Suaranya terdengar pilu atau merasa kasihan terhadap Lika entahlah. Dan ia tidak mau untuk membayangan hal itu, tapi tetap saja terlintas dalam benaknya sendiri pada saat dirinya diperlakukan seperti
itu oleh orang-orang liar.
Ia terlihat mengepalkan tinjunya dan berbisik kepada lika, “Bekerja samalah denganku.”
Lika tidak menjawab dan juga tidak mengangguk. Ia terlihat diam saja, karena kalau ia
memberi kode atau membuka mulut kepada wanita itu akan terlihat dari atas kapal
boat tersebut dan hal itu akan membuat mereka berdua segera diinterogasi begitu
tiba di tempat yang sama sekali belum ia ketahui.
Akhirnya mereka berdua naik juga keatas kapal boat tersebut dan membawa mereka menjauh
dari bibir pantai.
Bersamaan dengan itu pada saat kedua guru bersama dengan empat orang yang lain masih berada
di dalam taksi untuk mengikuti sinyal yang diberikan Lika kepada mereka berdua,
tiba-tiba saja sinyal itu mati dengan sendirinya.
Hilangnya sinyal tersebut membuat Jack dan Raymond terkejut dan sedikit berteriak hampir
bersamaan, “Yaa! Hilang.”
Teriakan itupun mengejutkan si sopir taksi sehingga ia harus menginjak rem secara
mendadak.
Bersamaan dengan itu terdengar suara keras tepat dibelakang taksi tersebut.
“Duar!” suaranya begitu keras.
Orang-orang yang duduk dibelakang pengemudi taksi itu terkejut dan merasa kesakitan pula.
Sedangkan si sopir taksi bergegas membuka pintu. Baru saja ia membuka pintu taksi,
bersamaan pula tampak moncong senjata diarahkan ke si sopir taksi.
Orang yang mendongkan senapan itu berkata, “Angkat kedua tanganmu dan perlahan-lahanlah
keluar dari sana.”
Bersamaan dengan itu tampak kedua pintu bagian belakang taksi juga dibuka dengan paksa dari
luar. Dan terdengarlah suara, “JIka kalian mau keluar dengan baik-baik, maka
nyawa sopir ini akan selamat. Jika tidak, jangan salahkan aku membunuhnya.”
Mau tidak mau Jack dan bersama yang lain menurut kehendak orang-orang itu untuk keluar
perlahan-lahan.
Begitu semuanya keluar terutama sekali keempat orang anak buah Jack dan Raymond merasa
serba salah ketika melihat kedua orang bersaudara itu telah berdiri dihadapan
mereka semua dengan memegang senjata masing-masing.
“Apakah kalian kenal dengan mereka?” tanya Jack ketika melihat wajah keempat anak
buahnya terlihat seperti tidak nyaman.
“Kami berdua adalah cucu dari Tuan Saitama, jika itu membuat kalian takut!” seru
salah satu dari mereka berdua. Dan mereka semua tampak tertawa-tawa.
Raymond yang sepertinya lebih tahu tentang seluk beluk sepak terjang Saitama berkata,
“Tenang dulu. Jangan main hakim sendiri. Setiap persoalan dapat dibicarakan
baik-baik, bukan begitu....”
Sampai disini Raymond tidak meneruskan ucapannya. Karena ia tidak tahu nama dari kedua orang
itu.
“Kalian berdua tidak perlu tahu nama kami. Yang pasti, wanita itu telah melakukan
kesalahan dengan mempermainkan kami berdua,” kata mereka berdua hampir
bersamaan sambil tangannya diarahkan kearah wanita itu.
Wanita itu bernama Bella. Sedangkan yang berkepala botak bernama Willi. Yang bertubuh
kurus bernama Sandi. Dan yang bertubuh pendek bernama Oman.
Bella membela diri, “Jika kalian sopan santun denganku, mungkin aku tidak akan
mempermainkan kalian berdua.”
Teringat akan hal itu, Bella hendak tertawa. Begitu pula dengan ketiga pria yang
bersamanya semalam di hotel milik Johan II.
“Tertawalah kalian semua sepuasnya. Sebelum ajal menjemput kalian semua!” teriak salah satu
dari kedua cucu Saitama.
Kembali Raymond mencoba untuk bernegoisasi dengan mereka sambil berkata, “Terus terang.
Murid kami saat ini sedang bersama dengan kakek Anda. Kalau Kalian berdua tidak
percaya coba saja telepon kakek Anda sekarang juga.”
Kedua cucu bersaudara dari Saitama saling berpandang lalu kembali tertawa lagi.
“Kalian seharusnya tahu, kalau kakek kami saat ini sedang berada diluar negeri. ia
sedang berobat dan hampir mau mampus. Jadi tidak mungkin murid kalian bertemu
dengan kakek kami,” ucap salah satu dari kedua bersaudara itu dengan wajah yang
terlihat serius.
“Sungguh?” tanya Jack wajah yang terlihat tidak percaya.
“Kalau untuk itu, kami tidak bohong. Kakek kami sudah satu tahun berobat diluar negeri,
jadi sekali lagi kami peringatkan jangan mempermainkan kami.”
Bersamaan dengan itu ponsel Jack berbunyi. Dan Jack pun bertanya, “Boleh saya terima
telepon masuk ini?”
Tetapi jawaban yang diberikan oleh mereka justru membuat suasana menjadi lebih tegang.
Salah satu dari orang-orang pengikut kedua bersaudara itu telah memukul wajah Jack dengan
gagang senapan hingga Jack tersungkur jatuh.
Hal itu memancing emosi Bella dan teman-temannya.
“Kau!” seru mereka bersamaan.
“Habisi mereka semua!” teriak salah satu dari dua bersaudara cucu Saitama.
Bersamaan dengan itu Raymond mengeluarkan beberapa pisau dan dilayangkan kearah mereka
semua dan yang lainnya pun segera bergerak tanpa diberi perintah oleh Jack dan
Raymond.
Maka terjadilah tembak menembak dan perkelahian jarak dekat antara beberapa orang
anak buah kedua bersaudara dari cucu Saitama dengan keenam orang itu.
Tubuh kecil tapi gerakannya lincah. Begitu juga si kurus seperti menari balet saja.
Sedangkan si kepala botak tampak garang dan beringas. Wanita itu pun bergerak
cukup cepat.
Jack pun segera mengeluarkan pistol dan ikut menembaki rombongan itu.
Sepertinya kedua cucu Saitama dan para pengikutnya bukan lawan yang bagus buat mereka
semua. Hanya dalam hitungan detik saja enam orang pengikuti kedua cucu Saitama
itu sudah tergeletak terluka.
Mereka bereenam tampaknya tidak membuat lawan-lawan mereka sampai mati.
Sedangkan pertaruangan itu secara diam-diam telah disaksikan oleh beberapa orang yang
datang hendak membunuh Lika di rumah sakit.
Melihat keenam anak buah mereka tergeletak dengan luka parah, kedua bersaudara dari cucu
Saitama bergegas membawa yang terluka masuk ke mobil mereka dan segera ngacir
dari situ.
“Jangan dikejar!” cegah Jack ketika melihat Willi dan Oman mencoba berlari mengejar mereka.
Bersamaan dengan itu Raymod teringat akan si sopir taksi. Ia pun segera menoleh dan
ternyata taksi itu sudah tidak ada ditempatnya.
“Siapa yang telepon tadi ya?” tanya Jack sambil tangannya mengambil ponselnya sendiri. Lalu
ia melihatnya ternyata nomor yang tidak dikenal.
“Dari siapa?” tanya Bella penasaran ingin tahu siapa yang menghubungi Jack.
“Nomornya tidak aku kenal. Tapi tadi dia sempat menelepon sampai empat kali,” ucap Jack
sambil memperlihatkan nomor telepon yang masuk.
Bella melihat sebentar saja, lalu diberikan kepada Raymond.
Raymond pun memperhatikan sejenak, lalu ia menggeleng. Telepon itu pun diperlihatkan kepada
yang lain satu per satu. Siapa tahu dari antara mereka ada yang mengenal nomor
telepon tersebut.
Tapi nyatanya sayang sekali. Ternyata mereka semua tidak mengenal nomor telepon itu.
Pada saat mereka semua berpikir dan mengira-ngira siapa yang menelepon itu, tiba-tiba
nomor telepon itu kembali masuk.
Jack pun tanpa ragu menerima panggilan masuk nomor yang tidak ia kenal.
Sesungguhnya Raymond hendak mencegah tetapi Jack sudah keburu bernafsu untuk menjawab nomor yang tidak mereka kenal.
“Halo!” seru Jack menjawab telepon itu.
Di seberang sana terdengar suara yang sangat datar dan asing buat Jack.
“Halo! Ini Jack. Dan ternyata memang kau Jack. Sudah lama kita tidak berjumpa. Tepatnya
sudah sepuluh tahun. Jika Kau hendak mengetahui siapa Aku, datanglah ke alamat
yang aku kirim ini. Itu pun jika kamu masih memiliki nyali, Jack!” selesai
berkata demikian orang itu kembali menutup telepon tersebut dan Jack hanya bisa
berteriak, “Halo! Halo!” saja tanpa ada jawaban lagi.
Yang ada hanyalah berita singkat yang memberitahukan sebuah alamat.
Kelima orang itu terlihat saling berpandangan satu dengan yang lain.
Ketika
Oman membaca alamat itu ia pun berkata, “Kalau tidak salah ini adalah sebuah
restoran. Aku tahu tempatnya. “
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments