Maaf Atas Dustaku
Seorang gadis berdiri mematung. Para pelayat satu persatu mulai pergi meninggalkan area pemakaman yang mulai sepi. Di saat itulah gadis manis berkerudung hitam itu mendekati dua pusara yang tanahnya masih basah dan penuh taburan bunga.
"Akhirnya kalian mati...mati...hahaha!!"
Hik...hik...hik
Setelah puas memaki akhirnya tubuh mungil itu jatuh merosot ketanah bersimpuh di depan dua pusara itu.
"Mengapa??"
"Aku selama ini salah apa dengan kalian, sehingga kalian berdua tega berselingkuh di belakangku?"
"Kamu....!!" tunjuknya pada sebuah kayu nisan bertuliskan ALI WARDHANA.
"Kamu pacarku, selepas sekolah menengah atas ini kita akan bertunangan sebelum kita melanjutkan kuliah...tetapi mana janji manismu?? untuk selalu mencintaiku?? kamu terlalu mudah berpaling!!"
"Dan kamu??? tunjuknya lagi pada sebuah kayu nisan di sebelahnya yang bertuliskan RINA AMALIA.
"Kamu sahabatku, aku percayakan semua kisah cintaku padamu, kamu tau aku mencintai Ali tetapi mengapa kamu mengambilnya dariku??"
"Memang pasangan mesum, bejat maksiat seperti kalian berdua ini memang pantas mati...mati!!" teriak gadis bertubuh mungil yang bernama Sasha Hafiza itu.
"Ingatlah kamu Ali Wardhana....Rina Amalia....aku bersumpah tak akan pernah membuka pintu maafku untuk kalian berdua...aku tidak peduli sekalipun roh kalian harus bergantung di antara langit dan bumi...aku membenci kalian dengan segenap jiwa ragaku bahkan sampai aku mati sekalipun aku tak akan pernah membuka pintu maafku!!!"
JEDARRRR...
Suara halilintar sambar menyambar di angkasa seolah mengiringi sumpah gadis yang bersimpuh di tanah dalam keadaan hati yang sangat terluka.
Hujan deras mengguyur tubuh ringkihnya bercampur dengan air mata yang tak berhenti sejak tadi mengalir dari dua kelopak matanya.
Dua sosok tubuh gadis berseragam putih abu-abu berjalan di area pemakaman yang mulai tampak samar-samar karena tertutup hujan yang turun dengan derasnya.
"Sasha...Sasha...kamu di mana??" teriak gadis berhijab putih yang bernama Ramlah itu.
"Ramlah...percuma kamu berteriak...walaupun sampai putus urat nadi di lehermu, Sasha tak akan mendengarnya di bawah guyuran hujan deras seperti sekarang ini!!" kata gadis berambut ikal berkaca mata yang bernama Fauziah itu.
Keduanya memakai payung berjalan terus menyusuri area pemakaman.
"Ramlah, lihatlah!!" tunjuk Fauziah mengarahkan telunjuknya kearah sosok tubuh yang berjongkok di antara dua batu nisan.
"Itu Sasha..." teriak Ramlah lalu setengah berlari mendatangi sosok yang berjongkok membelakangi itu.
Sasha yang sudah merasakan sekujur tubuhnya laksana membeku tiba-tiba dia tak lagi merasakan guyuran hujan di tubuhnya menengadahkan kepalanya ke atas.
Dia melihat dua payung memayungi dia dari guyuran air hujan.
"Ramlah...Fauziah..." suaranya serak menyebut dua sahabatnya itu.
Blukkk...
Dalam keadaan tubuh masih berjongkok tiba-tiba Sasha roboh ketanah becek dan tak sadarkan diri.
"Waduh....gimana ini Ziah..." kata Ramlah bingung sambil meminta pendapat Fauziah.
Untungnya saat itu penjaga makam sedang berkeliling mengecek takut ada makam yang longsor terutama makam yang baru seperti makam dua orang yang ada di hadapan mereka.
"Ada apa dengan teman kalian?" tanya bapak setengah tua itu.
"Tolong teman kami pak...dia pingsan dan kami tak kuat mengangkatnya..." kata Fauziah sementara rok Ramlah gadis berkerudung itu telah basah terkena hujan dan juga masih menopang tubuh Sasha yang juga basah kuyup.
Pak Wiryo atau orang memanggilnya pak Wir mengangakat tubuh Sasha yang begitu dingin karena sangat kedinginan.
Fauziah membantu untuk memayungi tubuh keduanya menuju ke sebuah rumah kecil yang tak jauh letaknya dari kompleks pemakaman.
Seorang pemuda seusia mereka keluar dari dalam rumah menyongsong keempat orang itu.
Fauziah dan Ramlah tampak mengerutkan kening mereka.
"Kamu Yusuf Darmawan kan?? kamu anak kelas XII Ipa 1 kamu sekelas dengan Rina dan Ali yang baru saja meninggal itu kan??" tanya Ramlah.
Semula Yusuf Darmawan tidak mengenali ketiganya karena mereka bertiga basah kuyup tetapi setelah dekat barulah Yusuf Darmawan jelas melihatnya.
"Lho kalian anak XII Ips 2 kan? tanya Yusuf Darmawan.
"Lagi apa kalian di area pemakaman sudah hampir maghrib begini??" tanyanya.
"Kami berdua mencari teman kami Sasha yang sedang mencari makam pacarnya!!" kata Ramlah.
"Sudah...sudah...Yusuf, gelar tikar di ruang tamu dan cepat siapkan teh hangat untuk mereka bertiga nanti saja sesi tanya jawabnya!!" kata pak Wiryo ayah Yusuf Darmawan.
Dengan cekatan pemuda tampan itu menggelar tikar mengambil bantal dan menyiapkan teh panas dengan air dari dispenser.
"Waduh...kalian bertiga akan masuk angin jika masih memakai pakaian basah begini."
Lalu pak Wir masuk ke kamar mengambil tiga buah daster lalu keluar kembali dan memberikan pada mereka.
"Ini baju istri saya, kalian pakailah dulu agar tidak kedinginan."
Satu persatu mereka berganti baju setidaknya mereka tidak terlalu kedinginan.
"Istrinya pak Wir kemana??" tanya Ramlah.
"Istri saya sudah meninggal 10 tahun lalu saat Yusuf masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar..." kata pak Wir.
"Maafkan saya pak!!" kata Ramlah.
"Tidak apa-apa nak!!" kata pak Wir.
Tak lama Yusuf keluar dengan membawa teko berisi teh panas dan 4 gelas kosong lalu dia bawakan juga pisang yang baru dia rebus tadi sore.
Pak Wir adalah pensiunan guru. Lalu dia mengabdikan hidupnya sebagai penjaga makam yang letaknya memang dekat dengan rumahnya.
Tak lama Sasha sadar dari pingsannya. Dia bangun dan duduk. Ingatannya belum terkumpul sepenuhnya.
Setelah ingatannya mulai pulih dia terisak pelan. Makin lama isakannya makin keras dan terdengar memilukan.
"Minumlah..." kata pak Wir menyodorkan segelas teh hangat pada Sasha. Sementara Yusuf hanya memandang bingung pada gadis yang menangis itu.
"Suf, nanti tolong antarkan mereka bertiga ya...kasihan perempuan jalan kaki bertigaan!!" kata pak Wir.
"Antarkan Sasha aja, Suf...aku dan Ramlah tadi naik motor kemari, kami menitipkan motor di rumah warga!!" kata Fauziah.
"mereka lalu sholat maghrib berjamaah setelah itu mereka pulang dan Shasa diantar oleh Yusuf dengan motor maticnya.
Sepanjang perjalanan Yusuf dan Sasha yang memang tidak saling mengenal hanya berdiam diri. Yusuf hanya bertanya di mana Sasha tinggal selebihnya dia pun diam karena dia tau gadis yang duduk di belakangnya itu memang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Masih terasa sesunggukannya lewat bahunya yang bertempelan di belakang Yusuf karena Sasha duduk perempuan saat digonceng oleh Yusuf.
Sebenarnya Yusuf penasaran karena jujur sebagai anak penjaga makam, Yusuf termasuk pemuda yang mampu melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat orang biasa.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Sasha dia merasa seperti diikuti oleh sesuatu dari balik semak belukar dan pepohonan yang mereka lewati di jalan...sosok yang dia tau adalah sosok teman sekelasnya.
*
*
***Bersambung....
Karya baru ya reader mohon dukungannya selalu untuk karyaku yang terbaru ini🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
bung@ter@t@i
aku mampir kak Sena... cerita ny bagus ad horor ny pula 🤭 kayaknya klo malem gak berani baca nih wkwkwkwk 😁🤭
2023-11-07
1
Zenun
masih nyimak
2023-04-26
1
Mommy QieS
aku like n subscribe ya, Kak!
2023-03-09
1