PERKEMBANGAN KASUS

"Polisi telah berhasil membuat sketsa wajah salah seorang gadis yang bersama kedua korban saat sedang berkumpul di kafe sebelum kejadian pembunuhan terjadi." Tulis berita online resmi kota tempat tinggalnya .

Di halaman selanjutnya terpampang sketsa wajah seorang gadis , namun sketsa itu tak mirip sama sekali dengan Sinta . Malah sketsa itu lebih mirip dengan temannya di sekolah daripada dia .

"Bodoh!!, Siapa yang menggambar ini ?" Sinta tertawa pelan menanggapi berita terbaru tentang kasus ini . "Saat ini pihak kepolisian telah bergerak mencari gadis tersebut , dia adalah orang terakhir yang dekat dengan kedua korban oleh karena itu keterangan darinya adalah kunci kasus pembunuhan di dekat taman kota."

"Benarkan kata ku waktu itu ?" Dara tersenyum lebar . "Alah...,cerewet banget." Ujar Sinta ketus , "katanya mau bantu malah gak balik-balik dasar setan...!" Lanjut Sinta kepada keduanya . "untung aku bisa mengatasi Anni dan Rita."

Bukannya marah Dara dan Rara malah tertawa , "kau tau mengapa sketsa wajah itu bisa jauh berbeda dengan kamu ?" Sinta hanya bisa mengangkat bahunya dan menggeleng . "Waktu itu aku membuat pandangan pelayan itu kabur jadi wajahmu tak mungkin bisa di hafal." Dengan bangga dara menunjukkan kontribusi dirinya .

"Berdua...?, Masa ngurus satu orang saja berdua." Sinta meremehkan keduanya , "tidak !! , Aku mengatur agar pengemudi truk yang menabraknya tak sadar jika melindas sesuatu." Sinta sekarang mengerti mereka cukup berguna untuk menghilangkan jejak . "Lumayan juga...tapi kenapa nggak bilang dulu jadi aku gak panik ?" Sinta masih belum bisa menerima alasan yang mereka buat .

"Sudahlah , percuma kalian menjelaskan padaku aku akan tetap membenci mu . Karena kalian Rita menjadi korbannya dan Anni teman terbaik yang pernah aku temui." Omel Sinta yang membuat mereka terpojok .

"Setidaknya kau perlu tau tentang sketsa itu kan ?" Dara memulai topik baru , "apalagi ? , Aku sudah aman buat apa aku mengurusnya ." Sinta tampak lebih tegas dan jutek setelah perdebatan tadi . "Seharusnya kau tanya mengapa pelayan itu sampai membuat sketsa wajah dengan asal-asalan sinta !!"

"Mengapa...?"

"Karena ayah Anni memaksanya untuk menggambar sketsa wajah mu , dan inilah hasilnya asal-asalan." Rara mengambil alih topik ini untuk menjelaskan , "tuan andilah Smith ?"

"Ya , bahkan dia mau mengeluarkan banyak uang untuk kasus ini , dia tak main-main untuk menangkap mu." Rara sangat menguasai materi yang sedang ia bicarakan , "darimana kalian mengetahui berita ini padahal tak ada berita yang mengangkat materi ini."

"Kau beruntung memiliki dirimu yang lain ganda alias kembar." Mereka selalu membuat Sinta penasaran dengan kalimat yang terputus seperti itu . "Maksud mu ? , Keberuntungan jika ocehan kalian ini tidak akan bisa hilang dari telinga ku ."

"Tenang kawan , keberuntungan mu adalah disaat yang sama salah satu dari kami bisa pergi kemana saja termasuk menyaksikan polisi itu menyiksa pelayan itu hingga ia mau menggambar sketsa itu." Dara kembali mengambil alih . "Disiksa ? , Dia tak punya urusan secuil pun tetapi disiksa ?." Sinta keheranan dengan fakta itu .

"Tuan andilah Smith yang memaksa polisi agar cepat menemukan gadis misterius itu , dan polisi berkali kali memukul dan menjambak pelayan itu." Dara Kembali melanjutkan ceritanya . "Dan harusnya kau mengulik keluarga Anni lebih dalam Sinta !!, Banyak kasus yang hilang tentang keluarga itu." Rara ikut bicara dan ambil bagian .