PSIKOPAT CANTIK | Setan Kembar

PSIKOPAT CANTIK | Setan Kembar

RANTY DAN SINDY

Sinta harus menerima kenyataan bila hidupnya harus banyak mendapat tekanan . Di sekolah Sinta hanya bisa diam saat kedua teman sekelasnya membuly dirinya , Ranti dan Sindy terus mengganggu apapun yang Sinta lakukan . Sepertinya mereka tak tenang jika Sinta bahagia , tapi ia beruntung masih punya kakak perempuan yang setia mendengarkan semua ceritanya .

"Kak ! , Aku mau cerita." Sinta memanggil kakaknya yang baru saja pulang kerja , meski lelah tetapi Devi mau menyempatkan diri untuk mendengarkan cerita adiknya .

"Iya, tapi bentar kakak ganti baju dulu ." Devi melanjutkan langkahnya menuju kamarnya . Sinta menunggu kakaknya duduk di kursi ruang tamu . Tak lama Devi keluar dari kamarnya . "Sin, kamu mau cerita apa kok nunggu kakak pulang Sampai malam gini ?" Devi memeluk tubuh adiknya .

"Aku tau kakak pasti capek , tapi aku harus cerita."

"Nggak papa, kakak pasti dengerin cerita kamu kok." Devi mengecup kening Sinta dan mengelus rambutnya yang terurai . "Kak, ayo cepetan kita pindah ke rumah nenek , aku udah gak kuat, kak." Keluh Sinta sambil meneteskan air mata .

"Iya nanti kakak bicara sama nenek , tapi sekarang kamu ceritakan dulu apa yang membuat adik ku tersayang ini menangis ." Devi terus memeluk hangat adik satu-satunya itu . "Tadi Ranti sama Sindy itu nyembunyiin buku PR matematika aku, jadi aku gak bisa ngumpulin PR-nya ."

Devi melepas pelukannya dan berganti memegang kedua tangan Sinta "Terus gimana PR kamu ?" Sinta mengambil sepucuk surat di meja dan memberikannya pada Devi . "Ini titipan dari guru matematika aku , kak ."

"Ini surat apa ?" tanya Devi dengan membuka tekukan kertas itu . "Surat panggilan orang tua."

Devi berulang kali membaca surat panggilan itu , tapi tetap saja tak berubah isinya . "Mungkin kakak nggak bisa Dateng ke sekolah kamu besok." Sinta menggelengkan kepalanya "Nggak kak , besok harus kakak sendiri yang ke sekolah ."

"Tadi guru matematika aku juga titip pesan agar kakak langsung yang ke sekolah bukan paman Ardi lagi." Sinta mengucapkan Kalimatnya dengan berat . "Baiklah, besok kakak usahakan dateng ke sekolah kamu ."

"Ini udah malam ayo cepetan tidur besok kan harus sekolah." ujar Devi tapi Sinta malah menaruh kepalanya di pangkuan Devi "Aku mau tidur di pangkuan kakak aja , sekalian kakak nyanyi ya," pinta Sinta.

Devi juga tak tega menolak permintaan adik kesayangannya itu "Iya kakak nyanyiin tapi kamu harus tidur ya !" lanjut Devi bernyanyi menyenandungkan lagu kesukaan adiknya . Devi terus melanjutkan lagunya meski Sinta telah tertidur dipangkunya , Devi memang sangat menyayangi adiknya itu .

Sejak ayahnya meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan di tengah perjalanan saat akan menghadiri pernikahan adiknya. Devi harus menanggung resiko menjadi tulang punggung keluarga karena ibunya juga lumpuh setelah kecelakaan itu .

Setelah Sinta tertidur pulas ia pergi ke kamarnya untuk mengambil selimut dan kembali tidur bersama adiknya di kursi ruang tamu , semalaman penuh keduanya tidur disana .

Sebelum adiknya terbangun Devi telah beranjak ke dapur memasakan sarapan untuk adik dan ibunya yang kini lumpuh . Mereka hidup dari jerih payah Devi yang bekerja di industri kue rumahan . Ia masih cukup beruntung karena sekolah adiknya itu sudah ditanggung orang yang menabrak ayahnya .

Sinta terbangun dan segera menyiapkan kebutuhan sekolahnya nanti , sambil melihat jadwal pelajaran yang terpasang di dinding kamarnya ia memasukkan beberapa buku . Hari ini adalah hari yang paling Sinta takuti karena di hari ini ada pelajaran olahraga .

Memang untuk sebagian besar siswa pelajaran olahraga sangat menyenangkan tapi tidak bagi Sinta . Ia pasti dibully saat jam olahraga karena tanda lahir yang berada di pergelangan tangan kirinya itu . Tanda lahir itu biasanya ia sembunyikan dengan jam tangan dan saat jam olahraga ia harus melepasnya .

Setelah menyiapkan keperluannya Sinta lanjut mandi dan juga membersihkan ibunya . Biasanya Sinta sarapan sambil menyuapi ibunya tapi kali ini kakaknya yang menyuapi ibunya . "Langsung sarapan aja dek , ibu biar kakak yang suapin ." Ucap Devi melihat adiknya mendekati meja makan .

"Kakak bukannya kerja pagi ?" Tanya Sinta .

"Kamu lupa ya ?, kan hari ini kakak harus ke sekolah kamu dulu , jadi kakak ijin masuk agak siang ."

"Terima kasih kak , udah mau bantu aku,...aku sayang banget sama kakak ." Sinta merangkul kakaknya yang tingginya tak jauh berbeda .

Karena tidak menyuapi ibunya, hari ini Sinta bisa berangkat lebih pagi dari biasanya . Tak mau hal kemarin terulang lagi Sinta tak langsung masuk ke kelasnya tapi ia pergi ke lorong berisi barisan loker siswa .

Dia mengeluarkan sebagian isi tasnya dan lanjut masuk kelasnya seperti biasa . Baru sampai di dekat mejanya suara sumbangan telah keluar dari mulut mereka . "wihh, tumben nih masuk pagi." sindir sindy dari depan pintu .

Tak ketinggalan Ranti mendekat dan membisikkan sebuah kalimat yang membuat Sinta marah "Udah gak ada yang disuapin ya." Tanpa melihat ke arah Ranti , Sinta mengayunkan sikunya tepat di dada Ranti .

Seketika itu Ranti jatuh tersungkur sambil memegangi dadanya yang dihantam siku Sinta . "Apa-apaan sih Lo Sin , kalo kenapa-napa gimana ?, lo mau tanggung jawab ?" bentak sindy dari jauh sambil menghampiri sahabatnya itu .

Sinta tak memperdulikan keduanya ia tetap berjalan menuju mejanya . Ranti yang masih merintih kesakitan dibawa beberapa orang temannya ke UKS .

Masalah tak berhenti disitu , Clara yang ikut mengantarkan Ranti ke UKS kembali dan mendekat ke arah Sinta . "Dipanggil Bu Prih suruh ke UKS sekarang !" ucap Clara pelan agar yang lain tak mendengar. "Aku ?, sekarang ?" Sinta tampak gugup . "Iya buruan ."

Sinta terus memaksa otaknya berfikir keras untuk menemukan alasan agar tidak dihukum . Beberapa langkah sebelum sampai di UKS suara sumbang Sindy telah bergema di ruangan itu .

"Tadi itu aku lihat sendiri Bu , Sinta sengaja menyikut ranti yang berjalan di belakangnya ." sindy telah merubah faktanya . Entah mengapa sejak awal masuk sekolah itu Sindy dan Ranty sudah membencinya .

Tok...tok..tok...

Sinta mengetuk pintu itu pelan dan berirama . Tanpa mengucap sepatah kata pun Bu Prih berdiri dengan wajah merah padam tampak sekali masuk dalam kebohongan Sindy .

"Duduk !, benar kamu menyikut Ranti ?" tanya Bu Prih yang berdiri di belakang Sinta .

"Enggak Bu." jawab Sinta lirih . Belum puas dengan Jawaban Sinta Bu Prih memukul meja di depannya dengan keras .

"Kalo ditanya itu jawab jangan nunduk aja !"

"Enggak Bu." kembali Sinta mengulanginya agak keras . "Apa ?, Ibu masih belum dengar !" Bu Prih mendekatkan telinganya disamping wajah Sinta . "Udah Bu gak usah ditanya lagi , kan udah jelas dia pelakunya langsung hukum aj ." Sindy ikut membakar emosi Bu Prih .

"Kamu itu maunya apa ?, suruh buat PR gak mau ,akur sama teman aja gak bisa ."

"Ibu udah capek tiap hari kamu terus yang buat kesalahan , sampai malu Ibu tiap hari selalu ada laporan kamu buat kesalahan ." Bu Prih yang juga wali kelasnya itu mengeluarkan semua emosinya pada Sinta .

Terpopuler

Comments

Ananda Trizna

Ananda Trizna

mulai mengikuti ..ceritamu bagus thor

2022-03-16

2

Dhina ♑

Dhina ♑

Salam kenal Rantu

2021-06-06

2

Rosni Lim

Rosni Lim

Semangat

2021-05-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!