melihat sebuah meja yang baru saja di tinggalkan seorang pelanggan. Buru-buru wanita itu pun mengambil tempat itu, dan pelayan kafe pun segera

membersihkan meja tersebut sambil menanyakan apa yang hendak di pesan si wanita

itu.

Si wanita itu pun segera memesan sepotong roti dan segelas kopi panas.

Tempat duduk itu letaknya di pojok. Terhalang etalase roti dan kue-kue.

Dari luar orang tidak dapat melihat jelas posisi duduk si wanita itu, sedangkan dari

dalam. Dari tempat si wanita itu duduk ia dapat melihat dengan jelas

orang-orang yang berjalan di depan kafe tersebut.

****

Sementara itu orang yang menelopon si wanita adalah guru dari si wanita itu, dan setelah

pembicaraan itu di tutup oleh muridnya si guru pun berkata kepada temannya.

“Sepertinya kita harus menghubungi mereka lagi.”

Balas temannya, “Sudah lama sekali kita tidak melakukan ini, semoga saja teman-teman

yang lain masih mau bergerak bersama-sama.”

Ternyata kedua orang guru si wanita adalah mantan narapidana. Mereka berdua dulunya

adalah salah satu geng terkuat di kota itu, bahkan di Negara tersebut.

Selesai berkata demikian keduanya segera berangkat dengan mobil menuju sebuah bandara.

Dan keduanya sibuk menghubungi beberapa orang yang ternyata mereka semua adalah

anggota geng juga.

Belum ada lima menit sesudah memesan pesanan ponsel si wanita itu pun berdering. Si

wanita itu menerima ponsel yang masuk sambil kedua matanya memperhatikan

keadaan di depan kafe tersebut.

“Halo!” terdengar suara sapaan dari si lelaki. Suaranya terdengar terkekeh.

Si wanita agak terkejut dan beruntung ia dapat mengendalikan dirinya dan langsung

melakukan konfrontasi kepada orang itu dengan nada menyindir, “Anda baru tahu

nomor telepon saya saja sudah sombong.”

Ternyata ucapan si wanita tidak membuat si lelaki itu terpancing. Dan ia pun berkata

dengan nada sindiran pula kepada si wanita itu, “Lika! Apakah kau tidak takut

jika orang-orang yang berada di dalam kafe itu ternyata adalah orang-orangku?!”

Wanita tampaknya tidak perpancing. Ia terlihat tampak santai, tetapi semakin mawas

diri.

“Oh iya. Aku cukup terkejut. Kau sungguh cekatan. Aku sepertinya salah menilaimu. Tapi

kau jangan lupa, aku tahu sekolah anakmu. Jadi apakah kau juga tidak takut jika

saat ini anakmu tidak berada di sekolahnya?!”

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

waduh,mau diapain anaknya?

2023-09-13

0

lihat semua
Episodes
1 Penyamaran
2 Pertemuan Yang Menegangkan
3 Masalah Baru
4 Tak Menyangka
5 Konflik
6 Bertemu Dengan Salah Satu Penguasa
7 Akibat Dari Sebuah Perbuatan
8 Mencari Tahu Lebih Dalam Lagi
9 Di Jebak
10 Babak Baru Dimulai
11 Hampir Saja
12 Pengakuannya
13 Orang itu Mengaku Sebagai Pemilik Cek
14 Pengakuan Orang Itu
15 Sinyal Hilang
16 Cucu Saitama
17 Waspada
18 Masa Lalu
19 Tidak terbanyangkan
20 Terjadi Juga
21 Bunyi Tik
22 Tamu tak Diundang
23 Suasana yang Menegangkan
24 Hampir Saja
25 Semoga Saja
26 Hanya Sedikit yang Tahu
27 Tambang Emas
28 Taruhan Nyawa
29 Jatuh Korban
30 Terserah Saja
31 Mencari Tahu
32 Terang-terangan
33 Berharap
34 Akibat dari Salah Sinyal
35 Saling Membalas
36 Dasar Lelaki
37 Tidak ada Yang Tidak bisa
38 Akhirnya Sampai Juga
39 Terlambat
40 Ada Niat Saling Memanfaatkan
41 Saling Berkaitan
42 Ternyata Oh Ternyata
43 Gara-gara Satu Orang
44 Pin Berbentuk Naga
45 Musuh Yang Sama
46 Melakukan Pengejaran
47 Serangan yang Tiba-tiba
48 Kembar Siam
49 Banyak yang Menghendaki Dia Mati
50 Lolos Lagi
51 Melancarkan Balasan
52 Bili kehilangan Lika
53 Lika Sembunyi di Salah Satu Pulau
54 Meyakinkan Diri Sendiri
55 Sesungguhnya Siapakah Orang itu?
56 Keduanya Bertemu Lagi Dalam Keadaan Tidak Baik.
57 Apakah Raymond mati?
58 Nasih Seseorang Tidak Ada yang Tahu
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Penyamaran
2
Pertemuan Yang Menegangkan
3
Masalah Baru
4
Tak Menyangka
5
Konflik
6
Bertemu Dengan Salah Satu Penguasa
7
Akibat Dari Sebuah Perbuatan
8
Mencari Tahu Lebih Dalam Lagi
9
Di Jebak
10
Babak Baru Dimulai
11
Hampir Saja
12
Pengakuannya
13
Orang itu Mengaku Sebagai Pemilik Cek
14
Pengakuan Orang Itu
15
Sinyal Hilang
16
Cucu Saitama
17
Waspada
18
Masa Lalu
19
Tidak terbanyangkan
20
Terjadi Juga
21
Bunyi Tik
22
Tamu tak Diundang
23
Suasana yang Menegangkan
24
Hampir Saja
25
Semoga Saja
26
Hanya Sedikit yang Tahu
27
Tambang Emas
28
Taruhan Nyawa
29
Jatuh Korban
30
Terserah Saja
31
Mencari Tahu
32
Terang-terangan
33
Berharap
34
Akibat dari Salah Sinyal
35
Saling Membalas
36
Dasar Lelaki
37
Tidak ada Yang Tidak bisa
38
Akhirnya Sampai Juga
39
Terlambat
40
Ada Niat Saling Memanfaatkan
41
Saling Berkaitan
42
Ternyata Oh Ternyata
43
Gara-gara Satu Orang
44
Pin Berbentuk Naga
45
Musuh Yang Sama
46
Melakukan Pengejaran
47
Serangan yang Tiba-tiba
48
Kembar Siam
49
Banyak yang Menghendaki Dia Mati
50
Lolos Lagi
51
Melancarkan Balasan
52
Bili kehilangan Lika
53
Lika Sembunyi di Salah Satu Pulau
54
Meyakinkan Diri Sendiri
55
Sesungguhnya Siapakah Orang itu?
56
Keduanya Bertemu Lagi Dalam Keadaan Tidak Baik.
57
Apakah Raymond mati?
58
Nasih Seseorang Tidak Ada yang Tahu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!