Johan II tidak memperdulikan kepergian wanita itu dari kamarnya. Apa lagi untuk
menahannya. Sepertinya ia telah kepincut dengan wajah wanita yang ada
dihadapannya.
“Kamu cantik,” gumam Johan II.
Tangannya di arahkan ke rambut yang menutupi sebagian dahinya.
Johan II pun berkata lagi, “Kamu mirip sekali dengan ibuku. Dia pun jago bela diri dan
jago menggunakan senjata.”
Pemuda itu pun mengambil tangan si wanita dengan lembut lalu meremas jari jemarinya.
“Jika kamu saat ini mendengar suaraku, aku bertanya kepadamu, maukah kamu menikah
denganku?”
Bersamaan dengan itu terdengar suara seseorang. Suaranya terdengar sangat berat, “Tidak
bisa Johan!”
Pintu kamar yang terbuka itu pun di pukul dengan keras oleh orang itu sehingga membuat
suara yang keras pula, “Brak!”
Suara itu membuat Lika terbangun dari pingsannya. Dan ketika ia melihat jari jemarinya
berada di dalam genggaman tangan si pemuda ia pun mencoba menarik jari-jarinya
dari genggaman tangan pemuda yang tidak ia kenal.
Melihat hal itu si pria yang baru datang berkata dengan tegas, “Si wanita saja berusaha
melepaskan tangannya dari tanganmu. Kenapa kamu tidak lepaskan tangan dia dan
beri dia uang. Kalau perlu beri dia sepuluh milyar. Suruh dia pergi dari sini
jauh-jauh. Jangan pernah kembali lagi dari sini!”
Tak lama kemudian muncul wanita yang tadi di usir oleh Johan II. Ia dengan takut-takut
berdiri di belakang lelaki yang baru datang.
Sepertinya si wanita itu telah mengadu kepada calon mertuanya. Ayah Johan II.
Johan II yang melihat kembalinya wanita itu segera bangkit berdiri dan melepaskan kedua
tangannya dari tangan Lika menghampiri wanita yang berdiri tepat di belakang
ayahnya.
Sambil menunjuk kearah wanita itu,Johan II pun berkata dengan geram.
“Kau tahu! Aku ada banyak pekerjaan. Dan kau menyuruh aku untuk menunggu hampir tiga jam lamanya. Memangnya aku sopirmu! Dan kejadian ini bukan untuk pertama kalinya. Sudah berkali-kali kau memperlakukan
aku seperti ini! Aku sudah capek dan muak menghadapimu!”
Sesudah berkata demikian ayahnya yang bernama Johan juga segera melayangkan tamparannya
kearah wajah Johan II.
Tamparannya cukup keras.
Membuat tubuh Johan II terpental kebelakang dan hampir saja jatuh dan tubuhnya menindih
tubuh Lika yang berada di atas pembaringan.
Beruntung LIka masih kuat untuk menahan tubuh Johan yang di idam-idamkan oleh setiap
wanita. Tegap dan kekar. Serta berotot.
Darah keluar dari mulut dan hidung Johan II.
Melihat darah yang keluar dari hidung putranya Johan II membuat ayahnya yang bernama
Johan pula merasa terkejut, “Apakah mimisanmu kambuh lagi?!”
Mendengar itu, si wanita yang berada di belakang calon ayah mertuanya terkejut, karena ia
tidak pernah tahu kalau Johan II menyimpan penyakit.
Ucap si wanita dalam hati, “Penyakit kampungan.”
“Johan II!” ucap si wanita yang berjalan cepat keluar dari belakang calon ayah mertuanya
mendekati pemuda itu.
“Maafkan aku. Kalau aku tahu kamu mengidap penyakit seperti ini, aku tidak akan
membiarkan dirimu berlama-lama menungguku.”
Sesudah berkata demikian ia menoleh kearah calon ayah mertuanya, “Calon ayah mertua,
maafkanlah anakmu yang kurang berbakti ini.”
Pada saat itu LIka sudah tidak kuat menahan tubuh Johan II. Sehingga ia pun melepaskan
tangannya dan Johan II pun jatuh dan tubuhnya pun berbalik. Kini wajahnya
mengarah kearah LIka.
Beruntung dengan cepat tangan ayahnya Johan II menahan laju tubuh putranya jatuh menindih
tubuh LIka. Kalau tidak pasti Johan II sudah mengecup bibir LIka.
Hal itu pun membuat LIka berteriak kecil.
Suara teriakan LIka malah membuat tangan ayahnya Johan II agak kendor sedikit pada
pegangannya. Dan hal yang tadinya tidak dikehendaki kini malah terjadi pula.
Bibir Johan meluncur deras mengenai pipi sebelah kiri dari LIka.
lIka lekas menoleh agar bibirnya tidak terkena bibirnya si Johan II.
Wanita yang akan menjadi istri Johan II dengan cemburu menarik tubuh Johan II lalu dengan
cepat ia melayangkan tangannya menampar pipi LIka dua kali bolak-balik tanpa ia
dapat mengelak. Apa lagi melawannya.
Ayah Johan II yang melihat hal itu pun merasa kesal dan cukup kecewa. Ia pun bergegas
meninggalkan mereka bertiga.
Melihat ayah calon mertuanya malah pergi, wanita itu pun tampak kesal. Lalu berlari
keluar menyusul ayah calon mertuanya.
Sedangkan Johan II mendekati LIka, “Maafkan aku. Kau tidak apa-apa?”
Lika tidak tahu mau bilang apa. Ia merasakan wajahnya saat itu pasti memerah. Merah
seperti kepiting rebus.
Johan II menyentuh pinggang LIka yang ternyata masih mengeluarkan darah.
Tanpa basa-basi lagi dan tanpa izin dari wanita itu, Johan II bergegas mengangkat
tubuh LIka dari tempat tidur.
Lika pun terkejut dan berteriak, “Mau apa kau! Cepat turunkan aku.”
Johan II sepertinya tidak peduli ia terus berlari membawa tubuh LIKa keluar dari kamar
dan begitu ia melihat anak buahnya ada di situ ia pun segera berkata, “Siapakan
mobil! Kita bawa dia ke rumah sakit sekarang juga!”
Mendengar itu LIka merasa tidak enak. Ia pikir orang yang berada di dekatnya itu akan
berbuat yang tidak-tidak terhadap dirinya. Tetapi ia malah salah sangka. Dan ia
pun menenangkan diri berada di dalam pelukan pemuda yang kekar itu.
Dari kejauhan ayah Johan II dan calon menantunya melihat hal itu, “Ayah calon
mertua! Lihatlah itu! kini dia dengan mesranya memeluk wanita itu.”
Sesudah berkata demikian si wanita itu menangis histeris.
Ayah mertunya pun berkata dengan suara pelan, “Maafkan anakku, Marisa. Calon ayah
mertuamu ini berjanji. Berjanji akan memisahkan mereka berdua secepatnya. Tapi
calon ayah mertuamu ini pun membutuhkan bantuanmu.”
Wanita itu sepertinya tahu apa yang di kehendaki oleh calon ayah mertuanya. Ia
mengeluarkan selembar cek dari dalam tasnya lalu di berikan kepada ayah calon
mertuanya sambil berkata, “Semoga uang segini cukup bagi ayah untuk mengusir
wanita itu dari sisi calon suamiku. Kalau perlu hilangkan dia dari muka bumi
ini.”
Melihat angka yang tertera di cek tersebut membuat ayah calon mertuanya tersenyum puas.
Angka itu cukup besar yaitu seratus milyar.
“Tentu saja,” sahut ayah calon mertua si wanita sambil mengipas-ngipas cek tersebut di
hadapannya.
Si wanita itu pun merasa kesal. Lalu ia bergegas pergi meninggalkannya seorang diri.
Kemanakah perginya si wanita itu?
Kemana lagi kalau bukan mengejar calon suaminya Johan II.
Sementara itu di atas pesawat,
Ponsel Jack berbunyi dan ia pun bergegas membuka ponselnya. Ternyata ada sinyal. Sinyal
yang menunjukkan pergerakan muridnya Lika.
“Ada apa dengan anak itu?” ucap Jack sambil memperhatikan arah pergerakan sinyal yang
ada di ponselnya.
Bunyi sinyal itu membangunkan semua orang yang tertidur lelap.
Semua orang memperhatikan sinyal itu, termasuk Raymond.
Akhirnya salah satu dari mereka berkata, “Kalau dilihat dari pergerakan sinyal. Sinyal
itu mengarah ke rumah sakit yang ada di sekitar situ.”
“Apa? Rumah sakit!” seru kedua gurunya bersamaan.
“Mau apa anak itu bawa dia kerumah sakit?” tanya Jack dengan wajah yang terlihat
khawatir.
Sedangkan Raymond bertanya, “Kira-kira kita tiba di sana berapa jam lagi?”
“Enam jam lagi!” sahut si kepala botak sambil memperhatikan arlojinya.
****
Begitu tiba di rumah sakit LIka terlihat kembali tak sadarkan diri.
Ia pun bergegas lari sambil mengendongnya menuju ruang UGD.
Pada saat ia berlari pikirannya teringat kembali akan kejadian beberapa puluh tahun lalu.
“Bu, bertahanlah! Ibu pasti sembuh. Jangan tinggalkan aku, Ibu!”
Setibanya di ruang UGD, pemuda itu segera meletakan Lika keatas tempat tidur. Dan para
dokter segera menanganinya dengan baik.
Melihat para dokter itu, Johan II berkata, “Sembuhkan dia untukku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments