HUKUMAN

Setelah puas mengeluarkan semua emosinya Bu Prih akhirnya memberikan hukuman yang berat pada Sinta . Sinta di skors selama dua minggu, padahal tiga bulan lagi ia harus ikut ujian kelulusan . Bu Prih sudah berada di puncak kemarahannya hingga memberikan hukuman itu pada Sinta .

Tapi ia masih di izinkan untuk tetap melangkah sekolah hari ini . Sinta tak bisa berbuat apa-apa selain tertunduk dan menangis . "Cengeng banget, udah salah dihukum nangis lagi ." Sela Sindy ditengah pembicaraan mereka .

"Awas kalo kakak kamu nanti nggak Dateng !" Ancam Bu Prih . Dengan tersedu-sedu Sinta hanya bisa mengangguk . "Kamu selesain dulu nangisnya baru masuk kelas ." Ujar Bu Prih sambil meninggalkan ruangan sempit itu .

"Syukurin , siapa suruh berani sama kita orang miskin aja sekolah disini ." Ucap Sindy tepat di depan muka Sinta . Saat Sinta hendak keluar dari ruangan itu tangan Sindy telah mendorong kepala Sinta ke dinding .

"Aduh ," Sinta merintih sembari memegangi kepalanya . "Itu buat kamu , biar tau apa yang Ranty rasakan saat ini ," timpal Sindy setelah itu .

Meski sedikit pusing Sinta melanjutkan langkahnya menuju toilet , tapi alangkah kagetnya Sinta saat mendapati darah keluar dari kepalanya . "Keluar darah ," belum sampai Sinta menyelesaikan ucapannya ia telah jatuh tersungkur dilantai toilet .

Karena saat itu tepat saat jam masuk kelas , keadaan sangat sepi tidak ada satu siswi pun disana . Hingga lebih dari satu jam , akhirnya dua orang siswi yang menemukannya tergeletak di lantai toilet .

"Aku tunggu disini aja ya ," ucap salah satu siswi yang menunggu diluar . Lainnya masuk tanpa rasa curiga , tiba-tiba menemukan Sinta tergeletak di sana . Tanpa aba-aba dia berteriak keras mengundang temannya ikut masuk .

"Ada apa teriak-teriak ?" tanya dia sambil tergesa-gesa . Sambil menutup mulutnya ia menunjuk ke arah cermin yang terpampang di dinding . "Ada apa ?, maksud kamu apa nunjuk cermin ?" tanya satunya .

Dia tak berbicara sepatah katapun sambil menurunkan tangannya sampai tepat menunjuk ke arah ke tubuh Sinta . Meski juga kaget ia segera berlari keluar dan mencari bantuan .

Sementara itu , Devi telah sampai di sekolah. menghadiri surat panggilan orang tua itu . "Jadi bagaimana solusinya Bu ?" Devi berharap hukuman yang diberikan pada adiknya dapat di kurangi .

"Ini memang keputusan yang sulit , tapi harus kami lakukan karena ulah adik Anda bisa membahayakan orang lain ," Bu Prih menunjukkan alasannya memberikan hukuman itu .

"Apa tidak ada cara lain agar adik saya tetap bisa mengikuti pelajaran Bu , tiga bulan lagi ujian kelulusan ," Devi masih memperjuangkan nasib adiknya . "Begini saja , Saya akan menghubungi orang tua Ranti untuk ikut berunding bersama ." Bu Prih berdiri mengambil berkas berisi nomor telepon orang tua siswanya .

"Bagaimana Bu , orang tua Ranti bisa ikut berunding ? ," tanya Devi was-was karena ia tahu sebagai besar orang tua siswa disini adalah pengusaha yang pastinya sangat sibuk .

Ayahnya lah yang memasukkan Sinta ke sekolah elit ini , dulu ayahnya juga pengusaha tapi sejak kecelakaan itu harta mereka habis untuk menyelamatkan nyawa ibu dan ayahnya . Devi juga harus rela gagal meraih gelar sarjana meski sudah di depan mata karena harus menjadi tulang punggung keluarga.

Sejak Ayahnya meninggal suara sumbang teman-teman Sinta menggema di sekitar mereka . Jika bukan karena dibiayai orang yang menabrak kedua orang tuanya. Sinta pasti sudah pindah ke rumah neneknya , karena tak kuat membayar uang bulanan sekolah itu yang amat mahal .

Beruntung ibu Ranti sedang berada di Indonesia dan tidak sedang sibuk sehingga bisa datang kesana .

"Ada apa Bu , kok saya harus kesini ." tanya ibu Ranti yang belum mengetahui keadaan anaknya . "Mari ikut saya ," Bu Prih mengajak kedua tamunya itu ke ruang UKS .

"Kenapa kamu nak ?, kenapa nggak langsung telpon mama aja ," ibu Ranti terlihat cemas melihat anaknya terbaring di ranjang UKS . Tanpa banyak bicara Ranti menunjukan bekas luka memar di dadanya .

"Kamu jatuh ?, atau ada yang berani nyakitin kamu ?" ucap ibu Ranti sambil membelai rambut anaknya . Dengan suara yang lirih Ranti menyebut nama Sinta .

Sontak ibu Ranti marah dan mencari Sinta .

"Siapa Sinta ?, berani sekali menyakiti anak kesayangan ku ini ," suara ibu Ranti bergema keras di ruangan itu .

"Tenang dulu Bu , mari ke ruangan saya ." Ajak Bu Prih . Sampai di ruang Bu Prih, emosi ibu Ranti kembali meledak-ledak . "Siapa Sinta berani sekali menyakiti anak ku ."

"Adik saya Bu ," jawab Devi lirih namun bisa membuatnya diam . "Adik kamu bilangin ya jangan berani-berani berurusan dengan anak saya ," dia berbicara lantang di depan muka Devi , tapi Devi hanya diam mendengarkan semua omelan ibu Ranti .

"Sabar dulu Bu, silahkan duduk kembali ." Bu Prih mencoba menenangkan tamunya itu . Untungnya ia bisa menahan emosinya sebentar , "Udah gak bisa sabar kalo urusan anak Bu ," ibu Ranti mengeluarkan ponsel dari tasnya "Hallo ,sekarang ke sekolah Ranti ." Ternyata ibu Ranti menelepon sopirnya yang biasa mengantar jemput Ranti .

"Jadi saya mengundang ibu kesini untuk membahas tentang Sinta ," belum selesai Bu Prih berbicara telah disela ibu Ranti "Harus ganti rugi , berani-beraninya menyakiti anak saya satu-satunya ."

Emosi ibu Ranti kembali naik saat mendengar nama Sinta . "Gimanapun juga dia harus mengganti biaya pengobatan anak saya ." Tanpa menunggu di diberi waktu untuk bicara Devi telah menyambut ucapan ibu Ranti "Baik , saya bersedia membayar ganti rugi pengobatan anak ibu ."

"Oke , ini sopir saya sedang menuju sini untuk mengantarkan Ranti ke rumah sakit ." Ibu Ranti menyetujui ucapan Devi . "Karena sudah ada kesepakatan dengan orang tua Ranti maka saya berani mengurangi hukuman Sinta ."

Dengan wajah agak lega Devi menyahuti ucapan Bu Prih , "Terima kasih Bu , setidaknya Sinta tidak ketinggalan pelajaran apalagi tiga bulan lagi ujian ." Ibu Ranti berdiri dari kursinya , "Sopir saya udah Sampai , saya mau bawa anak saya ke rumah sakit."

Tepat saat ibu Ranti baru saja meninggalkan ruangan Bu Prih , seorang siswa masuk dengan wajah cemas .

"Maaf Bu , itu...jatuh di toilet ," siswa itu tampak gugup hingga bicaranya saja tak jelas . "Pelan-pelan, siapa yang jatuh di toilet ?" jawab Bu Prih . "Sinta, kepalanya berdarah ." Kalimat siswa itu membuat Devi yang sudah mulai lega kembali ketakutan apalagi mendengar jika kepala adiknya sampai berdarah .

Devi dan Bu Prih mengikuti langkah siswa itu sampai ke toilet wanita , disana sudah ada beberapa anak yang berkerumun . "Itu Bu Sinta ,Dita sama Ririn Bu yang nemuin tadi ." Jelas siswa itu pada Bu Prih .

"Mana mereka , ibu mau bicara dengan mereka." Bu Prih pergi mencari keduanya . Sedangkan Sinta telah dibawa ke UKS untuk melihat sementara apakah luka di kepala Sinta .

Beberapa saat diperiksa petugas UKS Sinta akhirnya dibawa ke rumah sakit karena luka di kepalanya mengeluarkan banyak darah .

Terpopuler

Comments

Dina (ig : dinaezyu)

Dina (ig : dinaezyu)

aku mampir nih

2020-12-25

1

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

kasihan Sinta

2020-11-27

1

Ratri (ig:mahesti_ratri)

Ratri (ig:mahesti_ratri)

kasian sinta yang malang😭

2020-11-12

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!