Akhirnya, Sutikno menganggukkan kepalanya, tanda dirinya telah menyetujui permintaan Subhan untuk membantunya membuat sebuah perahu kecil
Tentunya, Subhan dan Sutikno terlebih dahulu mencari kayu di sekitar ladang itu. Anak usia 10 tahun itu dengan cekatan mengumpulkan beberapa kayu yang akan dirangkainya menjadi sebuah perahu rakit kecil.
"Nah, Subhan"
"Lihatlah, aku sudah mengumpulkan kayu-kayu ini"
"Besok, kita lanjutkan saja deh"
"Sekarang, aku lagi capek"
"Mau mandi dulu"
"Lihatlah tubuhku masih penuh dengan lumpur" ucap Sutikno pada Subhan
"Ya, baiklah Sutikno"
"Kau sahabatku yang paling baik deh" ucap Subhan pada Sutikno.
Akhirnya Subhan dan Sutikno pulang ke rumah masing-masing. Mereka berdua menyimpan bahan kayu di sekitar ladang dan rencananya, mereka akan melanjutkannya lagi besok pagi.
Sesampai di persimpangan jalan, seperti biasa mereka berpisah dan Sutikno selalu saja melambaikan tangannya tak kala akan berpisah dengan Subhan.
Semua kegiatan Sutikno selalu dilakukan berulang-ulang hingga membuat Subhan gerah.
"Sutikno, sebelum kita berpisah di persimpangan jalan ini, kau selalu saja melambaikan tangan mu"
"Dan asal kau tahu, kau melambaikan tangan sebanyak 3 kali saja dan tak lebih"
"Apa emang kau suka begitu?" tanya Subhan penasaran
"Ha ha ha?"
"Subhan"
"Kau sungguh aneh"
"Setiap apa yang aku lakukan kau perhatikan secara detail"
"Dan kau baru berkomentar setelah 5 tahun kita bersama" ucap Sutikno dengan santainya.
"Sudahlah"
"Sebaiknya, kita segera pulang"
"Ayah dan ibuku pastinya sudah menungguku sejak tadi" ujar Sutikno pelan
"Yah, baiklah kalau begitu"
"Jangan lupa, besok temani aku membuat rakit ya?" pinta Subhan pada Sutikno
"Yah, jangan cerewet"
"Aku pasti akan membantumu" jawab Sutikno sambil pergi meninggalkan subhan di persimpangan jalan itu.
Akhirnya, mereka berdua pun berpisah ditempat itu dan pergi ke rumah masing-masing.
Seiring usia Subhan yang makin bertambah, Subhan mulai memahami beberapa kejanggalan yang ada di desa itu. Mulai dari sikap pak kepala desa maupun para tetangganya yang seakan acuh tak acuh.
Walau di desa itu banyak anak muda seusianya, namun Subhan hanya bisa berteman dengan Sutikno.
Teman lain seakan sibuk dengan aktivitas nya masing-masing.
Saat Subhan mencoba menanyakan hal ini pada Sutikno, dirinya tak mendapatkan titik temu dari hal misteri ini.
Sutikno hanya menjawab, penduduk desa masih trauma akan kejadian 10 tahun yang lalu, dimana kata Sutikno, penduduk desa itu terpisah dari sanak saudara mereka yang melarikan diri ke luar desa akibat gunung meletus dan mereka yang telah lari tak pernah pulang ke desa mereka.
Sutikno pun mengatakan dia mengetahui segala hal dari kedua orang tuanya yang menceritakan kejadian di masa lalu kepadanya.
"Aku jadi penasaran dengan sungai itu" gumam Subhan dalam hati.
Sambil memikirkan hal aneh, Subhan mulai menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi di desa nya 10 tahun yang lalu.
"Hem, aku rasa, hal yang sangat membuatku bingung adalah peran sungai itu di desa ini" gumam Subhan dalam hati.
"Sungai itu adalah sungai dimana kedua orang tuaku menyeberang ke desa sebelah"
"Apa di sungai itu ada lelembut atau setan?"
"Sehingga saat orang tuaku menyeberang ke sana, mereka tersesat di sana?" gumam Subhan dalam hati.
Subhan pun berjalan gontai karena teka-teki itu belum terjawab di dalam pikirannya.
Yang Suban inginkan adalah pembuatan rakitnya cepat selesai, agar Subhan pisa menyeberangi sungai itu.
Kali ini tekadnya sudah bulat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Nartye Sikki Siradjang
lanjuuuut....😁
2023-03-15
3