Setelah berbincang-bincang dengan Sora mengenai kenaikan pangkat nya, akhirnya Bara kembali ke meja kerja nya. Mulai besok dia akan bekerja di ruangan khusus asisten CEO bersama Jhonny yang merupakan asisten pribadi Sora.
"Hufttt" Lagi-lagi Bara menghela nafas panjang. Memang dada nya yang masih berdetail kencang, jujur saja baru kali ini Bara merasa gugup seperti ini, sebelum-sebelumnya tidak pernah. Apa ini cinta? Cinta yang membuat Bara hampir mati karena serangan jantung dadakan? Huhhh entahlah. Bara mencoba untuk mengabaikan hal tadi. Sekarang pria itu memfokuskan dirinya para keyboard dan komputer didepan nya itu.
"Apa gue jatuh hati sama dia? Kalau benar, apa dia mau menerima gue sebagai suaminya, menerima seseorang dengan notabene nya menjadi orang yang telah memperkosanya." Batin Bara. Apa Sora akan mau? Sungguh sekarang Bara sedang dilanda rasa khawatir.
"Heh anak baru, jangan asyik ngelamun, kerja Lo." Suara ketus itu hampir membuat jantung Bara merosot ke lambung. Bara melirik si laki-laki yang berada disebelah meja kerjanya, kesal? Jelas, Bara sangat kesal, kalau saja ini di perusahaan nya, dia bersumpah akan memecat laki-laki sok itu, tapi sayang, dia sedang bekerja di perusahaan orang, jadi mati-matian dia menahan agar emosinya tidak meledak. Bara membalas teguran laki-laki itu dengan senyum lebar yang terkesan angker.
"Iya, tak perlu kamu tegur pun saya tau tugas saya di sini apa." Tekan Bara penuh senyum lebar. Laki-laki yang tadi menegur Bara tadi menoleh dan mengabaikan ucapan Bara.
"Ck, udah baik di ingatin, dasar sok." Decak laki-laki tadi tak dibalas lagi oleh Bara. Bodoh amat menghadapi laki-laki seperti itu. Mengingatkan? Apa Bara harus diingatkan tentang tugasnya? Sangat tidak perlu, karena Bara tau dan ingat tugasnya sendiri. Hanya laporan kecil seperti itu dapat diselesaikan Bara dalam sekali hembusan nafas, mengerjakan laporan hanya hal kecil bagi Bara yang sudah berpengalaman menjadi seorang pemimpin di perusahaan nya.
Sore harinya, seluruh karyawan telah pulang, hanya menyisikan beberapa orang yang masih mengerjakan tugas nya. Seperti salah satu nya adalah Bara. Laki-laki sedang mengerjakan laporan nya yang masih belum di selesaikan.
"Om tampan." Reflek Bara mengelus dada yang berdetak kencang. Bara menoleh mendapatkan seorang bocah laki-laki yang tersenyum lebar padanya. Bocah itu masih memakai seragam sekolahnya, lengkap dengan ransel hitam miliknya.
"Ouh hai, kok kamu di sini?" Tanya Bara pada bocah yang masih tersenyum lebar padanya.
"Lagi nungguin mommy om, masih ada kerjaan yang belum di selesain mommy." Bara mengangguk paham mendengarkan penjelasan si bocah.
"Om juga lembur?" Bara mengangguk merespon pertanyaan Zey.
"Sebenarnya, om selesain tugas om dulu yah, tinggal dikit lagi." Bara langsung menyelesaikan tugas nya yang tadi sempat di telantarkan nya. Sementara Zey memandang tiap inci wajah Bara, rahang tegas, hidup seruncing ujung tombak dapat membuat Zey terpana.
Tak butuh waktu lama, akhirnya Bara mematikan komputer nya, lalu melihat Zey yang masih setia menatapnya, dengan pandangan kagumnya.
"Saya tau saya itu tampan, jadi tidak perlu menatap saya seperti itu, takut nya saya baper." Zey terkejut saat indra pendengar nya menangkap suara berat yang tak lain adalah suara Bara. Zey hanya menyengir sambil mengaruk tekuk nya yang tak gatal.
"Om terlalu tampan untuk jadi manusia." Tutur polos Zey dapat memancing gelak tawa dari pria dewasa di depan nya.
"Hahaha, masih kecil tapi udah jago baperin orang kamu, bakal jadi buaya kayaknya pas udah dewasa nanti." Ujar Bara lalu tangannya mengacak-acak rambut pekat milik Zey, membuat bocah itu mengerucutkan bibirnya. Jujur saja Zey menyukai pria di depannya, pria itu tampan, baik dan sangat lembut. Zey saja kagum dengan pria ini, apa lagi kaum perempuan, pasti langsung jatuh cinta saat melihat Bara.
"Ayok saya temenin kamu, sambil nunggu mommy kamu nyelesain tugas nya." Bara bangkit dari duduknya menatap singkat Zey.
"Ayok." Zey nampak begitu antusias. Dia langsung mengikuti Bara yang sudah berjalan beberapa langkah didepan nya.
'Andai om ini Daddy ku, pasti aku anak paling beruntung di dunia' Batin Zey sambil menatap kokoh bahu lebar milik Bara.
like komen vote favorit
maap jika typo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments