Melihat Subhan penasaran dengan sikap dan tutur katanya, Sutikno sedikit merubah arah pembicaraannya
"Wah, Subhan"
"Kau ini selalu curiga dengan ku"
"Emang benar kita seumuran"
"Tapi, ayah ibuku sudah banyak bercerita mengenai sungai ini"
"Sedangkan kau?"
"Kau hanya tinggal bersama kakek dan nenek mu"
"Tampaknya, mereka tak banyak bercerita kepadamu dibandingkan ayah ibuku" ujar Sutikno berkilah.
Mendengar ucapan Sutikno yang ada benarnya, Subhan manggut-manggut dan percaya.
"Yaudah, ayo kita ke ladang"
"Kita cari ubi untuk di bakar"
"Kau pastinya sudah lapar subhan" ucap Sutikno mengajak sahabatnya itu
"Yah, ayo" jawab Subhan sambil beranjak pergi dari tepi sungai itu.
Sejenak, Subhan melupakan keinginan nya untuk pergi ke seberang sungai melihat desa sebelah.
Dia akhirnya ikut bersama Sutikno mencari ubi dan rencana mereka berdua akan membakar ubi itu dan menikmatinya untuk makan siang.
Begitulah sehari-hari yang dilakukan Subhan bersama Sutikno.
Suasana di Desa Teluk meriang terlihat mendung. Tak biasanya suasana nya sedikit gelap. Biasanya, desa Subhan selalu terang benderang.
"Sutikno, gak ada cahaya matahari sama sekali"
"Kayaknya, awan tebal menyelimuti desa kita" ujar Subhan sambil menatap langit yang mulai gelap.
Sutikno terlihat ketakutan melihat suasana yang terjadi.
"Wah, selesai makan ubi bakar, sebaiknya kita pulang dan sembunyi di rumah masing-masing" ujar Sutikno memperingatkan Subhan
"Loh, emang ada apa?"
"Walau mendung, tampak nya masih aman aman saja dan tidak ada hal yang perlu ditakutkan"
"Paling hanya hujan saja" ucap Suban dengan santainya
Sutikno menatap Subhan dengan tatapan sayu
Subhan yang melihat wajah sahabatnya itu mulai sedikit cemas.
"Sutikno, apakah aku salah bicara kepadamu?" tanya Subhan penasaran.
Selama berteman dengan Sutikno, Subhan tak pernah melihat wajah sahabatnya setakut itu.
"Ehm, enggak Subhan"
"Jangan berpikir begitu"
"Sudahlah"
"Kau turuti nasehatku"
"Ayo secepatnya kita pulang"
"Jangan lupa, ketika kau masuk ke dalam rumah, tutup pintu rumah rapat-rapat"
"Sepertinya wedus gembel marah karena penduduk desa tak menyetor hasil panen" ujar Sutikno pada Subhan.
Mendengar ucapan Sutikno yang sangat aneh, Subhan semakin tak mengerti saja. Dirinya tetap bingung dengan istilah baru yang diucapkan Sutikno kepadanya.
"Apa itu wedus gembel?"
"Seingatku, nenek ku tak pernah menceritakan hal ini" gumam Subhan dalam hati
Tak ingin berlama-lama memikirkan ucapan Sutikno, Subhan segera mempercepat makannya dan setelah ubi bakarnya habis, Subhan segera pulang ke rumahnya.
"Sutikno, apakah kau tak pulang bersamaku?" tanya Subhan pada Sutikno
"Kamu pulanglah duluan Subhan"
"Aku disini saja" ucap Sutikno pada Subhan
"Loh, bukannya kau yang menyarankan ku untuk pergi?" tanya Subhan penasaran
"Sudahlah Subhan"
"Nanti aku akan menyusul mu"
"Aku masih harus menyiapkan ubi untuk ayah dan ibuku" ucap Sutikno pada Subhan
"Ya, baiklah kalau begitu"
"Aku pulang dulu ya?" ucap Subhan sambil membawa beberapa ubi yang belum sempat dia makan.
Subhan pun berlari sesuai dengan amanah dari Sutikno. Dia pergi pulang ke rumah menemui kakek dan neneknya.
Di Rumah itu, tampak kakek dan nenek nya sedang menunggu nya di rumah.
"Subhan, darimana saja kau nak?"
"Lihatlah, wedus gembel.sudah hampir mendekati rumah kita"
"Sebaiknya, kau sembunyi di dalam rumah"
"Jangan lupa tutup pintu kamarmu" ucap nenek subhan sambil memasukkan peralatan ke dalam rumah
"Baik nek" ucap Subhan
Subhan pun pergi ke dalam kamar nya dan menutup semua pintu kamarnya, disusul oleh kakek dan nenek nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Ci_Geungie🌷✨
ngetes aja kok
2023-06-29
2