Ada dua versi yang memberi jawabannya pada Yusuf.
Dari versi dokter Tika mengatakan boleh, tetapi dari versi Ali mengatakan dengan tegas, "TIDAK BOLEH!!"
"Dasar bodoh...jika aku tidak menjaganya terus kalau ada apa-apa yang terjadi dengan Sasha setelah bangun nanti, apa kamu bisa membantunya dengan tubuh tranparanmu itu?? " bisik Yusuf pada Ali.
Ali Wardhana tampak termenung mendengarkan perkataan Yusuf dan dia membenarkannya.
Jika Sasha sadar dan butuh bantuan, apakah dia bisa menolongnya?? selain hanya bisa berteriak-teriak minta tolong ngga jelas.
Tak terasa arwah Ali menangis. Rasa penyesalan begitu menderanya, di saat orang yang dia cintai sedang sakit, dia sama sekali tak punya daya untuk membantunya.
Dia sadar sudah membuang separuh hidupnya dengan sia-sia bersama gadis lain tanpa sempat lagi memperhatikan gadisnya sendiri.
Dia selalu memperhatikan Rina dan mengabaikan Sasha karena berpikir gadis itu terlalu mandiri dan mampu mengurus dirinya sendiri.
"Air mata penyesalan ngga akan bisa membuatmu hidup kembali!!" kata Yusuf Darmawan menegurnya perlahan seolah takut terdengar oleh dokter Tika yang ada di ruangan kerjanya.
Akhirnya Ali mengalah dan duduk diam dan manis di pojok ruangan sampai kemudian Yusuf bertanya padanya.
"Kamu tidak menjenguk keadaan mamamu sendiri?? kudengar dari Tyas mamamu sedang sakit karena sedih memikirkanmu!!" kata Yusuf.
"Aku akan pergi sebentar menjenguk mamaku, kamu jangan bersikap yang aneh-aneh dengan pacarku ya??" kata Ali memberi peringatan pada Yusuf membuat pemuda itu hanya tertawa.
"Sudah jadi arwah aja kerjanya masih ngancam melulu!!" kata Yusuf tertawa mengekeh.
Tak lama sehabis kepergian Ali, Tyas datang ke uks dengan wajah paniknya.
"Apa yang terjadi dengan sepupu gue, Suf...gue denger dia jatuh pingsan di perpustakaan dan ditolong oleh eloe dibawa kemari, gimana ceritanya Sasha bisa pingsan sih?? jangan-jangan diganggu arwahnya Ali sama Rina lagi!!" cerocos Tyas tak berhenti.
"Sudah...ngocehnya??" tanya Yusuf Darmawan pada Tyas.
"Aku jelaskan sama kamu ya!!" kata Yusuf.
"Aku tadi tidak sengaja pergi ke perpustakaan dan di pojok ruangan aku sudah melihat Sasha pingsan di pojok dengan dahi berlumuran darah, mungkin terantuk rak besi di depannya."
"Lalu aku bawa dia ke sini untuk diobati oleh dokter."
"Kata dokter sepupu kamu ini terlalu lelah dan badannya juga demam tinggi tadi, ini sudah agak mendingan."
"Tak mungkin juga aku mengatakan pada Tyas bahwa Ali yang telah mengatakan padaku jika Sasha pingsan di perpustakaan...bisa-bisa aku dianggap gila oleh Tyas!!" Yusuf membatin.
"Kasihan Sashaku ini, hidupnya menderita gara-gara si Ali sama si Rina sialan itu!!" gerutu Tyas.
"Tyas...ngga boleh berbicara begitu...terlebih Ali dan Rina sekarang sudah meninggal, tidak baik membicarakan orang yang sudah tiada." Kata Yusuf Darmawan mengingatkan Tyas.
Tyas hanya cemberut mendengar nasehat Yusuf, gadis tomboi yang keras kepala itu benar-benar menaruh kebencian yang dalam pada Ali dan Rina.
AARRGGHHH...
Terdengar erangan perlahan dari bibir mungil Sasha, dia ingin bergerak bangun tetapi sakit di dahi nya membuatnya jatuh kembali.
Yusuf cepat menahan tubuh mungil Sasha agar tidak terjengkang kebelakang.
"Jangan langsung bangun dulu, kepalamu masih sakit dan badanmu masih lemas!!" kata Yusuf pada Sasha.
Perhatian kecil Yusuf ke Sasha membuat sesosok tak kasat mata yang baru saja datang dan berdiri di depan pintu itu jadi termangu.
"Sesakit inikah??" dia bergumam sendiri.
Dulu semasa masih bersama, tak ada rasa cemburu seperti ini, tetapi sekarang?? setelah semuanya terlambat baru rasa cemburu itu datang di saat dunia mereka sudah berbeda.
Tyas membantu mengambilkan minum untuk Sasha.
"Kenapa mba Sasha bisa sampai pingsan di perpustakaan??" tanya Tyas.
"Kepalaku pusing Yas...tiba-tiba pandangan mataku langsung berkunang-kunang dan gelap!!" jawab Sasha.
Tyas masih menunggu Sasha sampai jam pulang tiba dan Yusuf Darmawan pamit masuk kelas duluan.
"Suf..." panggil Sasha pelan.
"Iya???" kata Yusuf berbalik menghadap Sasha.
"Terima kasih atas bantuanmu, ya!! sudah dua kali kamu menolongku!!" kata Sasha.
"Sama-sama Sha, sudah kewajiban kita sebagai manusia untuk saling tolong menolong!!" kata Yusuf.
Sasha tersenyum. Yusuf tertegun melihat senyum yang begitu manis dan tulus itu sampai sebuah teriakan memekik di samping telinga kanannya.
"Woiiii....ngapain loe mandangin pacar gue lama-lama begitu!! awas aja jika kamu naksir dia, ya!!" teriak roh Ali kesal.
Yusuf Darmawan tergagap mendengar teriakan Ali yang memekakan telinganya, lalu dia cepat berbalik dan pergi sebelum telinga kirinya pun jadi sasaran teriakan Ali.
"Mba Sasha!!" kata Tyas.
"Apa Yas??" jawab Sasha.
"Sepertinya Yusuf itu suka sama mba Sasha!!" jawab Tyas sambil tersenyum penuh misteri.
"Ngga usah bicara yang aneh-aneh deh, Yas!!" kata Sasha sambil turun perlahan dari bed nya.
"Tapi kalau aku jadi mba Sasha mending aku sama Yusuf yang soleh, ganteng, pintar, meskipun dari keluarga yang sederhana dari pada dari keluarga kaya tapi tak bermoral dan bejat seperti dua manusia yang telah mati itu!!" ketus Tyas tanpa dia tau sosok yang mereka bicarakan itu berada tak jauh dari samping Sasha.
Sosok itu meneteskan air mata mendengar cacian Tyas.
"Aku memang laki-laki bejat dan tak bermoral, Yas...seandainya aku tau jadinya akan begini, mendingan rasa cintaku untuk Sasha kusimpan saja rapat-rapat di dalam hatiku." gumam Ali lalu pergi melayang menjauh dari keduanya.
********
Yusuf baru saja menyelesaikan ibadah sholat asharnya. Dia bermaksud membantu ayahnya untuk membersihkan makam-makam di sekitar tempat tinggal mereka dan mengecek makam yang baru takut ada makam yang amblas atau tertimbun tanah karena bulan-bulan ini adalah bulan musim penghujan.
"Siapa wanita berbaju putih berambut ombak yang menangis menghadap di depan sebuah makam sudah sore-sore begini?? mana angin sore ini bertiup cukup kencang dan dingin lagi!!" gumam Yusuf Darmawan.
Dia melihat ayahnya ada di dua blok dari tempat dia sekarang berada sedang sibuk membersihkan sebuah makam tua yang tak lagi dikunjungi oleh keluarganya.
Pandangan Yusuf kembali pada sosok yang berjongkong membelakanginya masih terisak pelan.
Dia mendekat kearah wanita itu sekedar untuk mengingatkan bahwa sekarang sudah sore dan cuaca sering tidak bersahabat.
"Assalamualaikum...maaf, hari telah sore, dan cuaca mendung sepertinya sebentar lagi akan turun hujan, apakah tidak sebaiknya mbaknya pulang aja, takut kehujanan di sini, di sini tidak ada tempat untuk berteduh."
Sepi...suara isakan itu terhenti...wanita itu berhenti menangis.
Yusuf Darmawan sedikit maju mendekat untuk melihat makam siapa yang sedang ditangisi oleh wanita yang berjongkok di depannya.
Karena tampaknya makam itu masih baru, tanah kuburannya saja masih merah dan basah.
*
*
****Bersambung....
Makam siapa yang dilihat oleh Yusuf Darmawan dan siapa wanita berbaju putih berambut ombak yang menangis membelakanginya tersebut??
Halo all reader...terima kasih sudah mau mampir ke novel ketigaku yang bergenre horor ini...mudahan kalian suka membacanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Lee
Udah mati , trus gentayangan di caci maki pula..kasihan kau Ali...
2023-02-19
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Perjuangan Ucup Mampir
2023-02-05
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Kuntilanak Rina lah
2023-02-05
0