Si lelaki yang di tegur itu diam saja dan ia tampak gelisah. Gelisah melihat putranya di
tangan seseorang yang ia tahu sangatlah kejam. Padahal dia sendiri juga sangat
kejam terhadap orang lain.
“Enam tahun yang lalu kau mengajak aku dan beberapa teman yang lainnya memperkosa seorang
gadis remaja. Hampir saja kita ketahuan. Beruntung wanita itu mati bunuh diri
karena depresi. Sekarang. Lagi-lagi karena wanita kau membuat ulah.”
“Tom! Bukan aku yang membuat masalah dengan wanita itu, dia sendiri yang mendatangi aku dan
mengancam aku!” ucap Bram yang mencoba untuk membela dirinya.
“Sudah berapa kali organisasi ini membelamu karena seorang wanita!” ucap Tom sambil
tangannya menepuk pipi anak Bram. Kemudian ia menepuk pantat anak itu untuk
menjauh dari mereka semua.
Dua orang anak buah Tom segera membawa anaknya Bram menjauh dari tempat tersebut.
Ketika anak si Bram sudah tidak terlihat lagi dari pandangan mereka. Tom pun menggerakan
kepalanya sebagai tanda agar Bram segera masuk ke dalam mobilnya.
Bram sesungguhnya terlihat enggan untuk masuk, tetapi ia pun memberanikan dirinya
untuk tetap masuk ke mobil tersebut.
Sesudah keduanya masuk, si Tom segera berkata, “Kali ini kami tidak bisa membantu
urusanmu, Bram. Terus terang saja, anak muda yang naik motor menolong wanita
itu adalah putra si Johan, namanya Johan II.”
Bram tampak terkejut, “Kenapa ia tidak bilang dari tadi kalau pacarnya si Johan. Kalau aku
tahu, aku juga tidak akan macam-macam dengannya.”
Tom mengambil sebuah tas, “Uang ini cukup untuk sepuluh tahun ke depan. Sebelum
anak buahnya si Johan mencarimu, sebaiknya kau bawa anakmu dan istrimu pergi
dari sini. Di dalam tas ini juga ada paspor dan tiket.”
Selesai berkata demikian Tom membuka pintu agar Bram segera keluar dan pergi dari
hadapannya.
“JIka kelak kamu tertangkap tangan olehnya. Kamu sudah tahu harus melakukan apa,” ucap Tom
begitu si Bram sudah berada di luar kendaraannya.
Mobil panjang itu pun segera meninggalkan Bram sendirian. Ia pun berteriak
memanggil-manggil nama anaknya.
Ia merasa lega ketika melihat anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Bram segera
memeluknya dan berbisik pelan, “Sekarang kita harus pergi dari sini.”
***
Sementara itu di atas pesawat, orang-orang itu tampak bernostalgia.
Akhirnya salah satu dari mereka bertanya, “Tujuan kita sesungguhnya untuk apa sih?”
Kedua guru Lika tampak terdiam. Orang yang mengajar bela diri berkata, “Kita semua pernah
memiliki anak perempuan atau saudara perempuan. Kalian semua pun tahu kalau
kami berdua telah kehilangan anak perempuan kami dengan cara tragis. Itu memang
ulang kami berdua. Tapi saat ini kami tidak mau dia sendirian menghadapi masalahnya.”
“Jack! Mengapa kamu bicara seperti itu, dan apa pula maksudnya dengan dia menghadapi
masalahnya sendirian?!” tanya seseorang yang kepalanya botak dan tubuhnya cukup
besar.
Orang yang mengajari lika berbagai macam senjata turut angkat bicara, “Dia adalah seorang
gadis. Gadis yang waktu di usia empat belas tahun telah diperkosa oleh tujuh
orang sekaligus. Beruntung Jack mendapatkan gadis itu yang pada saat itu hendak
mengakhiri hidupnya.”
Jack segera menimpalinya, “Dikarenakan kedua orang tuanya sendiri malu dan dianggap aib.
Sehingga gadis itu di usir dari rumah.”
“Oh! Jadi kalian berdua mengangkat dia anak dan juga sekaligus murid kalian,” ucap salah
seorang dari mereka yang tubuhnya sedang dan matanya tinggal satu.
“Ternyata orang-orang yang ia hadapi saat ini adalah orang-orang jahat dan kasar. Lebih
jahat dan lebih kasar daripada kita dahulu menghadapi kelompok gang serigala
hitam!” ucap Jack sambil membuat kepalan tangan yang cukup keras.
“Semoga dia baik-baik saja saat ini di tangan Johan II,ya Ray!” ucap salah seorang dari
mereka lagi.
Ray. Namanya Rymond orang yang mengajar LIka berbagai senjata.
Mereka semua terdiam.
Pesawat itu terus melaju menuju ke sebuah tempat.
Hari sudah menjelang sore.
Di depan kediaman itu bertuliskan besar-besar kediaman keluarga Johan II. Bangunan itu
cukup besar berada di tengah-tengah hutan yang rindang. Di depan bagunan itu
terdapat pintu gerbang yang cukup besar dan sangat tebal. Di sekeliling
bangunan itu tampak para penjaga bersenjata dan juga kamera cctv serta kawat
berduri.
Selain itu pula ada sekitar empat puluh ekor anjing turut berjaga di tempat tersebut
tersebar di berbagai penjuru.
Maling profesional pun engan untuk mencoba masuk ke dalam bangunan tersebut, belum
mati di tembak mereka akan mati di serang anjing-anjing penjaga. Atau belum
sempat masuk mereka akan mati tersengat kawat berduri yang ternyata di aliri
listrik bertegangan tinggi.
Bangunan itu sangat luas. Dan terdapat banyak kamar. Di salah satu kamar yang ada di
bangunan tersebut tampak seorang wanita berbaring di atas tempat tidur.
Perlahan-lahan wanita itu membuka matanya dan berkata pelan sambil salah satu tangan memegang
kepala, “Aku berada dimana?”
Bersamaan dengan itu pintu kamar tersebut terbuka dari luar dan muncullah seseorang.
Orang itu adalah Johan II. Ia berjalan mendekati si wanita sambil berkata, “Lika,
sebaiknya kamu jangan banyak bergerak dulu.”
Wanita itu agak terkejut ketika si pemuda itu mengetahui namanya. Dan ia pun kini teringat
akan wajah si pemuda ketika sudah berada di dekatnya.
“Kau!” keluhnya pelan dan ia merasakan sakit di bagian pinggangnya. Lalu ia meraba
pinggang sebelah kanan yang terasa sakit. Dan ia pun merasakan ada cairan yang
keluar. Dengan cepat tangannya ia angkat dan melihat ada darah di pinggang sebelah
kanannya.
Pada saat Lika melihat darah itu, kembali ia tak sadarkan diri.
Bersamaan dengan itu muncul seorang wanita lain dan terdengar marah-marah, “Kau ya!
Kenapa kau tidak menungguku dan malah mengonceng wanita itu! dan kini dia tidur
di kamar yang seharusnya kita pakai untuk malam pertama pernikahan kita!”
Johan II tidak membalikan tubuhnya kearah si wanita itu, tetapi ia tetap menjawab,
“Sudah selesai marah-marahnya. Jika sudah selesai sebaiknya kau pergi keluar
dari sini dan jangan pernah kembali lagi kemari untuk selama-lamanya!”
Si wanita itu terlihat shock ketika mendengar ucapan Johan. Ia pun membanting-banting
kedua kakinya dengan kasar. Lalu ia mengambil sebuah vas bunga yang berada di
dekatnya yang ada di dalam kamar. Dan vas bunga itu di lemparkan kearah Johan
II.
Masih tanpa menoleh kebelakang Johan berhasil menangkap vas bunga tersebut sambil
berteriak,”Pengawal! Bawa wanita ini keluar dari sini!”
Tampak dua orang pengawal bergegas masuk ke kamar tersebut dan mereka terlihat ragu-ragu untuk
memegang kedua tangan calon istri bosnya.
Wanita itu pun berkata dengan ketus, “Tidak perlu di paksa. Aku dapat keluar sendiri. Dan
kau Johan. Kau akan menyesal dengan memperlakukan aku seperti ini! Kau tidak
tahu siapa ayahku yang sesungguhnya.”
Sesudah berkata demikian wanita itu membalikkan tubuhnya untuk lekas keluar dari kamar
itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
mampir 👍
2023-10-24
0