Malam harinya di kediaman Sora. Seperti biasa wanita itu sedang sibuk dengan tugas kantor nya. Tak butuh waktu lama, Sora langsung menutup berkas nya tak lupa mematikan laptop nya.
"Mau jalan-jalan?" Tanya Sora pada Zey yang sedang duduk dengan malas diatas karpet bulu. Zey langsung mendongak mendengar pertanyaan sang mommy, lalu mengangguk antusias.
"Mau mau." Senyum Sora merekah, lalu bangkit dari duduknya.
"Ayok!" Zey mengangguk. Kedua melangkah keluar.
Di halaman, Sora langsung masuk kedalam mobil nya begitu juga dengan Zey.
"Udah siap?"
"Iya udah mom, ayok berangkat." Ucapan Zey dibalas acuan jempol oleh Sora.
"Siap tuan muda, kita akan segera lepas landas." Sora langsung menarik pedal nya. Gerbang rumah langsung terbuka, mobil Sora melaju dengan kecepatan sedang. Mobil itu bergabung dengan mobil-mobilan lain.
Malam ini Langit begitu cerah dengan bulan yang senantiasa menemani langit malam yang kelam. Bulan tak sendirian, dia juga di temani oleh bintang yang selalu ikut serta kemana pun dia berada. Langit malam ini begitu indah, tapi tidak dengan suasana hati Bara. Pria itu nampak kesal pada kedua orang paru baya di depan nya. Bukan hanya Bara yang terlihat marah, mereka berdua juga sama, terlihat murka.
"Saya tidak ingin menikah dengan perempuan pilihan kalian, saya berhak menentukan masa depan saya sendiri." Lantang Bara tersulut emosi.
"Yah kau selalu saja bilang begitu, tapi apa? Kau tak kunjung menikah sampai hari ini." Ucap sinis si pria paru baya yang tak lain adalah ayah dari Bara sendiri.
"Nak, Bara, sekali saja kamu turutin kemauan ayah kamu." Nasehat Mama nya Bara, mencoba meredam emosi kedua belah pihak itu.
"Gak, udah cukup saya dikekang dulu, untuk sekarang saya udah gak mau kalian atur lagi, jadi mohon jangan ikut campur masalah saya." Tegas Bara tak mau di di atur.
"Lihat Susan, anak yang selama ini kamu manja-manja udah berani nge-bantah orang tua." Ucap Ari, ayah Bara.
"Mas udah, jangan paksa Bara lagi, dia juga udah dewasa, 28 tahun, dia bukan anak kecil yang harus kita atur, dia udah dewasa untuk menentukan baik buruk untuk hidup nya sendiri." Ujar Susan mencoba untuk menasihati suaminya untuk tidak mengekang putra tunggal mereka itu.
Bara memejamkan matanya, mengusap wajahnya kasar. Kenapa sih orang tuanya sehari saja tak datang kerumahnya hanya untuk membicarakan tentang perjodohan.
"Hah dewasa? Anak ini kamu bilang dewasa dan udah tau yang baik buruk? Kamu gak ingat dia dulu pernah tidurin anak orang, dan sampai sekarang dia belum menemukan gadis itu, dan itu yang kamu bilang dewasa hah? Ck dia cuma anak ingusan Susan, Baravesion Agatha Wiliam tetap bocah ingusan di mata ku." Tegas Ari.
BRAKKK
Bara mengebrak meja nya, telinga nya panas saat mendengarkan kata-kata ejekan sang ayah. Ayahnya sangat suka mengejeknya, menyebutkan bocah ingusan kah, bocah manja, bajingaan dan kata-kata yang dapat membengkakan kuping Bara lainnya. Bara muak, sungguh, dia muak dengan semua nya. Bara selalu serba salah didepan sang ayah, ayah nya suka sekali mengomentari hidup Bara, ini kah, itu kah, pokoknya Bara bernafas pun tetap salah di mata sang ayah. Terkadang Bara ragu dengan orang tuanya, apa dia anak kandung mereka atau bukan? Apa dia hanya kesalahan? Atau apa, kenapa setiap hal yang dilakukan nya selalu salah di mata ayah nya?
Bara yang sudah kesal pun memutuskan untuk pergi dari rumah nya itu, meninggalkan kedua orang tua nya di sana.
"Lihat Susan, anak kamu, gak punya adap, anak sialan itu." Kesal Ari.
"Stop Mas, stop kamu caci Bara, aku tau kamu kesal sama kesalahan aku yang dulu, sampai sekarang aku juga tau kalau kamu gak pernah menganggap Bara sebagai anak kamu, kamu tetap memandang Bara sebagai anak haram, aku tahu." Tekan Susan yang sudah muak dengan ucapan suaminya. Ari menatap Susan dengan tidak minatnya.
"Yah, tebakan kamu benar." Singkat Ari lalu melenggang dari sana, meninggalkan istri nya yang terisak. Susan tau kesalahan nya di masa lalu sangatlah fatal, tapi tidak bisakah Ari memaafkannya, dan tak membuang kemurkaan nya pada Bara. Susan tau Bara adalah anak yang terlahir akibat kesalahan nya, dia tau, tapi tidak adakah sedikit kasih sayang Ari untuk Bara. Susan paham betul watak anak nya itu, dia keras kepala, dia tegas, tapi tetap menuruti ucapan orang tuanya, khususnya Ayah nya. Tapi watak Ari yang seperti kekanak-kanakan terus mengekang Bara, membuat pria itu muak dan akhirnya menjadi pembangkang seperti sekarang.
like komen vote favorit
see you next episode
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments