Salah satu dari mereka segera berkata kepada si wanita, “Jika temanmu ini sudah tahu siapa
kami. Harusnya kamu mau menurut ajakan kami berdua. Dan kami pasti akan
memberikan apa yang kamu minta.”
Si wanita tampak tersenyum lalu katanya dengan suara tenang, “Sungguh, kalian mau
memberikan apa saja yang aku minta?”
Kedua pemuda itu saling menantap satu sama lain. Lalu tertawa sejenak. Kemudian
mengangguk dengan anggukan yang cukup keras.
“Janji?” tanya si wanita yang mengulangi ucapannya itu.
“Janji!” seru kedua pemuda itu sambil mengankat tangan. Dan bayangan mereka berdua
sepertinya sudah kemana-mana.
“Baiklah. Sekarang kalian membalikan badan dulu kesana,” pinta si wanita sambil menunjuk
kearah pintu hotel.
Tanpa bertanya-tanya keduanya segera menurut dan menghadap ke pintu hotel.
“Sudah kami lakukan,” kata kedua pemuda itu yang masih membayangkan tubuh si wanita.
Tetapi tidak ada suara sama sekali dari si wanita.
Kedua pemuda itu masih diam menunggu. Sedangkan beberapa tamu hotel yang melihat
mereka berdua tersenyum-senyum, termasuk petugas resepsionis.
Mereka berdua mulai curiga dan segera membalikkan tubuhnya lagi kearah si wanita.
Tetapi si wanita dan ketiga teman lelakinya sudah tidak berada di tempat.
Mereka sudah masuk ke lift menuju kamar mereka masing-masing.
Begitu mereka berhasil lolos dan berada di dalam lift si kepala Botak itu berkata,
“Sebisa mungkin kita menjauh dari merek berdua. Karena mereka berdua adalah
cucu bos besar Saitama yang berkuasa saat ini.”
Si wanita itu hanya mendegus saja sebagai jawaban.
Kata orang yang bertubuh pendek, “Kita kemari berniat untuk menolong kedua bos kita. Jadi
sebaiknya kita jangan sampai terlibat dengan mereka. Bisa-bisa niat kita bisa
gagal karena ulah mereka.”
“Aku juga tahu!” seru si wanita sambil melangkah keluar. Karena pada saat itu lift sudah
berhenti tepat di lantai dua belas dan pintunya pun juga sudah terbuka.
Keempat orang itu segera keluar dari lift dan masuk ke kamar yang telah di siapkan
untuk mereka.
Mengetahui si wanita sudah tidak ada di tempatnya, tampak salah satu dari pemuda itu yang
memakai setelan jas berwarna biru-biru segera mendekati meja resepsionis.
Usia kedua pemuda itu sesungguhnya sudah tidak muda lagi mendekati tiga puluh tahun.
Si pemuda itu bertanya, “Dimana kamar mereka? Aku ingin memberikan pelajaran kepada
wanita itu!”
Di meja resepsionis ada dua orang. Keduanya wanita. Salah satu dari mereka yang memakai
kacamata segera mencoba menghubungi bos mereka yaitu si Johan II.
Sedangkan yang tidak memakai kacamata mencoba menenangkan pemuda yang sedang marah-marah
itu dengan suara yang terdengar sangat tenang.
“Tuan muda. Janganlah seperti itu, ini tempat umum. Janganlah anda membuat keributan terlebih dahulu.”
Sepertinya wanita itu senior di hotel tersebut.
Pemuda berjas biru itu menatap tajam kepada wanita yang sedang berbicara kepadanya.
Lalu katanya dengan nada yang mulai di tinggikan.
“Kamu tahukan! Kami berdua ini adalah tamu tetap di hotel ini. Dan hotel ini sudah seperti
tempat tinggal kami. Kamu bisa bayangkan jika kami berdua pindah ke hotel lain.
Apa jadinya denga hotel ini!”
Sambil tangannya menggebrak meja resepsionis dengan kerasnya.
Menyebabkan kedua petugas resepsionis itu terlihat kaget setengah mati. Wajah keduanya
terlihat pucat.
Si wanita yang memakai kacamata terus menerus menghubungi kamar yang di tempati si Johan
II. Sampai akhirnya pemuda itu mengangangkat telpon.
“Halo! Ada apa sih! Memangnya ada hal penting sekali! Hingga harus aku yang tangani!”
bentak Johan II kepada si petugas resepsionis yang mencoba menghubunginya
berkali-kali.
“Maaf tuan muda. Ini ada tamu tetap kita sedang marah-marah. Dia mencoba hendak menemui
tamu yang tadi anda bawa tuan muda,” kata si petugas resepsionis yang berusaha
untuk menjelaskan duduk perkaranya kenapa ia harus menghubungi si tuan muda
Johan II.
Mendengar penjelasan dari petugas resepsionisnya itu, Johan II segera berkata, “Suruh
tunggu sebentar. dalam waktu lima menit aku akan segera tiba di situ.”
Sesudah meletakan gagang telepon, Marisa hanya memperhatikan saja ketika si Johan II bergegas keluar dari kamar.
“Johan II,” ucap Marisa dengan suara sedih.
Sepertinya Johan II tidak mendengar perkataan Marisa. Karena memang Johan II sudah menutup pintu kamar tersebut dari luar
Melihat Johan II tetap pergi kembali Marisa mencak-mencak sendirian di dalam kamar itu.
Dengan keras ia berteriak, “Setelah menikah nanti, aku akan buat kau selalu disisiku
selamanya!”
Sesudah itu ia melempar sebuah asbak kearah pintu kamar. Lalu terdengar suara, “Prang!”
Asbak itu jatuh ke lantai dan pecah.
****
Sementara itu Johan II sudah berada di resepsionis. Ia langsung berbicara kepada si pemuda
berjas biru. Suaranya sangat tenang tidak penuh emosi, “Tuan muda. Saya mohon
dengan sangat janganlah buat keonaran di tempatku ini.”
Si pemuda berjas biru itu langsung menunjuk tepat ke dada si Johan II dengan berkata,
“Saya tahu kamu siapa. Kamu si Johan II putra johan yang suka gonta-ganti
perempuan sama seperti kami berdua ini.”
Mendengar ejekan itu Johan II masih terlihat tenang. Dan memperlihatkan senyuman yang
tulus. Lalu balasnya, “Untuk itulah saya mohon dengan sangat agar tuan muda
jangan membuat keonaran di tempatku ini.”
Sambil memukul dadanya sendiri si pemuda berjas biru itu bertanya, “Tahukah kau siapa
aku?”
Ketika hendak di jawab oleh Johan II si pemuda berjas biru yang sudah tidak muda lagi
segera melanjutkan, “Aku tahu. Kamu pasti tidak kenal kami berdua. Saya
beritahu kepadamu dan juga kepada kalian yang saat ini sedang memperhatikan
kami. Kami berdua adalah cucu dari tuan besar Saitama yang saat ini memiliki
jaringan bisnis dan kuasa dimana-mana.”
Mendengar itu Johan II tersenyum dan ia berusaha menenangkan pemuda itu ia segera
manggut-manggut dan membungkukan tubuhnya seperti orang memberi hormat sambil berkata, “Maafkan
aku yang lebih muda ini tidak tahu akan tingginya langit.”
Si pemuda berjas biru itu kembali menepuk. Kali ini menepuk bahu Johan II seraya berkata
lagi, “Untuk mempererat hubungan kita, aku harap kamu mau memberitahukan nomor
kamar wanita yang belum lama ini menjadi tamumu. Jika kamu mau memberi tahu
nomor kamarnya, aku tidak akan memperpanjang masalah ini lagi.”
Si Johan II masih terlihat sopan. Katanya lagi, “Wanita itu adalah bibi dari calon istriku.
Aku harap, tuan muda jangan menggangunya. Lagi pula usia tuan muda dengannya
cukup jauh pula. Lebih baik carilah yang lain.”
Sesudah berkata demikian si Johan II berbisik, “Bukannya yang lebih muda lebih enak.”
Si pemuda berjas biru yang mengaku sebagai cucu dari tuan Saitama itu tertawa. Kemudian
balasnya, “Tidak apalah. Ibarat pepatah mengatakan, ‘tak ada yang muda. Yang
tua pun jadi’.”
Johan II pun kini sepertinya mulai tidak suka dengan pemuda yang berada dihadapannya. Ia
masih terlihat menahan emosi sambil ikut tertawa pelan.
“Tuan muda bisa saja. Tapi sayangnya, aku tidak akan membiarkan siapapun yang mengganggu
bibi dari calon istriku.”
Suara Johan II pelan, tetapi sangat tegas di telinga si pemuda berjas biru.
Si pemuda berjas biru itu menoleh kearah saudaranya.
Saudaranya itu tampak mengangkat kedua bahunya. Lalu ia mengangkat ponselnya dan di
perlihatkan kepada Johan II yang saat itu ikut menoleh kearahnya.
Dengan suara mengancam si pemuda berjas biru itu, mengatakan sambil tersenyum nyinyir.
“Kamu lihat tuan muda Johan II. Pengakuanmu yang mengatakan kalau wanita itu adalah bibi
dari calon istrimu sudah terekam di ponsel itu, dan sekali tekan saja, video
tersebut langsung beredar dengan cepat. Dalam hitungan detik, ayahmu si Johan
yang bodoh itu serta calon mertuamu yang sudah tua renta itu akan segera datang
kesini untuk membunuh mereka semua.”
Johan II cukup tersentak juga melihat video yang berada di tangan saudara si berjas biru
tersebut.
Kemudian ia segera putar otak sejenak.
Pada saat itu si pemuda berjas biru berbicara lagi. Sepertinya ia hendak memberikan
penawaran kepada Johan II, “Bagaimana kalau kamu mengalah Johan II. Berikan dia
kepada kami untuk bersenang-senang sejenak. Lalu kami hapus video itu untuk
mu.”
Johan II tersenyum, lalu katanya dengan tegas, “Silahkan saja kalian sebarkan video itu
sekarang juga. Karena saya yakin sekali kalau ayah saya dan kakek calon mertua
saya tidak akan terpancing sama sekali dengan video tersebut.”
Selesai mengatakan hal itu ia berjalan kembali menuju lift meninggalkan kedua pemuda
itu di sana dan si saudara berjas biru pun segera menekan tombol kirim. Dan
video pengakuan Johan II mengenai wanita itu adalah bibi dari calon istrinya
segera beredar dengan cepat di dunia maya.
Selesai menekan tombol kirim, kedua saudara itu bergegas keluar dari hotel mewah milik
Johan II.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments