Siang ini, 15 menit sebelum jam makan siang bagi karyawan tiba, Bella sudah berdiri di depan gedung perusahaan milik suaminya, Bima, dengan sedikit berdebar.
Perasaan bahagia yang ia rasakan sejak malam tadi tidak juga memudar, bahkan semakin meningkat seiring langkahnya menuju lift yang terletak tak jauh dari meja resepsionis.
Semua ini terasa sempurna bahkan sangat sempurna, Selama dua Minggu ini ia bisa melihat jika suaminya sudah mulai mencintainya, Selama dua Minggu ini hari-harinya sangat indah, bahkan sosok suram (Alex) itu tidak pernah muncul lagi di hadapannya membuat ia bernafas lega.
Cuaca yang cerah, karyawan yang menyapanya ramah, bahkan tidak ada lantai licin yang sempat membuatnya terpeleset seperti saat pertama kali menginjakan kakinya di kantor ini.
Indah.
Ya, itu yang Bella rasakan saat ini.
Semua terasa indah ketika akhirnya orang yang kau cintai membalas perasaan mu.
Dan jika ini mimpi, Bella berharap tidak pernah terbangun.
Dengan jantung berdebar, ia melangkahkan kakinya ke ruang kerja suaminya yang hanya tinggal beberapa langkah lagi. Pikirannya kembali mengenang malam romantisnya bersama Bima, tidak ada hal yang berbau ranjang namun untuk pertama kalinya lelaki itu mencium lembut dan penuh keraguan bibirnya dulu dan sejak itu Bima selalu berlaku lembut kepadanya seperti suami yang mencintai istrinya Bima sering kali pulang hanya untuk menemaninya. mengingatnya Membuat pipinya kembali panas tak terkendali.
Ciuman lembut dan hati-hati itu jelas berbeda dengan yang selalu dilakukan oleh 'seorang' padanya.
Kenapa akhir-akhir ini ia sering memikirkan Pria itu, bukankah seharusnya ia hanya memikirkan suaminya saja.
Setelah menarik napas untuk menenangkan dirinya yang sedang diliputi dengan antusiasme yang berlebihan. Bella mendorong pintu kerja Bima dengan perlahan dan hati-hati.
Namun ternyata suaminya tidak sendiri.
Lelaki itu tengah bersama seseorang dan tampaknya mereka sedang terlibat percakapan serius. Jelas kehadiran Bella hanya akan dianggap sebagai gangguan yang menyebalkan.
Saat Bella berniat menutup kembali pintu yang sempat ia buka, suara samar yang ia kenal menghentikan niatnya.
Seorang perempuan.
Dan ia mengenali suara perempuan itu.
Tapi yang membuatnya penasaran adalah suara suaminya yang tampak seperti memelas.
"Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?" Gumam Bella sedikit penasaran
Tanpa berniat menguping, Bella menajamkan telinganya. Namun setelah beberapa saat, yang terdengar hanyalah suara samar samar yang membingungkan.
Sedikit takut, ia kemudian mencoba melihat dari celah pintu dan langsung menyesali perbuatannya.
Di hadapannya kini, suaminya tengah memeluk seorang wanita semampai yang sudah sangat ia kenal.
Amelia.
Dan pelukan itu jelas bukan pelukan sahabat.
"Bima, lepas!" Hardik wanita itu keras, namun tampak tak di indahkan oleh Bima.
Sepertinya kehadiran Bella tak disadari sedikitpun oleh kedua orang tersebut.
"Apa yang harus dilakukan? Katakan Amel! Apa yang harus dilakukan lagi agar kau mau melihatku?!"
"A apa yang kau bicarakan? Kau sudah punya Bella." Ujar Amel gugup
"Karena mu. Aku menikahinya karena kau!" Teriaknya dengan penuh ketegangan. Ia segera melepas pelukan mereka dan menatap tajam perempuan yang hanya berjarak satu jengkal dari hadapannya.
"Bima"
"Aku tidak pernah memilih apapun." Ucapnya lirih. "Kau yang memilihkannya untukku."
"Bi bima?" Gumam Hinata pelan, mendadak di kuasai keinginan untuk mengalihkan perhatian Bima dari Amel.
Suara lirihnya seperti menyentakkan kedua insan yang masih bersitegang itu. Mereka kaget pada Bella yang tampak pucat.
"A a apa maksud ucapan kalian barusan?" Tanya Bella susah payah. Mati-matian ia menahan air mata yang sudah menggenangi di pelupuk matanya agar tidak jatuh. Egonya sebagai Istri memaksanya untuk tidak menunjukan kelemahan di depan orang lain.
Termasuk kepada orang yang melukainya.
"Bella, dengar. Apa yang kau lihat barusan tidak seperti yang kau pikir." Jelas Amel lembut.
"Kami hanya berteman." Lanjutnya dengan sungguh-sungguh, Amelia sangat tidak ingin jika Bella sampai salah paham dan memutuskan pernikahannya dengan Bima, Karna jika itu terjadi bukannya tidak mungkin bagi Alex untuk kembali mengejar Bella.
"Amel." Ujar Bima berniat menghentikan penjelasan dari wanita itu
"Jadi kumohon jangan salah paham. Kami tidak" Lanjut Amel tanpa memperdulikan suara Bima
"Amel. Bisakah kau meninggalkan kami berdua? Aku ingin bicara empat mata dengan Bella." Ujar Bima memotong ucapan Amel dengan keras
"Ta tapi"
"Kumohon." Ucapkan Bima penuh penekanan di setiap katanya. Amel yang merasa tidak punya pilihan, hanya bisa menyetujui dengan berat hati.
"Aku mencintai Amel, dulu maupun sekarang." Ucapkan Bima saat mereka telah tinggal berdua. Suasana sepi yang diselesaikan ruangan ini, membuat suara lelaki itu dua kali lebih nyaring.
Tak peduli akibat kata-katanya barusan akan menyakiti perasaan wanita didepannya, lelaki itu justru dengan yakin menatap mata Bella yang tampak terluka. Bima sebenarnya sedikit merasa bersalah melihat wajah manis itu kini tampak sedih. Tapi kesabarannya sudah mencapai batas.
"Walaupun sudah berusaha," lanjutnya pelan pada Bella yang tampak membeku. "Tapi aku tidak bisa mencintaimu. Dan kurasa tidak akan pernah." Ujarnya kejam
"La lalu ke kenapa kau bilang ingin memperbaiki hubungan kita?" ujar Bella sekuat tenaga menahan tangis
"Karena Alex tampak tertarik padamu." Jawab Bima dengan terpaksa. Jawaban itu jelas bukan jawaban yang di harapkan Bella sebelumnya. Membuat hatinya terasa makin perih saat menyadari lelaki itu tidak pernah mempedulikannya.
"Sejak kita duduk di sekolah menengah, dia memang terlihat menaruh minat padamu, dan aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi." Jelas Bima perlahan. "Amelia akan terluka." Lanjutnya pelan
"A a apa?" Ujar Bella tidak percaya dengan apa yang kupingnya dengar
"Amel mencintainya. Sementara Alex tidak pernah menggubris gadis itu. Aku hanya berharap jika kita menikah, mereka akan menemukan jalan untuk bersatu." Ujar Bima tanpa merasa bersalah sedikitpun
Bima pikir semuanya akan baik-baik saja selama ia menikah dengan Bella karna ia tau Bella menaruh hati padanya.
Jadi mau itu Amelia ataupun Bella mereka tidak akan sakit hati kan, Karna pada akhirnya keinginan dua wanita cantik itu untuk menikahi pria yang mereka sukai akan terwujud walaupun dirinya harus dikorbankan.
Egois, Kau sangat egois.
"Maaf jika aku membuatmu sakit hati Bella, tapi aku benar-benar sudah tidak bisa mempertahankan rumah tangga yang tidak ku inginkan ini!" Ujar Bima tanpa memikirkan perasaan Bella membuat Bella bercucuran air mata
"Terus selama dua Minggu ini, apakah semuanya hanya akting!"
Bohong jika Bima menjawabnya iya, karna jujur saja dari hati Bima yang paling dalam ia sangat menikmati waktu kebersamaannya dengan Bella, Namun kedatangan Amelia tadi pagi menghancurkan pertahanan yang ia bangun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments