“LIka!” seru kedua gurunya dan juga keempat teman gurunya itu ketika melihat gadis itu
mengikuti si wantia berjalan kembali ke mobil.
Bersamaan dengan itu muncul seorang pemuda, yang tak lain tak bukan adalah Johan II. Ia
pun bergegas menarik tangan Lika ketika hendak memasuki mobil tersebut, dan
berseru, “Janganlah kau ikut dengannya. Aku sangat mencintaimu!”
Si wanita yang menjemput Lika sepertinya dia tahu akan pemuda itu dan berkata dari dalam
mobil, “Tuan muda Johan II. Sebaiknya kau lepaskan tangannya dan jangan ikut
campur urusan orang lain. Lagi pula, Marisa calon istri anda sudah menyebarkan
undangan. Dan saya mengucapkan selamat kepada anda.”
Lika pun menepis pegangan tangan Johan II. Lalu ia segera masuk dan menutup pintu.
Bersamaan dengan pintu ditutup, wanita yang berada di samping Lika segera berkata, “Lekas
pergi dari sini.”
Orang yang duduk di belakang setir itu pun tanpa diperintah dua kali langsung tancap gas
meninggalkan tempat itu.
Wajah Johan II ketika melihat kendaraan yang membawa LIka telah pergi, terlihat sangat
sedih.
Kemudian ia menoleh kearah kedua gurunya dan keempat orang yang mengaku sebagai paman dan
bibi LIka.
“Kenapa kalian diam saja?” tegur Johan II.
Bersamaan dengan itu muncul Marisa dan ia yang menjawab, “Bukan urusanmu juga. Sebaiknya
kita segera kembali pulang dan mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan
kita.”
Selesai berkata demikian, dengan kasar Marisa menarik tagan Johan II untuk segera pergi
dari situ meninggalkan mereka semua.
Keenam orang itu terlihat terkejut ketika melihat seorang pemuda tampan diperlakukan
secara demikian oleh seorang wanita.
Sedangkan orang yang satu-satunya wanita diantara keenam orang itu berseru, “Bagus!
Setiap pria memang harus diperlakukan seperti itu!”
Ketika tangan Lika ditarik oleh Johan II dengan cepat dan tanpa sepengetahuan wanita
yang menjemputnya ia telah mengirim sinyal melalui ponselnya kepada kedua
gurunya. Dengan demikian gurunya dapat mengetahui kemana arah pergi dirinya
bersama dengan wanita itu.
Sepeninggalan Johan II, jack dan Raymond merasakan ada getaran pada ponselnya. Lalu mereka
bersama-sama mengambil ponsel mereka dari saku masing-masing.
Dan kedua orang itu berseru, “Ada sinyal dari ponsel Lika!”
“Tunggu apa lagi! Hayo kita susul!” teriak orang yang berkepala pelontos.
pada saat yang bersamaan muncul sebuah taksi kosong. Dan mereka pun beramai-ramai
memasuki taksi tersebut, sedangkan si supir taksi tampak kebingungan dan juga
agak ketakutan.
Lelaki bertubuh kurus segera mengeluarkan sejumlah uang sambil berkata, “Ikuti
perintah kami. Maka kamu akan selamat.”
Melihat uang yang diberikan si kurus cukup banyak, sopir taksi itu pun segera
mengiyakan. Dan membawa taksi itu dengan laju yang cukup kencang.
Kemanakah perginya wanita itu bersama dengan LIka?
Bersamaan dengan itu datang dua mobil berhenti tepat di depan Johan II bersama calon
istrinya Marisa.
Ternyata begitu mereka keluar dari mobil mereka tampak dua orang yang telah membuat
ricuh di hotel milik Johan II dan juga telah menyebar luaskan video ucapan
Johan II tentang bibi dari calon istrinya itu.
Salah satu dari mereka mendekati Johan II sambil berkata, “Kau kini tinggal berdua saja.
Jadi, jangan harap ada bantuan dari kalian berdua!”
Sesudah berkata demikian saudaranya yang lain segera berkata, “Serang!”
Marisa pun segera berteriak, “Tahan!”
Sepertinya mereka semua terkesima dan menahan serangan.
Melihat hal itu Marisa segera melanjutkan perkataannya lagi, “Sesungguhnya wanita yang
hendak kamu ganggu baru saja pergi dengan sebuah taksi. Akupun hendak membunuh
mereka semua agar mereka tidak menggangu pernikahan kami. Bagaimana kalau kita
bekerja sama.”
Kedua bersaudara yang memimpin rombongan terdiam sejenak.
Lalu kata salah satu dari mereka, “Baiklah! Kami akan kejar mereka. Setelah kami berhasil
menaklukkan mereka semua, maka kami akan kembali lagi kepada kalian berdua.”
Sesudah berkata demikian mereka semua bergegas kembali masuk ke mobil masing-masing.
Lalu mengejar taksi yang membawa rombongan Raymod dan Jack.
Melihat mereka segera pergi Johan II menoleh kearah Marisa dan ia berkata, “Jika mereka
semua mati, itu tanggung jawabmu. Bukan tanggung jawabku.”
Dengan santai Marisa berkata, “Maka dari itu kita lekas menikah. Agar semuanya menjadi
tanggung jawabmu sebagai seorang suami.”
Johan II hanya mendengus saja.
***
Wanita yang membawa LIka telah tiba disebuah dermaga kecil.
Selama mereka dalam perjalanan keduanya diam seribu bahasa. Barulah setelah keduanya
turun dari kendaraan itu, LIka berkata dengan lirik, “Sesungguhnya seperti
apakah orang yang bernama Saitama itu?”
Si wanita tampak terkejut sejenak. Lalu ucapnya dengan lirih pula, “Bukankah kalian
berdua sudah membuat kesepakatan satu sama lain sehingga aku disuruh
menjemputmu.”
“Kesepakatan?” tanya Lika dengan wajah yang terlihat agak bingung.
Wanita itu memperdengarkan rekaman pembicaraan antara orang tua dengan Lika di bank Dwipa.
Sesudah mendengar rekaman itu, Lika semakin terkejut, dan berkata, “Aku sama sekali
tidak menandatangi perjanjian itu diatas materai. Lagi pula bagaimana caranya
kamu mendapat rekaman ini?”
Sebelum wanita itu mengatakan apa-apa, Lika kembali menjawab, “Sepertinya melalui
gagang tongkat yang ia bawa.”
Wanita itu tersenyum dan menggangguk. Kemudian sepertinya ia sedang mengingatkan Lika, “Cek
yang kamu terima itu adalah perjanjiannya.”
Lika tampaknya mulai sewot dan nadanya semakin ditinggikan.
“Lah, yang tertera tanda tangan di cek itu bukan Dia. Tapi orang lain!”
“Sst! Kecilkan sedikit suaramu. Jika terdengar oleh orang yang membawa kita kemari,
kamu tidak akan pernah terlihat lagi,” ucap wanita itu dengan wajah terlihat
agak khawatir.
Lika sepertinya tidak takut akan ucapan si wanita itu, lalu katanya lagi, “Setelah
ini kita mau kemana?”
Wanita itu menunjuk kearah sebuah perahu boat yang sedang melaju kearah mereka berdua.
Lika pun melihat kearah mana wanita itu menunjuk.
“Jika aku tidak mau ikut?” tanya Lika sambil memperhatikan perahu boat itu.
Bersamaan dengan itu terdengar suara seseorang tepat dibelakang mereka berdua, “Kau tidak
bisa keluar dari sini dalam keadaan hidup-hidup, kecuali jikaTuan Saitama yang
mengizinkan.”
Lika tidak menoleh kebelakang. Sepertinya ia tahu siapa orang dibelakang mereka itu.
Dalam hati Lika berkata, ‘Kau si sopir yang membawa kami. Dari tadi sepanjang jalan Anda
tidak berbicara sama sekali.’
Wanita yang berada disamping Lika juga ikut diam saja. Ia malah tidak bernai menoleh
kebelakang.
Ternyata memang si sopir adanya yang dibelakang mereka berdua. Ia pun mendekati wanita
yang berada di sebelah Lika. Sesudah ia mensejajarkan dirinya disamping wanita
itu, ia pun berbisik, “Tugasmu adalah membuat dia menuruti kemauan bos,itu
saja. Jika ternyata dia membandal aku harap kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.
Sama seperti dirimu diperlakukan oleh atasanmu dahulu sewaktu kamu masuk
kemari.”
Walaupun LIka menatap kedepan, ternyata ia mampu mendengar semua percakapaan si sopir
dengan wanita yang berada disebelahnya.
Dalam hati Lika berkata, ‘Sepertinya Aku tidak boleh keluar dari sini. Aku jadi penasaran,
apa yang terjadi dengan wanita ini sebelum aku masuk kemari. Apakah dia sama
dengan aku menerima selembar cek, atau...”
Lika pun teringat akan sinyal yang ia berikan kepada kedua gurunya melalui ponsel. Ia
pun berpura-pura merasa kesakitan pada kedua kakinya ketika kapal boat itu
sudah tiba dan memberi tanda agar ia dan kedua orang yang bersamanya untuk
segera masuk ke mobil.
Melihat hal itu si sopir berkata kepada wanita itu, “Jaga dia jangan sampai lolos. Aku jalan
duluan kesana.”
Wanita itu hanya mengangguk saja sebagai jawaban kepada si sopir itu, lalu ia berkata
kepada Lika, “Kamu baik-baik saja.”
Pada saat itu ia memasukkan tangannya lalu mematikan sinyal itu bersamaan dengan dirinya
untuk minta duduk sejenak.
Pada saat itu si wanita segera berkata, “Inilah waktu kesempatan kamu untuk kabur.”
Lika tersenyum dan berkata, “Justru aku penasaran. Apakah yang sedang mereka
kerjakan.“
Mendengar ucapan Lika, wanita itu ternyata semakin sewot saja dan berkata, “Kamu harus
pergi dari sini sebelum kamu mendapatkan apa yang telah aku alami di dalam
sana.”
Lika menunduk sejenak dan berbisik, “Aku telah diperkosa oleh tujuh orang sekaligus
pada saat usiaku baru empat belas tahun. Dan satu diantara mereka sudah aku
beri peringatan. Sepertinya ada orang yang telah membunuhnya sekarang.”
Selesai berkata demikian LIka pun bangkit berdiri dan diikuti oleh wanita itu,
sedangkan wanita itu hanya berkata pelan, “Maaf.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments