Toilet

Kacau

Itulah yang dirasakan Bella saat lelaki berambut hitam itu tanpa ragu memilih duduk di sampingnya. Membuat wajahnya terasa kaku dan berkeringat dingin akibat rasa takut yang berlebihan.

Situasi ini sangat menegangkan!

Mengingat untuk menyunggingkan sebuah senyuman saja ia membutuhkan tenaga ekstra rasanya, di sisi biasa saat ini tampak sangat mustahil baginya!

Demi apapun di dunia!

Lelaki yang kini duduk di sampingnya bukan sekedar rekan kerja pria yang ia nikahi.

Dia ? Tuhan Bella bahkan tidak tahu apa panggilan yang tepat.

Makan malam yang seharusnya romantis, kini tampak seperti neraka.

Tanpa mempedulikan situasi Canggung yang menghiasi mereka, Alex justru dengan santai meletakan tangannya di atas kaki wanita yang tampak tertekan di sampingnya. Dan dari bawah meja, Bella bisa merasakan jemari itu membelai pahanya pelan.

Membuatnya semakin gelisah.

Ia sangat berharap makan malam, yang sejak beberapa saat lalu sangat mencengkam ini, segera berakhir!

Alex yang tidak menyukai respon pasif wanita itu, sekarang lebih berani menggerakkan jemarinya ke bawah. Meraih ujung gaun selutut yang dikenakan Bella malam ini dan menyingkap nya, membiarkan paha wanita mulus itu tampak jelas dari balik meja. Dengan santai Alex kembali meletakan tangannya di atas paha telanjang itu. Menikmati tekstur halus yang sudah terasa akrab di indra perabanya.

Memberi kesenangan tersendiri.

Bima yang melihat ada yang aneh dari tingkah keduanya mengerutkan dahi, sebelum bertanya dengan nada bingung yang kentara.

"Kau baik-baik saja, Bella?"

"Y ya." Balas Bella langsung, dan kembali menggigit bibir keras, berusaha mengubah tenaga untuk mencegah suara-suara aneh yang tak diinginkan keluar dari tenggorokannya.

"Kau yakin? Kau tampak gelisah." Tanya Bima lagi, makin bingung melihat tingkah istrinya yang seperti cacing kepanasan. Meskipun ia tahu Bella pemalu dan selalu kikuk jika bertemu orang asing. Tapi gelagatnya yang tersiksa itu sangat tak biasa.

"Mungkin karena orang asing yang dimaksud adalah Alex. Terkadang temannya yang satu ini memang jago membuat siapapun terintimidasi." Batinnya. Mencoba memahami sikap Bella yang lain dari biasanya. Tanpa sedikitpun sedikitpun pendapatnya barusan jauh dari kenyataan.

Bella memang sudah sangat terintimidasi oleh sosok Alex, pria angkuh menyebalkan yang akan ia hindari dengan senang hati. Terlebih jika pria itu tengah menggerayanginya di tempat umum seperti ini.

"A aku" Gumam Bella sudah kehabisan tenaga. Jemari mungilnya mencengkram pergelangan tangan Alex erat, ketika jari-jari milik pria itu sudah mulai lancang menyentuh daerah kewanitaannya. "Ku-kurasa aku harus kebelakang sebentar." Lanjutnya dan segera bangkit meninggalkan suaminya yang tampak masih bertanya-tanya.

Bella memasuki ruangan kecil itu dengan perasaan tak karuan. Meski begitu, dia masih bisa bersyukur bisa sampai ke tempat ini. Toilet wanita, tempat teraman dan ternyaman untuk menenangkan diri dari situasi yang membuat jantungnya hampir copot.

Kali ini, tidak ada yang berani mengusiknya di tempat yang dikeramatkan ini.

Selama beberapa saat, ia mencoba menarik napas panjang untuk menenangkan debar jantungnya yang susah payah.

Tubuhnya tak berhenti gemetar dan telapak tangannya dingin luar biasa.

Tegang.

Saat Bella berniat membasuh wajahnya di wastafel, pintu tiba-tiba terbuka dengan sosok Alex yang berdiri angkuh di baliknya. Nampak tenang seperti biasa.

"A apa yang ka kau lakukan? Ka kau tidak bisa masuk kemari!"

"Benarkah?" Tanya pria itu dengan nada meremehkan. Tanpa peduli pada aturan kesopanan yang berlaku, Alex menutup pintu dan hanya dalam 2 langkah, ia kembali memojokkan Bella di tepi wastafel.

"A a alex ja jangan begini." Bisik Bella takut-takut. Ia bisa merasakan napas hangat lelaki itu di pipinya.

"Jadi ini yang membuatmu senang tadi siang? Makan malam dengan Bima?" Tanya Alex dengan nada menghina, kembali mengabaikan ucapan Bella. Ia tak peduli pada tubuh Bella yang masih gemetar atau wajah pucat nya, dicengkeramnya rahang wanita itu kuat dan memagut bibir mungil itu kasar.

Ciumannya memaksa.

Tak ada sedikitpun kelembutan.

Hanya permintaan akan hasrat yang tiba-tiba menyeruak yang harus dipenuhi dan di puaskan.

Bella merasa pikirannya terlanjur kosong saat Alex mendudukkan dirinya di atas wastafel setelah lelaki itu berhasil menarik ujung gaunnya kearah pinggang, dan menurunkan ****** ******** hingga terkulai di lantai. Ia agak sedikit meringis saat Alex membuka kakinya lebar dan tersentak kaget saat jari pria itu meluncur disepanjang kewanitaannya dan menekan kli**risnya yang tegang.

Membuatnya kembali menggeliat gelisah.

Dan yang lebih parah, ia tak berdaya menghentikan responnya sendiri.

Bella mengerang keras saat jari kasar Alex yang terasa berdenyut memasuki tubuhnya dengan tidak sabaran.

Getaran nikmat yang familiar itu kembali membuatnya menjerit saat Alex mempercepat gerakan tangannya.

Kewarasannya perlahan menghilang seirama dengan hasrat yang makin membludak. Kesadaran akan tempat dimana mereka berada, buyar dari pikirannya saat tubuhnya dikuasai lelaki itu.

Dan saat kepasrahan melanda Bella, pintu tiba-tiba terbuka diiringan jeritan memekakkan telinga yang terasa menyakitkan.

Yang disadari Bella berikutnya adalah tubuhnya, yang tiba-tiba terasa seperti tak bertulang, terhempas menghantam cermin dingin di belakangnya. Alex yang bertanggung jawab sepenuhnya akan hal itu, justru terlihat kesulitan menahan pintu agar tetap tertutup. Dari tempatnya saat ini, dengan kesadaran yang mulai timbul, Bella bisa mendengar jeritan wanita setengah baya di luar sana yang terus menggedor pintu tanpa henti.

"Sedang apa kau didalam sana, hah?! Ini toilet wanita!"

"Ck perempuan tua sialan!" Gumam Alex kesal.

Bella segera melesat memasuki toilet di samping wastafel dan meringkuk di pojokan tanpa berniat menyimak teriakan murka itu lebih jauh. Ia bahkan tidak tertarik dengan respon Alex. Namun tetap saja ia bisa mendengar balasan pria itu di dalam toilet kecilnya.

"Kau tidak tahu aku sedang sibuk?!"

Rasa malu yang datang terlambat, terasa mencekiknya.

Sesaat kemudian ia ketakutan ketika terdengar ketukan pelan dari tempat persembunyiannya, dan suara Alex yang terdengar kemudian justru makin membuatnya lemas.

"Aku akan menemui mu lagi."

Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, Bella bisa mendengar suara langkah kaki yang perlahan menjauh, disusul gerutuan kesal wanita setengah baya yang kentara memasuki toilet dengan langkah menghentak.

Lengkap sudah penderitaannya.

"Toilet pria penuh. Lalu aku harus bagaimana?" Ujar Alex enteng saat ia membuka pintu toilet dan langsung berhadapan dengan perempuan tua Bangka menyebalkan yang sudah berani mengganggunya. Dengan langkah tak kalah santai, ia melewati perempuan itu yang masih menatapnya galak.

"Jadi kau kencing dimana? Wastafel?!" Teriak perempuan itu lagi untuk kesekian kalinya. Tanpa menunggu reaksi Alex, ia membanting pintu keras. Membuat Alex meringis dalam hati.

"Sial!"

Episodes
1 Prolog
2 Kesalahan
3 Makan malam
4 Toilet
5 Kenangan Masa lalu
6 Menemui wanita lain
7 Berita Panas
8 Membawa pulang Wanita lain
9 Sahabat
10 Nightclub
11 Mabuk
12 Pulang
13 Mengusir
14 Keluarga Graham
15 Rindu
16 Obat Kontrasepsi
17 Terbongkar
18 Kediaman Lemos
19 Belanda
20 Menyesal
21 Hamil
22 Berita yang ditunggu
23 Berita bahagia
24 Pulang
25 Ingatan masa lalu
26 Cinta masa kecil
27 Pertunangan
28 Saling memuaskan
29 Hari Pernikahan
30 Bau badan
31 Kaget
32 Menjenguk Bima
33 Membela diri
34 Ragu
35 Pemakaman
36 Hamil tua
37 Rumah tangga hangat
38 Ledakan
39 Giorgino Alexander
40 Tiga Paman Tampan
41 Pulang
42 Liburan
43 Firasat Buruk
44 Gavin Januartha (Kang-Dae)
45 Amnesia
46 Satu Tahun
47 Bertemu teman lama
48 Bantuan Amelia dan Bima
49 Bertemu kembali
50 Rekan kerja
51 Ikatan
52 Rencana Alex
53 Tidur bertiga
54 Bertemu Flora
55 Park Aera
56 Pulang ke rumah
57 Mengantar pulang
58 Saingan
59 Proyek
60 Kepulangan Bima dan Amelia
61 Kediaman Kang
62 Hari pernikahan
63 Kembalilah
64 Keluarga kecil kita
65 Pergi ke Korea
66 Anak Baru
67 Giorgino & Isabella
68 Pusat perhatian
69 Saingan Baru
70 Berkumpul
71 Galeri lukisan
72 Ungkapan
73 Ketauan
74 Kencan
75 Penguntit
76 Sweet Seventeen
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Kesalahan
3
Makan malam
4
Toilet
5
Kenangan Masa lalu
6
Menemui wanita lain
7
Berita Panas
8
Membawa pulang Wanita lain
9
Sahabat
10
Nightclub
11
Mabuk
12
Pulang
13
Mengusir
14
Keluarga Graham
15
Rindu
16
Obat Kontrasepsi
17
Terbongkar
18
Kediaman Lemos
19
Belanda
20
Menyesal
21
Hamil
22
Berita yang ditunggu
23
Berita bahagia
24
Pulang
25
Ingatan masa lalu
26
Cinta masa kecil
27
Pertunangan
28
Saling memuaskan
29
Hari Pernikahan
30
Bau badan
31
Kaget
32
Menjenguk Bima
33
Membela diri
34
Ragu
35
Pemakaman
36
Hamil tua
37
Rumah tangga hangat
38
Ledakan
39
Giorgino Alexander
40
Tiga Paman Tampan
41
Pulang
42
Liburan
43
Firasat Buruk
44
Gavin Januartha (Kang-Dae)
45
Amnesia
46
Satu Tahun
47
Bertemu teman lama
48
Bantuan Amelia dan Bima
49
Bertemu kembali
50
Rekan kerja
51
Ikatan
52
Rencana Alex
53
Tidur bertiga
54
Bertemu Flora
55
Park Aera
56
Pulang ke rumah
57
Mengantar pulang
58
Saingan
59
Proyek
60
Kepulangan Bima dan Amelia
61
Kediaman Kang
62
Hari pernikahan
63
Kembalilah
64
Keluarga kecil kita
65
Pergi ke Korea
66
Anak Baru
67
Giorgino & Isabella
68
Pusat perhatian
69
Saingan Baru
70
Berkumpul
71
Galeri lukisan
72
Ungkapan
73
Ketauan
74
Kencan
75
Penguntit
76
Sweet Seventeen

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!