NovelToon NovelToon

Maaf Atas Dustaku

Bab 1 Pemakaman

Seorang gadis berdiri mematung. Para pelayat satu persatu mulai pergi meninggalkan area pemakaman yang mulai sepi. Di saat itulah gadis manis berkerudung hitam itu mendekati dua pusara yang tanahnya masih basah dan penuh taburan bunga.

"Akhirnya kalian mati...mati...hahaha!!"

Hik...hik...hik

Setelah puas memaki akhirnya tubuh mungil itu jatuh merosot ketanah bersimpuh di depan dua pusara itu.

"Mengapa??"

"Aku selama ini salah apa dengan kalian, sehingga kalian berdua tega berselingkuh di belakangku?"

"Kamu....!!" tunjuknya pada sebuah kayu nisan bertuliskan ALI WARDHANA.

"Kamu pacarku, selepas sekolah menengah atas ini kita akan bertunangan sebelum kita melanjutkan kuliah...tetapi mana janji manismu?? untuk selalu mencintaiku?? kamu terlalu mudah berpaling!!"

"Dan kamu??? tunjuknya lagi pada sebuah kayu nisan di sebelahnya yang bertuliskan RINA AMALIA.

"Kamu sahabatku, aku percayakan semua kisah cintaku padamu, kamu tau aku mencintai Ali tetapi mengapa kamu mengambilnya dariku??"

"Memang pasangan mesum, bejat maksiat seperti kalian berdua ini memang pantas mati...mati!!" teriak gadis bertubuh mungil yang bernama Sasha Hafiza itu.

"Ingatlah kamu Ali Wardhana....Rina Amalia....aku bersumpah tak akan pernah membuka pintu maafku untuk kalian berdua...aku tidak peduli sekalipun roh kalian harus bergantung di antara langit dan bumi...aku membenci kalian dengan segenap jiwa ragaku bahkan sampai aku mati sekalipun aku tak akan pernah membuka pintu maafku!!!"

JEDARRRR...

Suara halilintar sambar menyambar di angkasa seolah mengiringi sumpah gadis yang bersimpuh di tanah dalam keadaan hati yang sangat terluka.

Hujan deras mengguyur tubuh ringkihnya bercampur dengan air mata yang tak berhenti sejak tadi mengalir dari dua kelopak matanya.

Dua sosok tubuh gadis berseragam putih abu-abu berjalan di area pemakaman yang mulai tampak samar-samar karena tertutup hujan yang turun dengan derasnya.

"Sasha...Sasha...kamu di mana??" teriak gadis berhijab putih yang bernama Ramlah itu.

"Ramlah...percuma kamu berteriak...walaupun sampai putus urat nadi di lehermu, Sasha tak akan mendengarnya di bawah guyuran hujan deras seperti sekarang ini!!" kata gadis berambut ikal berkaca mata yang bernama Fauziah itu.

Keduanya memakai payung berjalan terus menyusuri area pemakaman.

"Ramlah, lihatlah!!" tunjuk Fauziah mengarahkan telunjuknya kearah sosok tubuh yang berjongkok di antara dua batu nisan.

"Itu Sasha..." teriak Ramlah lalu setengah berlari mendatangi sosok yang berjongkok membelakangi itu.

Sasha yang sudah merasakan sekujur tubuhnya laksana membeku tiba-tiba dia tak lagi merasakan guyuran hujan di tubuhnya menengadahkan kepalanya ke atas.

Dia melihat dua payung memayungi dia dari guyuran air hujan.

"Ramlah...Fauziah..." suaranya serak menyebut dua sahabatnya itu.

Blukkk...

Dalam keadaan tubuh masih berjongkok tiba-tiba Sasha roboh ketanah becek dan tak sadarkan diri.

"Waduh....gimana ini Ziah..." kata Ramlah bingung sambil meminta pendapat Fauziah.

Untungnya saat itu penjaga makam sedang berkeliling mengecek takut ada makam yang longsor terutama makam yang baru seperti makam dua orang yang ada di hadapan mereka.

"Ada apa dengan teman kalian?" tanya bapak setengah tua itu.

"Tolong teman kami pak...dia pingsan dan kami tak kuat mengangkatnya..." kata Fauziah sementara rok Ramlah gadis berkerudung itu telah basah terkena hujan dan juga masih menopang tubuh Sasha yang juga basah kuyup.

Pak Wiryo atau orang memanggilnya pak Wir mengangakat tubuh Sasha yang begitu dingin karena sangat kedinginan.

Fauziah membantu untuk memayungi tubuh keduanya menuju ke sebuah rumah kecil yang tak jauh letaknya dari kompleks pemakaman.

Seorang pemuda seusia mereka keluar dari dalam rumah menyongsong keempat orang itu.

Fauziah dan Ramlah tampak mengerutkan kening mereka.

"Kamu Yusuf Darmawan kan?? kamu anak kelas XII Ipa 1 kamu sekelas dengan Rina dan Ali yang baru saja meninggal itu kan??" tanya Ramlah.

Semula Yusuf Darmawan tidak mengenali ketiganya karena mereka bertiga basah kuyup tetapi setelah dekat barulah Yusuf Darmawan jelas melihatnya.

"Lho kalian anak XII Ips 2 kan? tanya Yusuf Darmawan.

"Lagi apa kalian di area pemakaman sudah hampir maghrib begini??" tanyanya.

"Kami berdua mencari teman kami Sasha yang sedang mencari makam pacarnya!!" kata Ramlah.

"Sudah...sudah...Yusuf, gelar tikar di ruang tamu dan cepat siapkan teh hangat untuk mereka bertiga nanti saja sesi tanya jawabnya!!" kata pak Wiryo ayah Yusuf Darmawan.

Dengan cekatan pemuda tampan itu menggelar tikar mengambil bantal dan menyiapkan teh panas dengan air dari dispenser.

"Waduh...kalian bertiga akan masuk angin jika masih memakai pakaian basah begini."

Lalu pak Wir masuk ke kamar mengambil tiga buah daster lalu keluar kembali dan memberikan pada mereka.

"Ini baju istri saya, kalian pakailah dulu agar tidak kedinginan."

Satu persatu mereka berganti baju setidaknya mereka tidak terlalu kedinginan.

"Istrinya pak Wir kemana??" tanya Ramlah.

"Istri saya sudah meninggal 10 tahun lalu saat Yusuf masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar..." kata pak Wir.

"Maafkan saya pak!!" kata Ramlah.

"Tidak apa-apa nak!!" kata pak Wir.

Tak lama Yusuf keluar dengan membawa teko berisi teh panas dan 4 gelas kosong lalu dia bawakan juga pisang yang baru dia rebus tadi sore.

Pak Wir adalah pensiunan guru. Lalu dia mengabdikan hidupnya sebagai penjaga makam yang letaknya memang dekat dengan rumahnya.

Tak lama Sasha sadar dari pingsannya. Dia bangun dan duduk. Ingatannya belum terkumpul sepenuhnya.

Setelah ingatannya mulai pulih dia terisak pelan. Makin lama isakannya makin keras dan terdengar memilukan.

"Minumlah..." kata pak Wir menyodorkan segelas teh hangat pada Sasha. Sementara Yusuf hanya memandang bingung pada gadis yang menangis itu.

"Suf, nanti tolong antarkan mereka bertiga ya...kasihan perempuan jalan kaki bertigaan!!" kata pak Wir.

"Antarkan Sasha aja, Suf...aku dan Ramlah tadi naik motor kemari, kami menitipkan motor di rumah warga!!" kata Fauziah.

"mereka lalu sholat maghrib berjamaah setelah itu mereka pulang dan Shasa diantar oleh Yusuf dengan motor maticnya.

Sepanjang perjalanan Yusuf dan Sasha yang memang tidak saling mengenal hanya berdiam diri. Yusuf hanya bertanya di mana Sasha tinggal selebihnya dia pun diam karena dia tau gadis yang duduk di belakangnya itu memang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Masih terasa sesunggukannya lewat bahunya yang bertempelan di belakang Yusuf karena Sasha duduk perempuan saat digonceng oleh Yusuf.

Sebenarnya Yusuf penasaran karena jujur sebagai anak penjaga makam, Yusuf termasuk pemuda yang mampu melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat orang biasa.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Sasha dia merasa seperti diikuti oleh sesuatu dari balik semak belukar dan pepohonan yang mereka lewati di jalan...sosok yang dia tau adalah sosok teman sekelasnya.

*

*

***Bersambung....

Karya baru ya reader mohon dukungannya selalu untuk karyaku yang terbaru ini🙏🙏

Bab 2 Mencari Media

Sebenarnya Yusuf penasaran karena jujur sebagai anak penjaga makam, Yusuf termasuk pemuda yang mampu melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat orang biasa.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Sasha dia merasa seperti diikuti oleh sesuatu dari balik semak belukar dan pepohonan yang mereka lewati di jalan...sosok yang dia tau adalah sosok teman sekelasnya.

"Aku tau itu sosok Ali Wardhana...tetapi mengapa dia mengikuti kami?? dia menatap gadis yang ada diboncenganku ini dengan tatapan sedih!!"

"Apakah yang di maksud teman gadis ini, bahwa dia mencari makam pacarnya, pacarnya yang di maksud adalah Ali Wardhana??"

"Tetapi setahuku Ali Wardhana pacarnya Rina?? ada sesuatu yang harus kucari tau di sini!!" pikir Yusuf Darmawan.

"Aku berhenti di sini saja, jalan masuk ke rumahku becek dan berbatu, kasihan motormu!!"

Tiba-tiba suara Sasha mengejutkannya.

"Eh jangan...jalanan sepi, dan aku sudah diberi amanat oleh bapakku dan kedua temanmu untuk mengantarmu sampai kepintu rumahmu!!" kata Yusuf Darmawan.

"Terserah kau sajalah..." kata gadis manis itu lalu turun dari motor.

Belum sempat dia melangkah, tubuh mungilnya yang semakin ringkih hampir ambruk ke tanah becek jika saja Yusuf tidak cepat memegang pundaknya.

Yusuf memang melihat jalanan menuju rumah yang ditunjuk oleh Sasha masih berupa jalan setapak dan becek. Apalagi didera hujan deras tadi. Benar-benar seperti melewati sawah.

Tiba-tiba Yusuf berjongkok di hadapan Sasha.

"Naiklah kebahuku aku tak mungkin tega melihatmu berjalan kaki masuk ke dalam sana dengan keadaamu seperti ini."

Awalnya Sasha ragu tetapi akhirnya dia naik juga dan Yusuf segera menggendongnya.

Lagi-lagi dari sudut matanya Yusuf melihat sosok putih melintas seperti mengikuti mereka.

"Assalamualaikum??" kata Sasha lemah.

"Waalaikum Salam!!"

Sesosok lelaki setengah tua tinggi besar dan nampak sangar dengan diiringi seorang wanita juga setengah tua keluar menyambut mereka.

"kamu siapa anak muda??" tanya bapak yang Yusuf perkirakan adalah orang tua dari Sasha.

"Maaf pak, saya Yusuf Darmawan...Sasha ini teman satu sekolah dengan saya...tadi sore saat hujan turun dengan deras, Sasha pingsan di pemakaman untung ada kedua temannya membantu dan bersama bapak saya yang sedang mengontrol keadaan makam membawa Sasha pulang kerumah." kata Yusuf dengan cepat tetapi tetap dengan bahasa yang sopan.

"Gadis bodoh...mau saja kamu dibodohi oleh Ali Wardhana itu, Sasha??? di mana kamu letakan otakmu?? nyatalah Ali brengsek itu akan memilih gadis kaya raya itu dibandingkan denganmu!!"

"Pak..."

Wanita di sebelahnya memegang lengan suaminya berusaha menenangkan.

"Pak...bu...kalau begitu saya permisi dulu...tugas saya mengantar Sasha pulang kerumah sudah selesai...saya pamit pulang bu, pak, Sasha...Assalamualaikum..." kata Yusuf Darmawan tidak mau terlibat permasalahan orang lain terlalu jauh.

"Waalaikum Salam...terima kasih ya nak Yusuf..." kata ibunya Sasha.

"Terima kasih ya, Suf..." Sashapun ikut mengucapkan terima kasih walaupun wajahnya masih sangat pucat.

"Sama-sama..." kata Yusuf lalu dia kembali melewati jalan setapak lagi menuju jalan utama tempat dia meninggalkan motornya.

Lagi-lagi dia melihat sosok teman satu kelasnya itu mengikutinya.

Yusuf berhenti dan berpaling menghadap kearah bayangan putih itu.

"Ali...alam kita sudah berbeda...ada hal apa gerangan yang membuatmu mengikuti aku??" tanya Yusuf Darmawan

Bayangan putih itu akhirnya menampakan diri.

Dia masih mengenakan seragam putih abu-abunya yang bersimbah darah. Belakang kepalanya terlihat retak dan otaknya tampak hampir menyembul keluar.

Wajahnya yang sebenarnya sangat tampan juga penuh dengan darah.

Yusufpun sebenarnya tau bagaimana keadaan teman satu kelasnya itu saat di temukan kecelakaan. Tetapi dia saat itu tidak melihat secara langsung bagaimana kondisinya di kamar jenazah. Hanya sebagian besar teman-temannya saat itu yang masih sempat menjenguk Ali di rumah sakit dalam keadaan kritis.

Saat itu ibunya sedang pergi ke Surabaya rencananya Ali dan ayahnya akan menyusul tetapi entah mengapa saat itu Ali lebih memilih jalan berdua berboncengan dengan Rina Amalia yang sebagian besar teman sekelasnya tau itu pacarnya Ali.

Mereka berempat dengan dua orang temannya berencana menuju ke pantai wisata namanya juga anak muda dengan jiwa seolah-olah Valentino Rosi mereka saling berbalapan. Motor Ali menabrak kerikil kecil lalu terguling di aspal menabrak motor teman yang ada di depannya.

Ketiganya langsung meninggal di tempat hanya Ali yang masih sempat bertahan kala itu.

Saat sakaratul maut hendak menjemputnya sempat sebagian orang yang ada di situ mendengar bibir Ali berucap perlahan, "Sa...Sasha...ma...maafkan a...ku!!" lalu nyawanya terlepas sudah.

"Tolong di kondisikan ya??? bisa ngga sih kalau berhadapan denganku pakai mode yang wajar-wajar aja?? aku tidak tahan melihat dan mencium bau anyirnya darah??" kata Yusuf merasa sangat mual.

Perlahan Ali kembali ke mode semula, penampakan seorang pemuda berusia 18 tahun yang raut wajahnya sangat jelas jika dia itu memiliki garis wajah keturunan Chinese.

Sepintas wajahnya itu mirip dengan aktor mandarin tempo dulu Andy Lau atau Liu Tek Hua.

"Nah kalau begitukan enak dilihat!!" kata Yusuf lega.

"Apa maksudmu mengikuti aku, Ali?? apakah aku mempunyai hutang padamu yang belum aku bayar? atau sebaliknya??" kata Yusuf Darmawan.

"Sasha..." kata roh Ali berucap.

"Iya...ada apa dengan Sasha?" tanya Yusuf Darmawan.

"Dia tunanganku!!"

Ucapan roh Ali yang terakhir itu membuat jantung Yusuf bekerja dua kali lebih cepat.

"Lalu mengapa jika dia tunanganmu tapi kamu malah berpacaran dengan Rina Amalia?" kata Yusuf tercekat.

"Aku khilaf!!" jawab Ali pelan.

"Ali...maaf ya...jika aku ada di posisi Sasha, akupun tak akan pernah memaafkan pengkhianat sepertimu." geram Yusuf.

"Kau ini sudah jadi pengkhianat, mati pula membawa pengkhianatanmu...matipun kau jadi hantu lagi...hadeuh...berat banget masalah loe!!" jawab Yusuf sambil memandang sinis pada roh Ali Wardhana.

"Aku bukan hantu...aku adalah roh...aku masih akan tetap ada di dunia ini selama pintu maaf Sasha belum terbuka untukku.

"Dia sangat membenciku...selama pintu maafnya belum terbuka maka aku akan terus bergentayangan begini!!" lirih suara Ali membuat Yusuf Darmawanpun merasa kasihan padanya.

"Lalu apa yang bisa kulakukan untukmu?? tetapi akupun tidak berjanji ya...karena kulihat Sasha itu tipe cewek yang amat tertutup.

"Bantu aku untuk meminta maaf padanya dengan cara mendekatinya..." kata Ali.

"Maksudmu bagaimana sih aku kurang begitu paham??" kata Yusuf.

"Kamu jadi mediaku untuk mendekatinya...aku ingin meminjam tubuhmu, Yusuf...agar aku bisa menyentuhnya dan meminta maaf langsung padanya...walaupun aku tau pasti akan sangat sulit bagiku untuk mendapatkan maaf darinya!!"

*

*

***Bersambung...

Akankah Yusuf Darmawan mau untuk menolong Ali Wardhana??"

Novel baru ya guys...mohon dukungannya selalu ya!!

Bab 3 Bertemu Gadis Itu

"Kamu jadi mediaku untuk mendekatinya...aku ingin meminjam tubuhmu, Yusuf...agar aku bisa menyentuhnya dan meminta maaf langsung padanya...walaupun aku tau pasti akan sangat sulit bagiku untuk mendapatkan maaf darinya!!"

"Aku tidak janji, Ali...tetapi aku akan berusaha untuk membantumu sebisaku agar kamu bisa pergi dengan tenang." Kata Yusuf Darmawan.

"Sudahlah...sekarang aku mau pulang...bapakku pasti sudah menungguku!!" kata Yusuf lagi sambil menghidupkan mesin motornya dan berlalu.

Roh Ali lalu kembali ketempat kediaman Sasha...memandang gadisnya dengan rasa penuh penyesalan.

Andai dia dapat memutar waktu, tak ingin dia melukai hati gadis sebaik dan selembut Sasha hanya demi keindahan sesaat.

Kini dia hanya bisa berdiri di samping pembaringan gadis itu.

Sasha sudah tertidur dengan posisi meringkuk, sesekali terdengar isakannya di sela-sela tidurnya.

Rupanya gadis itu sebelum tidur tadi kembali menangis sendirian di kamarnya.

Ali berusaha menyentuh kepala itu bermaksud untuk membelainya tetapi dia hanya menyentuh udara kosong walaupun berkali-kali dia mencoba.

*

*

"Sha...makan dulu yuk!! tadi Fauziah menelpon ibu akan menjemput kamu untuk pergi bareng ke sekolah hari ini!!" kata ibu Ratna.

Tak lama ayah Sasha yang berprofesi sebagai PNS keluar dari kamar dan ikut bergabung untuk sarapan pagi.

"Bu...Sasha males sekolah hari ini!!" kata Sasha.

"Kenapa kamu tidak mau bersekolah?? karena tidak ada lagi laki-laki brengsek itu??" geram pak Tio sambil mengunyah nasi gorengnya.

"Sudahlah kak Sasha...anggap saja Ali dan pacarnya itu pindah...pindah ke dunia lain maksudnya!!" kata sepupu Sasha yang ikut sarapan pagi di rumah budenya yaitu orang tua Sasha.

"Tyas..." tegur bu Ratna.

"Kamu dan pakdemu itu sama saja...bukannya menghibur malah semakin memojokan mbakyu kamu!!" kata bu Ratna lagi.

Tyas adalah sepupu Sasha. Ibu Tyas adalah adik kandung bu Ratna. Ayah Tyas sama-sama berprofesi sebahai PNS sama seperti ayah Sasha karena memang ayah Tyas adalah sahabat karib ayahnya Sasha. Sehingga saat pak Tio menikahi bu Ratna, Ridwan ayah Tyas menikahi Ratih adik kandung bu Ratna tetapi usia pernikahan mereka tidak lama, Ratih meninggal sesaat setelah melahirkan Tyas. Karena cinta dan sayangnya pada sang istri, pak Ridwan tidak mau menikah lagi.

Mereka tinggal berdekatan jadi jika Tyas malas sarapan di rumah, dia pasti akan menyebelah ke tempat budenya dan makan di sana.

Walaupun Tyas memanggil mbak pada Sasha...sebenarnya mereka seumur.

Tyas sekelas dengan Ali dan Rina. Sebenarnya sudah berkali-kali Tyas mengatakan kalau Rina itu pacaran dengan Ali, tetapi Sasha tidak percaya. Karena dia merasakan kasih sayang dan perhatian Ali padanya tidak berubah.

Tit...tit...

"Itu pasti Fauziah sudah menjemput!!" kata Sasha.

"Kalau mbak Sasha pergi dengan Ziah...terus Tyas naik motor sendiri dong??" katanya sambil memanyunkan bibirnya.

"Ya elah...kamu kayak anak kecil aja kemana-mana harus berdua dengan mbakyu kamu!!" kata bu Ratna sambil mengacak rambut Tyas.

"Bu, bilang dulu sama Fauziah kalau Sasha mau ke toilet sebentar, Sasha kebelet mau buang air kecil." Kata Sasha.

Setelah selesai buang hajat kecilnya Sasha segera keluar dari toilet. Tiba-tiba dia seperti melihat ada satu sosok putih melintas.

Sasha bergumam pelan, "aku tak mau melihatmu lagi walau kamu sudah berupa roh sekalipun, sana pergi keakherat bersama Rina pacarmu itu, tidak usah mendatangiku karena aku tak akan pernah memaafkanmu!!" kata Sasha pelan.

Memang yang dilihat Sasha tadi adalah sosok Ali. Dia ingin melihat keadaan pacarnya itu.

Mendengar perkataan Sasha, roh Ali meneteskan air mata.

"Kamu sudah benar-benar siap untuk masuk sekolah hari ini?" tanya Fauziah sebelum mereka ada di halaman rumah.

"Siap ngga siap...lagi pula aku pikir aku hanya akan membuang waktuku menangisi lelaki bodoh yang telah mendua di belakangku...mereka berdua mati kenapa aku harus sedih?? mestinya aku bahagia karena tak lagi harus merasa di bohongi." Kata Sasha pelan.

"Baguslah kalau kamu sudah sadar, no tears buat seorang pengkhianat seperti Ali dan Rina...oke!!" kata Fauziah menyemangati sahabatnya.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Fauziah terus mengajak Sasha bicara agar temannya itu tidak blank pikirannya.

*****

Yusuf Darmawan baru saja mau ke perpustakaan, letak perpustakaan melewati kelas XII Ips 2. Dia akan melewati kelas gadis yang diamanatkan oleh Ali untuk meneruskan maafnya.

Sengaja dia memperlambat langkahnya tetapi dia tidak melihat gadis yang bernama Sasha itu di sana.

Pura-pura dia mampir ke kelas itu sambil melihat-lihat.

"Wah...tumben ketua osis kita mau mampir ke kelas kita yang penuh keonaran ini??" sebuah suara menyapanya.

Yusuf menoleh ke asal suara. Adit sedang berdiri di belakang Yusuf sambil cengengesan ngga jelas.

Adit adalah adik sepupu Yusuf. Walaupun mereka berbeda kelas tetapi sebagai sepupu mereka tetap akrab.

"Cari siapa bang??" tanya Adit.

"Cari kamu mau minta duit jajan!!" canda Yusuf.

"Serius bang??" tanya Adit lagi.

"Ngga dit, abang boongan kok!!" kata Yusuf tetapi kepalanya terus celingukan dan matanya terus mencari.

Tiba-tiba pandangan matanya tertuju pada bangku pojok paling belakang.

Tampak seorang gadis sedang melamun menatap kosong keluar jendela.

Bukan hanya itu yang Yusuf kagetkan, tetapi satu sosok berbaju putih yang duduk dan nampak hanya samar-samar sedang memandang Sasha dengan sedih.

Sesekali gadis manis itu menyusut air matanya setiap kali air mata itu jatuh ke pipinya, sosok samar itu berusaha untuk menghapus air mata itu tetapi tetap tidak bisa.

Tanpa mempedulikan Adit, Yusuf masuk ke dalam kelas yang seperti Adit katakan tadi adalah kelas biang keributan dan biang kekacauan.

Di kelas sedang sepi, karena semua penghuninya yang rata-rata bar-bar itu menyerbu kantin.

"Assalamualaikum!!" kata Yusuf memberi salam.

Dua pasang mata langsung mengarah pada Yusuf. Satu pasang adalah mata sendu pemilik wajah melankolis itu dan satu pasang lagi adalah pemilik mata yang tak kasat mata milik Ali Wardhana.

"Waalaikum Salam!!" jawab Sasha.

"Kamu yang menolong membawaku pulang tempo hari kan?" tanya Sasha.

"Iya, betul sekali...bagaimana keadaanmu? apakah sudah baikan?" tanya Yusuf.

"Aku tidak sakit...badanku tidak sakit, tetapi hatikulah yang sakit." jawabnya spontan.

"Siapa waktu itu namamu??" tanya Yusuf lagi.

"Sasha Hafiza..."

"Oo ya sudah jika kamu sudah baikan, tetap semangat ya!!" kata Yusuf lalu melirik pada sosok yang duduk di sebelah Sasha.

"Jangan genit-genit sama pacar gue!!" Ali melotot pada Yusuf yang lalu pergi sambil mengangkat bahu.

"Sudah jadi arwah aja sombong...kalo ngerasa dia pacar loe kenapa dulu loe selingkuhin dia??" gumam Yusuf sambil berlalu.

*

*

***Bersambung...

Apa upaya Ali untuk bisa meraih maaf dari Sasha??

Ikuti terus lanjutan kisah si arwah penasaran Ali Wardhana ya...

Jangan lupa guys like, komen, vote, favorit dan rate dari kalian...terima kasih🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!