...✨Enjoy the Reading✨...
🖤
🖤
Sky terduduk dengan posisi memeluk erat kedua lututnya, didepan pintu salah satu kamar apartement mewah diposat kota.
Isakan kecil, diiringi buliran bening mengalir, membasahi wajah serta lengannya. Rasa perih bercampur panas masih terasa jelas, setelah tamparan keras mendarat dipipi mulusnya, meninggalkan bekas ruam kemerahan. Gumpalan darah kering pun masih tersisa disudut tipis berwarna merah muda, akibat luka robekan kecil.
Hal seperti ini sudah biasa ia dapatkan, tamparan, pukulan, tubuhnya bak sebuah samsak dibuatnya. Pelakunya tak lain dan tak bukan, ialah pria yang menjadi pengganti sosok sang ayah kandung.
Bukan hanya luka fisik, hati kecil sky kerap kali mendapat luka yang tak kalah menyakitkan. Kata-kata kasar dan penuh kebencian selalu ia dengar dari bibir sang ibu dan juga kakaknya.
“Kau!! Anak sialan! Pembawa sial! Hidupku harusnya tidak seperti ini, jika saja pria bodoh itu tidak merelakan dirinya demi anak sepertimu!”
Kalimat itu lolos dengan lantangnya, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Sky saat mendengarnya secara langsung. Padahal jika boleh jujur, dirinyalah yang harus merasa sial karena hidup bersama keluarga yang tidak pernah menganggapnya ada, mereka hanya membutuhkan Sky untuk menjadi mesin pencetak uang.
“Ternyata disini rupanya si anak setan ini” suara yang begitu familiar berdengung di telinga Sky. mata sembab nan berarir, terangkat dan menatap lega ke arah sosok tinggi kurus dihadapannya.
“Agnes..” terdengar lirih bercampur senang. Gadis yang dipanggil namanya nampak menyorot tajam ke arah gadis kecil yang tengah berusaha berdiri.
Agnes Geraldine, si mulut pedas. Begitulah mereka menyebut gadis dengan wajah datar serta tatapan sinis itu. Galak, jutek, serta kerap kali berbicara dengan nada sarkas kepada mereka yang suka mencari masalah dengannya.
Oh bukan hanya bisa berteriak marah, seorang Agnes tidak pernah takut untuk menghadapi siapapun orang yang berani mencari masalah dengannya. Berkelahi sudah menjadi hobinya sejak di bangku sekolah, mengingat dulunya ia seorang Atlet bela diri.
“HEH!! Lepasin gak!” Kalimat dengan nada kesal lolos, namun tak lantas membuat gadis kecil itu bergeming.
“Darimana aja Hah?! Kita berdua hubungin berkali-kali, tapi tidak bisa?!” Imbuhnya saat pelukan Sky tak kunjung terlepas.
Agnes memutar bola matanya malas, jika saja orang ini bukan Sky. Sudah ia tarik telinganya dan hempaskan ke bawah, begitulah isi kepala Agnes sekarang.
Tangan dengan jari panjang itu, menarik pelan tubuh Sky yang masih menempel padanya. Senyum manis seperti biasanya, Sky perlihatkan pada sahabatnya satu ini. Namun nyatanya tak mampu membuat mata jeli Agnes berpaling dari ruam merah serta darah yang sudah mengering sempurna.
“Aakhhh!!” Pekik Sky kesakitan, kala jari serta tangan Agnes menyentuh pipi serta bibirnya secara bersamaan.
“Siapa lagi sekarang?! Biar aku rontokin giginya!” Agnes terdengar tidak main-main dengan kalimatnya saat ini. Sorot mata tajam dengan api amarah yang berkobar terlihat jelas disana.
Sky menggeleng ribut, dilebarkan lagi senyum itu, meskipun jelas terasa sakit “Aku terjatuh tadi”
Kalimat itu lagi, gadis kecil ini memang sangat tidak pandai berbohong. Hembusan nafas kasar terdengar, menandakan jika emosi Agnes tak berkurang sedikit pun.
“Ayo masuk Sky, aku beli ramen enak lo!!” Suara lembut, sangat berbanding dengan nada bicara Agnes, mengalihkan atensi keduanya.
Tangan kurus yang sama persis dengan Agnes, menarik pelan tubuh mungil Sky. Menggandeng lengan itu untuk mengajaknya masuk ke dalam kamar miliknya.
“Jes, aku belum selesai dengan Sky” cegah Agnes yang masih kesal.
Gadis itu tersenyum teduh, menoleh ke arah Agnes lalu beralih ke arah Sky.
“Udah Nes, dilanjut nanti aja pas selesai makan. Laper nih” tidak ada nada tinggi disana, halus dan lembut seperti biasanya.
Jesslyn Parker , gadis lemah lembut keibuan. Dia amat sangat berbanding terbalik dengan Agnes. Jika Agnes selalu terbakar dengan api kemarahannya, maka Jesslyn akan senantiasa menjadi air untuk memadamkannya. Peran lainnya, ia akan menjadi ibu sekaligus kakak terbaik untuk si kecil Sky.
Jesslyn membawa Sky masuk, dengan paper bag berwarna coklat berisikan 3 mangkuk ramen di dalamnya. Diluar sana Agnes mendengus kesal namun tetap mengikuti langkah keduanya untuk ikut masuk ke dalam.
“Sky! Kalau di sakitin itu teriak, maki atau sakitin balik! Jangan cuma diem kayak patung, terus ujung-ujungnya di jadiin samsak! Coba deh, belajar buat bilang..”
“F*ck! Anjing! B*tch! Setan! Bajingan! Atau apapun itu! Intinya ngelawan lah” Agnes mengatakan itu dengan penuh emosi dan ekspresi natural.
“Agnes, boleh gak jangan bahas itu dulu” cicit Sky yang kini sudah duduk di sofa ruang tamu mini.
“Masalahnya…”
“Ramen sudah siap!!” Teriak Jesslyn memotong kalimat Agnes, melangkah menuju ruang tamu dengan nampan berisikan 3 mangkuk ramen.
“Udah, udah.. kita makan dulu, abis itu baru boleh marah-marah.” Mie dengan kuah merah sudah tersaji didepan masing-masing dari mereka.
Agnes melahap makanannya lebih dulu, diikuti oleh Jesslyn lalu Sky. Hening, untuk beberapa saat tidak ada obrolan uang tercipta antara mereka, larut dalam pikiran masing-masing serta makanan yang disuguhkan.
“Apakah bajingan itu memukulmu lagi Sky?” Pertanyaan singkat itu, berhasil menarik perhatian dua orang yang tengah asik menyantap makanannya.
Sky terdiam, kepalanya tak berani terangkat, seolah pertanyaan itu sangat ingin ia hindari sekarang.
“Kau bisa tinggal bersamaku atau Agnes. Kami akan jauh merasa lebih baik dengan itu. Jika kau tidak berani melawan, setidaknya menghindar adalah solusi yang bagus untukmu” Jesslyn berucap tanpa menghentikan aktifitas mengunyahnya. Matanya mengunci wajah Sky yang menyimpan kesedihan disana.
Senyum manis seperti bisanya, Sky tampilkan kala manik mereka berdua bertemu. “Tidak Jes, aku punya rumah..”
“Rumah?! Neraka itu kau sebut rumah?!” Agnes menyambar dengan api amarah yang kembali berkobar.
“Sky! Mereka hanya menganggapmu sebagai mesin pencetak uang! Mereka tidak pernah memperlakukanmu dengan baik! Untuk apa kau masih disana, berdiam diri dan rela menjadi samsak bajingan tua itu” rasanya Agnes ingin melesat pergi ke tempat, yang disebut rumah oleh sahabatnya itu. Ia akan kerahkan seluruh tenaganya untuk membunuh ayah tiri Sky.
“Agnes..” Jesslyn memanggil namanya, membuat empunya terdiam dengan dada naik turun.
“Aarrgghh terserah kalian!” Gadis galak ini akhirnya mengalah dan memilih untuk pergi ke dalam kamarnya guna menenangkan diri. Ia tidak bermaksud marah kepada Sky, Agnes marah dengan keluarga Sky yang selama ini tidak pernah menerima keberadaan sahabatnya dengan baik.
“Sky, tidak apa jika kau memang tak mau tinggal dengan kami. Tapi jika kau merasa sedih atau tengah menghadapi kesulitan, datang dan berceritalah pada kami. Kita bertiga sudah bersama sejak lama, seharusnya kau tidak merasa sungkan lagi. Terlebih kami berdua tidak pernah menyembunyikan apapun darimu” tangan Jesslyn bergerak, menyentuh pelan pundak Sky sembari mengelusnya sayang.
Mata Sky terasa panas lagi, bendungan air mata didalam sana rasanya ingin amblas sekali lagi.
“Terima kasih Jes..” dan benar, tanpa bisa ia bendung lagi, buliran cairan bening kembali mengalir deras di atas pipinya.
Jesslyn tersenyum, lalu menarik kursinya lebih dekat dengan Sky. Memberikan sebuah pelukan hangat untuk gadis yang memiliki tubuh lebih kecil darinya. Ia membiarkan Sky menangis di dalam pelukannya, tangan itu juga tak tinggal diam, bergerak di atas pucuk kepala Sky dengan perlahan.
“Kalian tidak mengajakku?!” Seru Agnes yang sudah kembali dengan hati tenang, melangkah pelan ke arah meja makan dan ikut bergabung dengan keduanya. Agnes memberi pelukan yang tak kalah erat, sesekali ia menepuk pundak Sky untuk menyalurkan ketenangan.
“Bolehkah aku tidur disini malam ini? Besok aku harus bangun lebih awal untuk bekerja di tempat yang baru” Sky bergumam di dalam pelukan mereka, membuat kedua secara spontan melepas pelukannya.
“Tempat kerja yang baru? Apa Jonathan memecatmu?! Jika ia, maka aku akan mematahkan lehernya..” Agnes bertanya dengan nada emosi lagi.
“Tidak, tidak Nes! Kak Jo tidak memecatku. Aku hanya ditugaskan di tempat baru olehnya. Dia bilang pekerjaan ini sangatlah penting dan hanya aku yang bisa dipercaya olehnya” sebisa mungkin Sky menjelaskan semuanya secara detail, agar tidak muncul kesalahpahaman, terlebih pada wanita galak ini.
“Oh ku kira Jonathan memecatmu!” Agnes menggidikkan bahunya.
“Jika begitu, sekarang kau habiskan makananmu dan pergilah beristirahat” layaknya seorang ibu, Jesslyn mengusap kepala Sky dengan lembut, lalu melenggang pergi ke dalam dapur dengan 3 mangkuk yang sudah kosong.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments