Hari sudah menjelang pagi. Kira-kira mendekati pukul enam.
Pada saat itu memang sedang enak-enaknya tidur. Apalagi tubuh dalam keadaan lelah dan
agak sakit. Termasuk Lika.
Ketika sedang mengulet, ia merasakan ada seseorang yang masuk secara diam-diam ke
dalam kamarnya. Tetapi karena merasa malas dan engan untuk membuka kedua
matanya, dan juga ia berpikir yang masuk adalah suster perawat ia diam saja.
Gadis itu pun sempat berkata, “Pagi suster! Aku nanti saja mandinya. Masih ngantuk.”
Tetapi tidak ada jawaban sama sekali.
Di saat ia hendak membalikkan tubuhnya, ia di kejutkan dengan seseorang yang telah
mendekap mulutnya.
Lika segera tahu kalau dirinya dalam bahaya. Ia segera membuka kedua matanya dan melihat
dengan jelas wajah orang yang berada tepat di dekat wajahnya itu.
Orang itu tampak menyeringai penuh kemenangan. Sepertinya orang itu hendak melahap Lika
hidup-hidup.
Bisiknya tepat di depan wajah Lika, “Aku tahu kalau kau itu adalah kau. Gadis berusia
empat belas tahun yang dulu pernah aku perkosa. Sekarang kamu dalam keadaan
sadar. Aku ingin memberikan kenangan lama yang manis dan indah kepadamu sekali
lagi, sayang.”
Tangan yang satunya membelai rambut Lika yang terlihat acak-acakan.
Lika segera teringat akan wajah itu di aplikasi yang dapat mengetahui beberapa tahun
kemudian seperti apa. Dan ia pun teringat akan pisaunya yang ia sembunyikan di
dekat tubuhnya.
Perlahan-lahan gadis itu menggerakan tangannya untuk mengambil pisau tersebut.
Di saat ia merasakan tubuh si lelaki yang wajahnya terlihat sangat beringas hendak naik keatas tempat tidur, tanpa ampun lagi bagi LIka.
Tangan yang memegang pisau itu bergerak cepat keatas tepat menusuk lambung orang itu, dan
mau tidak mau lelaki itu mengangkat tubuhnya keatas. Bersamaan dengan itu sekali lagi Lika menusuknya dengan pisau tersebut.
Si lelaki itu pun berteriak kesakitan. Salah satu tangannya hendak merampas pisau yang di
pengang LIka. Tetapi usahanya gagal. Dan ia kembali tertusuk lagi untuk kedua
kalinya.
Orang itu langsung melompat turun dari tempat tidur.
Ternyata suaranya membuat beberapa suster perawat yang hendak masuk ke kamar di mana
LIka berada terkejut.
Dan salah satu dari suster perawat itu segera berlari berteriak minta tolong.
Suara minta tolong dari suster mengejutkan kedua
gurunya yang baru saja hendak menyeruput kopi yang masih terlihat asapnya.
“Ada apa suster?” tanya Jack yang ketika melihat wajah suster yang pucat pasi.
Sambil tangannya menunjuk kearah jalan menuju kamar muridnya ia berkata, “Cepat tolong
pasien kami. Sepertinya terjadi keributan.”
Kedua guru Lika pun bergegas lari menuju arah tempat yang ditunjuk oleh suster perawat,
sedangkan gelas kopi yang masih berada dalam genggaman di lempar begitu saja.
Begitu Jack dan Raymound tiba didepan kamar muridnya, tampak beberapa suster masih berdiri
ketakutan.
Dengan cepat Raymound menendang pintu kamar LIka. Begitu ia tiba di dalam kamar
tersebut, ia melihat seseorang yang penuh brewok telah tergeletak di lanti
bermandikan darah. Sedangkan LIka sedang berlutut di samping orang itu dengan
tangan memegang pisau.
Hawa membunuh dari tubuh LIka sepertinya di rasakan oleh kedua gurunya dan para
suster perawat yang melihat kejadian itu.
Dengan perlahan Jack mendekati lIka. Lalu perlahan-lahan ia mengambil pisau yang
berada di dalam genggaman tangan muridnya sambil berbisik, “Tenanglah. Semuanya
sudah berakhir. Berikan pisau itu kepadaku. Agar semuanya tidak terjadi.”
Maksud Jack adalah agar para suster perawat di rumah sakit itu tidak menceritakan kejadian
yang baru saja mereka lihat kepada semua orang. Apa lagi kepada polisi.
Sepertinya para suster perawat itu mengerti apa yang di ucapkan Jack barusan.
Lika menantap tajam orang yang penuh brewok yang kini sudah tidak bernyawa lagi.
Perlahan-lahan ia berkata, “Dia salah satu dari ketujuh orang yang telah
memperkosaku.”
Para suster perawat yang mendengar itu semakin simpatik saja dan mereka segera membawa
mayat itu keluar dari kamar tersebut sebelum di lihat oleh banyak orang. Selain
itu kamar tersebut juga di bersihkan oleh mereka tanpa menyuruh petugas
kebersihan.
***
Kenapa orang brewok itu tahu kalau LIka adalah gadis yang ia perkosa enam tahun yang
lalu?
Karena ia pun hidupnya selalu menyamar sebagai seorang tuna wisma. Ia tidak mau di
penjara dan di kenali oleh si korban.
Ketika beberapa bulan belakangan ia melihat seorang wanita tuna wisma yang tingkah
lakunya selalu aneh dan ia pun segera mengamati dari kejauhan dan mencoba
menggali informasi tentang wanita aneh tersebut, dan ketika ia merasa yakin
kalau wanita itu adalah korban yang ia perkosa adalah ketika pertemuan Bram
dengan Lika tepat di depan sekolah anaknya Bram.
Si brewok itu pun tidak suka dengan Bram, karena suatu hal. Jadi ia berusaha untuk jadi
pahlawan diantara mereka semua yang telah memperkosa Lika. Dengan membunuh LIka
pada kedua tangannya sendiri ia berharap atasannya Bram akan menerima dirinya
menjadi tangan kanannya.
Tetapi rencana itu kini musnah sudah. Musnah sama orang-orangnya. Karena ia pikir ia
mampu mengendalikan LIka. Yang ternyata LIka bukanlah gadis lemah seperti
dahulu.
Lika pun perlahan-lahan melepaskan pisaunya. Lalu ia menoleh kearah kedua gurunya,
“Tolong bawa aku keluar dari sini.”
Mendengar permintaan Lika, kedua gurunya sempat kebingungan sendiri karena mereka tidak tahu tempat
yang aman untuk menyembunyikan muridnya di sekitar tempat itu.
Raymond akhirnya berkata, “Bagaimana kalau kita tinggal di tempat milik temanku.
Semonga saja dia masih mau menerima kita.”
Jack mengerutkan kening sejenak. Lalu tanyanya, “Jangan kamu bilang mau menitipkan
murid kita sama Saitama.”
“Hanya tempat dialah yang aman untuk kita berlindung dan bergerak,” ucap Raymond
sambil mengangkat kedua bahunya.
“Memang sih!” sahut Jack sambil menganggukkan kepalanya.
Kemudian kedua gurunya menoleh kearah tempat dimana Lika yang tadi masih berjongkok.
Tetapi kini sudah tidak ada di tempatnya.
Kedua gurunya tampak kebingungan. Lalu mereka saling menyalahkan satu sama lain.
Kemana perginya Lika?
Gadis itu pergi diam-diam meninggalkan gurunya menuju ke sebuah toilet umum. Di dalam
toilet umum ia membersihkan diri dan merubah penampilan dengan alat seadaanya.
Setelah selesai ia keluar lagi dan begitu ia keluar dari toilet umum ia berpapasan
dengan kedua gurunya.
Dalam hatinya Lika berkata, “Semoga saja mereka berdua tidak mengenaliku sama
sekali.”
Sepertinya doa yang ia ucapkan di kabulkan. Karena kedua gurunya yang begitu berpapasan
dengan muridnya yang sudah merubah penampilan tidak mengenalinya sama sekali.
Mereka berdua pun segera melewati LIka begitu saja. Lika pun tampak menarik nafas
lega.
Ia pun bergegas keluar dari rumah sakit itu dan segera menyetop sebuah taksi kosong
yang saat itu sedang jalan perlahan melewati rumah sakit tersebut.
Si sopir taksi pun segera menghentikan kendaraannya tepat di depan LIka.
Iya pun segera membuka kaca mobilnya dan berkata, “Mau kemana nona?”
“Tolong antarkan saya ke bank Dwipa yang ada di sekitar jalan ini,” pinta LIka sambil menantap
mata kedua sopir itu yang terlihat agak tidak sopan melihat kearahnya.
Si sopir taksi itu pun tampak tersenyum, lalu katanya dengan tenang, “Dua ratus ribu
ya!”
Lika terdiam sejenak.
Kata si sopir itu lagi, “Kalau tidak mau ya sudah. Kamu jalan kaki saja sana.”
Sesudah berkata demikian si sopir taksi itu malah langsung pergi saja meninggalkan
LIka.
Melihat si sopir taksi itu langsung pergi, LIka pun marah-marah, “Brengsek!”
Bersamaan dengan itu muncul seorang petugas satpam dan segera berkata, “Maaf non. Tadi
saya dengar non mau pergi ke bank Dwipa, ya?”
“Betul sekali pak,” sahut Lika sambil tersenyum.
Si bapak satpam itu kembali berkata, “Beruntung non tidak jadi naik taksi itu, karena
bank Dwipa itu nona lihat ada perempatan jalan itu kan.”
Tunjuk si satpam kearah jalan yang tidak jauh dari jalan tersebut, dan Lika pun ikut
melihat tangan si satpam yang menunjuk.
“Kemudian aku harus kearah kemana?” tanya Lika penuh semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments