Pengakuan Orang Itu

Salah seorang anak buahnya berkata, “Tuan besar sendiri yang meminta. Jika dalam

waktu lima detik lebih saya belum muncul dari waktu biasanya, maka kami semua

harus segera datang untuk memberikan pengamanan terhadap tuan besar.”

Lelaki tua yang dipanggil dengan sebutan tuan besar mendengus keras. Kemudian ia

menyindir, “Ini sudah lebih dari lima detik. Mungkin sudah mendekati sepuluh menit!

Cepat kalian semua pergi dari sini.”

Para anak buahnya bergegas pergi. Tetapi satu orang yang berpakaian warna yang berbeda

sendiri berkata, “Tuan!”

Wajahnya terlihat sedikit khawatir.

Tetapi si lelaki tua itu mengulap tangannya kearah orang itu sebagai tanda agar anak

buahnya itupun segera pergi dari situ dan ia memberikan keyakinan kalau dirinya

baik-baik saja.

Setelah semua anaknya pergi, lelaki itu menoleh kearah Lika dan memberi tanda dengan

tangannya agar gadis yang ada dihadapannya mau membantu dirinya untuk duduk di

bangku yang ada di ruang tunggu transaksi tersebut.

Karena Lika merasa tidak ada hubungan apa-apa dengan orang tua itu, ia pun mengulukan

tangannya untuk menuntun si kakek menuju kesalah satu kursi yang ada disitu.

Dengan nafas memburu dan terengah-engah, lelaki tua itu berjalan perlahan dibantu LIka

sampai duduk.

Baru saja lelaki tua itu duduk, muncul kedua gurunya Lika disitu.

“Lika, kamu baik-baik saja?” tanya gurunya Raymond.

Lika dan lelaki tua itu menoleh dan lika mengangguk sambil berkata, “Sebaiknya guru

menunggu aku dibawah saja.”

Jack dan Raymond memperhatikan lelaki tua itu, kemudian seru Raymond dengan suara pelan,

“Kalau tidak salah anda....?”

Jack segera menarik tangan Raymond untuk pergi dari situ. Sedangkan Raymond masih mencoba

untuk mengetahui siapa lelaki tua itu, tetapi Jack semakin kuat menarik tangan

Raymond agar dia tidak ikut campur urusan muridnya.

Sesudah kedua orang itu tidak terlihat lagi, “Kamu kenal dengan kedua orang itu?” tanya

lelaki tua itu sambil menunjuk kearah dimana mereka datang dan pergi lagi.

“Kedua orang itu adalah guruku,” sahut Lika tanpa ragu dan rasa takut sedikitpun.

Lelaki tua itu mengangguk ketika mendengar jawaban dari LIka. Dan ia pun berkata pelan,

“Pantas!”

Lalu ia menoleh kearah Lika yang masih posisi berdiri, “Kamu takut duduk disebelah

saya?”

Lika menggeleng, lalu ia pun segera duduk disamping lelaki tua itu, sedangkan teller

bank hanya tersenyum ketika melihat kedua orang yang beda usia itu kini

terlihat akur.

Lelaki tua itu mengatur nafas sejenak, lalu ucapnya, “Kamu mirip sekali dengan cucuku yang

hilang. Mungkin saat ini, jika ia masih hidup, usianya seperti dirimu

sekarang.”

Lika hanya diam saja ia tidak mau menyela. Karena ia melihat orang tua itu hendak melanjutkan

ceritanya.

Ia memperhatikan wajah lika sejenak. Lalu katanya lagi, “Namamu siapa anak manis?”

Suara lelaki tua itu sangatlah memuji bukan berkata tidak senonoh.

Dengan senang hati Lika memberitahukan namanya, “Nama saya Lika, Tuan besar.”

Lelaki tua itu meniru menyebutkan nama gadis yang berada di sampingnya, “Lika.”

“Lika, kamu pasti sudah tahu nama saya dari kedua gurumu itu,” ucap lelaki tua sambil

menunjuk kearah dirinya sendiri.

Lika segera memberikan jawaban, “Belum tahu tuan besar. Saya sudah lama berpisah dengan

guruku. Jadi terus terang aku tidak tahu dan bodoh tentang dunia bisnis.”

Si lelaki tua itu terlihat sangat heran, “Apakah kamu tidak melihat di koran-koran? Terus

terang saja. Wajahku ini beberapa kali masuk berita.”

Lika mencoba mengingat-ingat sejenak. Kemudian ia menjawab dengan berhati-hati

sekali. Takut menyinggung perasaan lelaki tua itu, “Oh iya. Saya pernah melihat

foto wajah tuan besar di berita beberapa tahun belakangan ini dalam kasus....”

Lika menghentikan. Iya tidak berani mengutarankan.

Lelaki tua itu terlihat menganggukkan kepalanya dan memberikan tanda dengan tangannya agar

gadis itu mau melanjutkan perkataannya.

Lika masih tidak enak untuk mengutarakan, tetapi sepertinya lelaki tua itu mendesak agar

Lika mau melanjutkan perkataannya.

Pada akhirnya Lika pun berkata pelan, “Saya melihat Tuan besar di kasus peredaran

barang.”

Lelaki tua itu terbahak-bahak ketika mendengar pernyataan Lika terhadap dirinya.

Sambil menepuk dadanya sendiri lelaki tua itu berkata kembali, “Aku adalah pengusaha. Bukan

saja jaringan kotor. Banyak pula jaringan bersih dalam bisnisku.”

Lelaki tua itu kembali diam dan menatap mata LIka. Lanjutnya kemudian, “Banyak yang

menghendaki aku mati. Mungkin termasuk dirimu.”

Mendengar ucapan seperti itu, wajah Lika terlihat sedikit memerah.

Kata lika dalam hati, “Anda tidak salah tuan...”

Melihat wajah yang memerah pada gadis itu, lelaki tua tersebut berkata lagi, “Kamu

tidak perlu malu. Sudah lumrah orang seperti aku banyak yang memusuhi bahkan

menghendaki aku mati.”

Kedua tanganya menekan tongkat yang ia pegang ke lantai bank tersebut dengan kuatanya

hingga terdengar suara, “Pletak!”

Lalu wajahnya terlihat serius, “Perjanjian seperti apa yang hendak kamu ajukan

terhadap saya? Aku menawarkan ini, karena teringat kembali akan cucuku.”

Lika menggeleng dan berkata, “Aku tidak mau menyusahkan dirimu. Tuan besar adalah

orang penting. Sedangkan saya adalah rakyat biasa. apabila tua besar

mengizinkan saya untuk tetap tinggal disini, saya akan berusaha sekuat tenaga

menjadi pengawal anda, tuan besar.”

“Asalkan kamu tidak mengganggu jaringan bisnisku, maka aku akan membiarkan dirimu

berkeliaran di sini.”

Lika berpikir sejenak. Lalu ia segera mengulurkan tangannya sambil berkata,

“Setuju!”

Lelaki tua itu tampak terlihat sangsi dengan berkata, “Apakah kamu bisa saya percaya?”

Gadis itu justru menggeleng.

Melihat Lika menggelengkan kepalanya, lelaki tua itu justru terlihat puas. Kemudian ia

mencoba bangkit berdiri dan segera dibantu oleh Lika.

“Kamu ambil saja cek itu, hitung-hitung sebagai hadiah untuk hidupmu disini.”

Kini jalannya si lelaki tua itu terlihat lincah. Ia sama sekali tidak mau dibantu

untuk menuruni anak tangga yang berada di gedung bank Dwipa tersebut.

Melihat hal itu terkejutlah Lika dan tanpa sadar ia pun melontarkan pertanyaan,

“Sesungguhnya siapakah anda?”

Orang tua itu hanya terkekeh saja mendengar pertanyaan LIka. Ia tidak menjawab dan juga

tidak menoleh.

Karena merasa penasaran, Lika pun bergegas mengejarnya.

Sesampainya di depan gedung bank Dwipa, yang terlihat hanyalah kedua gurunya beserta

keempat orang teman gurunya.

Lika pun bertanya kepada mereka, “Kemana perginya orang tua itu?”

Jack pun menjawab, “Dia adalah Saitama. Orang yang memiliki kemampuan istimewa. Dan juga

mempunyai kekuasaan dan jaringan bisnis yang luas. Sudah beberapa kali mau mati

tetapi tidak jadi.”

“Apakah kau meminta bantuan darinya?” tanya Raymond kepada muridnya.

Lika menggeleng. Lalu ia berkata, “Aku minta menjadi pengawalnya. Tetapi sepertinya

dia tidak mau.”

Mendengar keterus terangan gadis itu, kedua gurunya tampak terkejut dan juga keempat

teman gurunya. Dan mereka serempak berseru, “Apa!”

Sekali lagi mengucapkannya.

“Gila!” seru keempat teman gurunya.

Lika pun menjawab, “Hanya itulah satu-satunya cara agar aku bisa membunuh orang-orang

yang telah memperkosa aku.”

“Kamu sudah pikirkan masak-masak dengan ucapanmu itu?”  tanya Jack dengan wajah yang terlihat khawatir.

“Itu sudah keputusanku. Lagi pula sepertinya tuan besar Saitama sangat memperhatikan aku.

Karena dia bilang dia pernah kehilangan cucu perempuannya. Dan dia bilang pula,

kalau cucu perempuannya hidup mungkin sudah seusia aku sekarang ini.”

“Dan kamu percaya begitu saja dengan ucapannya?” tanya Raymond sambil membanting kakinya

karena kesal.

“Bukannya kamu mau membawa dia untuk berlindung ke tempatnya?” tegur si wanita dengan

nada yang terdengar tidak enak.

“Betul sekali. Tetapi bukan untuk menjadi pengawalnya!” kata Raymond kesal.

Bersamaan dengan itu muncul sebuah kendaraan dan tepat berhenti di depan mereka semua.

Lalu tampak pintu belakang kendaraan terbuka lebar, seorang wanita yang usianya

hampir sama dengan teman-teman dari kedua gurunya muncul dari dalam mobil itu

dan berjalan kearah mereka semua.

Begitu wanita itu sudah berdiri dihadapan mereka semua ia pun berkata, “Nona Lika,

tuan Saitama hendak bertemu dengan anda. Silahkan ikut denganku.”

“Baik, aku ikut dengan anda,” sahut Lika tanpa ada rasa khawatir sedikit pun.

Episodes
1 Penyamaran
2 Pertemuan Yang Menegangkan
3 Masalah Baru
4 Tak Menyangka
5 Konflik
6 Bertemu Dengan Salah Satu Penguasa
7 Akibat Dari Sebuah Perbuatan
8 Mencari Tahu Lebih Dalam Lagi
9 Di Jebak
10 Babak Baru Dimulai
11 Hampir Saja
12 Pengakuannya
13 Orang itu Mengaku Sebagai Pemilik Cek
14 Pengakuan Orang Itu
15 Sinyal Hilang
16 Cucu Saitama
17 Waspada
18 Masa Lalu
19 Tidak terbanyangkan
20 Terjadi Juga
21 Bunyi Tik
22 Tamu tak Diundang
23 Suasana yang Menegangkan
24 Hampir Saja
25 Semoga Saja
26 Hanya Sedikit yang Tahu
27 Tambang Emas
28 Taruhan Nyawa
29 Jatuh Korban
30 Terserah Saja
31 Mencari Tahu
32 Terang-terangan
33 Berharap
34 Akibat dari Salah Sinyal
35 Saling Membalas
36 Dasar Lelaki
37 Tidak ada Yang Tidak bisa
38 Akhirnya Sampai Juga
39 Terlambat
40 Ada Niat Saling Memanfaatkan
41 Saling Berkaitan
42 Ternyata Oh Ternyata
43 Gara-gara Satu Orang
44 Pin Berbentuk Naga
45 Musuh Yang Sama
46 Melakukan Pengejaran
47 Serangan yang Tiba-tiba
48 Kembar Siam
49 Banyak yang Menghendaki Dia Mati
50 Lolos Lagi
51 Melancarkan Balasan
52 Bili kehilangan Lika
53 Lika Sembunyi di Salah Satu Pulau
54 Meyakinkan Diri Sendiri
55 Sesungguhnya Siapakah Orang itu?
56 Keduanya Bertemu Lagi Dalam Keadaan Tidak Baik.
57 Apakah Raymond mati?
58 Nasih Seseorang Tidak Ada yang Tahu
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Penyamaran
2
Pertemuan Yang Menegangkan
3
Masalah Baru
4
Tak Menyangka
5
Konflik
6
Bertemu Dengan Salah Satu Penguasa
7
Akibat Dari Sebuah Perbuatan
8
Mencari Tahu Lebih Dalam Lagi
9
Di Jebak
10
Babak Baru Dimulai
11
Hampir Saja
12
Pengakuannya
13
Orang itu Mengaku Sebagai Pemilik Cek
14
Pengakuan Orang Itu
15
Sinyal Hilang
16
Cucu Saitama
17
Waspada
18
Masa Lalu
19
Tidak terbanyangkan
20
Terjadi Juga
21
Bunyi Tik
22
Tamu tak Diundang
23
Suasana yang Menegangkan
24
Hampir Saja
25
Semoga Saja
26
Hanya Sedikit yang Tahu
27
Tambang Emas
28
Taruhan Nyawa
29
Jatuh Korban
30
Terserah Saja
31
Mencari Tahu
32
Terang-terangan
33
Berharap
34
Akibat dari Salah Sinyal
35
Saling Membalas
36
Dasar Lelaki
37
Tidak ada Yang Tidak bisa
38
Akhirnya Sampai Juga
39
Terlambat
40
Ada Niat Saling Memanfaatkan
41
Saling Berkaitan
42
Ternyata Oh Ternyata
43
Gara-gara Satu Orang
44
Pin Berbentuk Naga
45
Musuh Yang Sama
46
Melakukan Pengejaran
47
Serangan yang Tiba-tiba
48
Kembar Siam
49
Banyak yang Menghendaki Dia Mati
50
Lolos Lagi
51
Melancarkan Balasan
52
Bili kehilangan Lika
53
Lika Sembunyi di Salah Satu Pulau
54
Meyakinkan Diri Sendiri
55
Sesungguhnya Siapakah Orang itu?
56
Keduanya Bertemu Lagi Dalam Keadaan Tidak Baik.
57
Apakah Raymond mati?
58
Nasih Seseorang Tidak Ada yang Tahu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!