CHAPTER 8

...✨Enjoy the Reading✨...

🖤

🖤

“Aaarrgghh!! Sial, aku kalah lagi” seorang pria tua meremat rambutnya kuat, ketika di putaran akhir dari permainan itu, ia tetap tidak mendapat keberuntungan.

“Hahaha!! Sudah ku bilang, jika hari ini adalah hari keberuntunganku” pria lain tergelak, merasa senang sekaligus mengejek temannya yang mulai frustasi.

Sebuah kasino yang terletak di pusat kota, tengah ramai dikunjungi malam ini. Suara riuh para penjudi menjadi irama indah bagi sang pemilik, tawa, geraman dan teriakan frustasi sudah sangat familiar disini.

BRAKK!!

“Nacos!”

Meja yang tadi begitu ramai, kini hening seketika, kala seorang pria datang membawa serta dua anak buahnya.

“Tuan Geco..” wajah pria bernama Nacos, berubah pucat pasi, mendapati siapa orang yang berdiri di hadapannya.

Kaki dengan sepatu boots berbahan kulit berwarna hitam, bertengger di atas meja. Tepat di hadapan pria tua yang kini terlihat semakin gugup.

Tangan kekar itu kini mendarat di atas pundak Nacos, dengan sedikit tekanan tentunya“Aku kira kau tidak mengenaliku”

BBUUGHH!!

“Aakkhh!!”

Pukulan keras mendarat di pipi keriput Nacos, meninggalkan luka robek pada ujung bibirnya.

“Bayar hutangmu sekarang atau aku akan benar-benar menyeret tubuhmu ke dalam lubang buaya!” Kalimat ini terdengar bukan hanya sebuah ancaman semata.

KRREKK!!

“Aarrrggkkhh.. to-long lepaskan!” Kaki itu berpindah dengan cepat, menekan kuat ke arah dada Nacos yang terkulai di atas lantai Kasino.

Tidak ada siapapun yang berani mendekat untuk sekedar membantu, karena hal seperti ini sudah sangat biasa ditempat ini.

Terlebih pria yang melakukan penyiksaan itu adalah seorang Geco.. Mereka yang datang ke kasino ini pasti tahu, betapa berpengaruhnya dia. Bertindak sebagai malaikat ketika para penjudi yang tak pernah merasa puas itu kehabisan uang mereka, sebaliknya akan menjadi iblis ketika hutangnya tak kunjung di bayar.

“Aku akan memberimu waktu 1 minggu! Jika kau masih tidak mampu membayarnya, maka bersiaplah untuk bergabung dengan para peliharaanku di rumah” kakinya semakin menekan kuat dada Nacos seiring dengan kalimat yang diucapkannya. Membuat pria tua itu menahan sakit serta sesak di bagian dadanya.

“Uuhhuukk.. Uuhhuukk.. “ Geco menarik kakinya kembali dari tubuh Nacos. Melenggang pergi setelah mengucapkan kata terakhirnya.

“Sial, aku harus mencari uang secepat mungkin. Jika menunggu anak sialan itu, Geco pasti akan membunuhku. Tapi bagaimana caranya aku mendapatkan uang?” Batin Nacos.

“Gadis itu! Ya, dia adalah jalan satu-satunya” smrik jahat terlukis diwajah Nacos, kala sebuah ide gila muncul di dalam otaknya.

Sky terlihat sedikit kewalahan dengan beberapa alat yang memenuhi kedua tangannya. Sapu, alat pel, kain lap, ember, pembersih kaca dan beberapa alat kebersihan lainnya, membuatnya sedikit kerepotan.

Ia memutuskan berhenti sejenak di depan pintu kamar utama untuk mengambil kartu akses. Tugasnya akan dimulai sekarang, karena si pemilik sudah pergi bekerja.

Tak mau bolak balik untuk mengambil alat kebersihan, Sky memutuskan untuk membawa semuanya sekaligus, meskipun membuatnya sedikit kewalahan.

KLIK!!

Pintu sudah dibuka, ia meletakkan kartu itu di atas meja disamping pintu. Lalu kembali mengambil beberapa alat yang ia letakkan tadi dan membawanya masuk kedalam.

“Cckk kenapa troli itu harus rusak sih! Jadinya aku kan rempong begini” kalimat menggerutu itu sudah terdengar sejak dibawah tadi, karena benda yang ia gunakan untuk membawa alat-alat ini tiba-tiba rusak.

KLIKK!!

Sky menutup pintu kamar utama dengan pelan, pun dirinya bergegas menuju kamar mandi, karena ia akan memulainya dari tempat itu. Hingga tanpa ia sadari, telah membuat kesalahan disini.

Cukup lama ia berada didalam sana, menggosok di setiap sudut, memastikan tak ada kotoran yang menempel sedikit pun di tempat itu. Setelahnya ia beralih, menuju balkon kamar, tangannya bergerak lincah untuk membersihkan kaca yang menjadi penghalang antara kamar dan balkon. Terakhir membersihkan ranjang serta Walk in Closet yang berada di ujung ruangan.

“Hhuuiihh akhirnya selesai” terduduk sejenak di atas lantai yang dingin, mengelap keringatnya yang menetes di wajah dengan sehelai tisue.

Akhirnya tugas yang memakan waktu 1 jam pengerjaan itu selesai juga. Sungguh melelahkan, membersihkan ruangan yang luasnya setara dengan rumah milik sang ibu.

Kepalanya menunduk, salah satu tangannya terangkat untuk menyentuh perut ratanya“Uihh, apa peliharaanku sudah mulai lapar?” . Berdialog konyol dengan cacing-cacing di dalam sana.

Sky memutuskan untuk berdiri, merasa waktu beristirahatnya sudah lebih dari cukup. Kelenjar keringat di tubuhnya juga sudah tidak bekerja keras lagi, terbukti tidak ada buliran air di dahinya.

“Baiklah, mari kita pergi mencari makan” tangannya kembali sibuk, meraih satu persatu alat kebersihan yang ia bawa masuk tadi. Kembali rempong, Sky nampak kesusahan seperti sebelumnya.

Langkahnya terhenti, Sky baru menyadari jika pintu berwarna coklat tua itu tertutup rapat. Artinya ia harus mengambil kartu akses untuk membukanya, mengingat pintu ini akan terkunci dengan sendirinya jika ditutup.

Tangan yang sudah penuh dengan peralatan itu, tengah meraba sakunya, mencari sesuatu yang akan membantunya keluar dari sana “Ooiihh dimana benda itu?!”

“Ccckk.. dimana sih” rasa kesal mulai menguasai hatinya kala benda itu tak kunjung ia temukan. Sudah hampir 5 menit jari-jarinya bergerak di dalam saku, mencari kartu kecil berbentuk persegi panjang.

“Haih!!” Baiklah, Sky memutuskan untuk meletakkan semua alat itu dan mulai mencari di semua saku yang ada pada baju maupun celananya.

Tunggu..

Sepertinya Sky mengingat hal ceroboh yang baru saja ia lakukan. “Sky bodoh!! Bagaimana bisa kau meletakkan kartu aksesnya di meja luar”

“Aaaaa.. bagaimana caranya aku keluar dari sini!!” Berteriak frustasi, Sky menekuk wajahnya kesal. Otaknya mulai bekerja keras untuk mencari cara.

“Mmm.. kenapa aku tidak menghubungi tuan Keenan..” wajahnya nampak cerah sejenak namun tidak lama. “Tapi aku tidak membawa ponsel”

Gadis itu terduduk lesu, otaknya tiba-tiba saja membeku dan sulit untuk diajak berpikir.

“Heyy, rumah sebesar ini pasti memiliki telepun analog bukan!” Wahh, Sky ingin melarat kalimat tentang otaknya yang tidak bisa berpikir, karena kini ia melihat sebuah benda di atas meja disamping ranjang

Berlari dengan cepat, menatap penuh harap pada benda berwarna putih itu. Tangannya mengangkat bangga gagang telepun, jari-jari lentiknya juga nampak bersiap menekan angka-angka.

Tuan Keenan, itulah nama yang ada di dalam kepalanya, tapi apakah dia tahu nomer pria itu?

“Huuaa.. aku tidak tahu nomer tuan Keenan”

Cckk, gadis yang malang. Cobalah untuk mencari nomer lain? Kenapa tidak coba untuk menghubungi nomermu.

“Yyaa benar, aku akan mencoba untuk menelpun nomerku sendiri” Sky kembali antusias dengan deretan angka-angka itu. Dan ya, dia mengetikkan beberapa angak disana, terlihat begitu yakin.

Tanpa ia ketahui jika telepun itu menggunakan sambungan LAN, dimana tidak bisa digunakan untuk menelpun ke luar.

“Aaaaa… putus sudah harapanku” akhirnya Sky menyerah, ia meletakkan gagang telepun itu dengan wajah lesu dan frustasi.

“Hhuuaaa.. siapapun tolong keluarkan aku dari sini…” menangis adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang. Berdoa, agar ada seseorang yang lewat dan mendengar suara tangisannya didalam sana.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!