Setibanya di rumah , kakaknya telah berada di rumah .
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam...langsung makan ya dek ." Sinta terkejut bukan ibunya yang menjawab tapi kakaknya .
"Lho kak , kok udah pulang ? ." Tanya Sinta sembari melempar tasnya ke meja belajar .
"Sebenarnya kakak itu udah nggak kerja , sin," balas Devi "Kok kakak nggak pernah bilang sih kalo udah nggak kerja ," Devi melanjutkan menyuapi ibunya yang lumpuh itu . "Kakak mau kamu cuma fokus sekolah."
"Oh iya kak , ini tadi Ranti titip sama aku ." Sinta menunjukkan secarik kertas yang didapatnya dari Ranti tadi pagi . Deg... Devi baru ingat ia janji mengganti biaya pengobatan Ranti . "Oh iya, kenapa aku bisa lupa." Devi mengernyitkan keningnya .
"Apa itu sin ?" Devi berusaha menyembunyikan itu "Aku lihat tadi sih ceklist pengobatan Ranti ," jawab Sinta polos . "Emang ada apa sih kak , kok suruh dikasih ke kakak ?"
"Nggak apa-apa , kamu langsung makan aja ." Devi tak mau adiknya tahu tentang janjinya . "Ih kakak...Ayo dong kasih tau ," Paksa Sinta .
"Makan dulu ! ," Devi menekan kalimatnya . "Tapi kakak harus janji ya !" Sinta tak mau mundur soal itu . Tapi Devi tak menanggapinya . "Oke.. berarti kakak udah setuju ." Sinta lanjut makan siang .
Hingga sore Devi menghindari adiknya agar tak harus mengatakan yang sebenarnya . Mungkin hari itu Sinta lupa karena sibuk dengan tugas sekolahnya , tapi saat menikmati rembulan yang tengah bulat sempurna tiba-tiba Sinta duduk disampingnya .
"Kakak udah janji lho...," sambil menaruh dagunya di bahu Devi . "Kamu beneran mau tau ?" Devi menatap adiknya serius . "Beneran dong , masa sama adik sendiri main rahasia-rahasiaan ," Sinta tetap yakin dia kuat .
"Itu sebenarnya ," Devi tak melanjutkan kalimatnya . "Lanjut kak , masa cuma segitu sih ." Devi menarik nafasnya panjang "Kakak janji sama ibunya Ranti kalo mau mengganti biaya pengobatan Ranti yang kamu sikut itu ." Devi melepas semua nafasnya .
Sinta terlihat baik-baik saja tapi saat hendak memejamkan matanya ia seperti merangkum semua hal yang ia lalui seharian ini . "Sebenarnya apa sih salah ku ? , Mereka tega melakukan itu." Gumam Sinta mengingat saat Ranti dan sindy saat menarik rambutnya .
"Ibu kini semakin parah ,kakak udah nggak kerja , terus aku sekarang juga jadi beban." Pikiran itu muncul begitu saja saat ia mengingat kejadian tadi siang . Entah apa yang merasukinya tiba-tiba ia terbangun dan itu adalah mimpi .
"Oh mimpi...," ucap Sinta lirih saat terbangun dari mimpinya . "Udah ah tidur lagi aja...," Sinta menganggap mimpinya adalah mimpi biasa , tapi ia tak bisa melakukannya . Otaknya terus mengulik mimpi itu hingga jauh . "Udah jam satu ( menarik selimut sambil melihat ke arah jam ) ayo dong tidur ." Batin Sinta .
Tiba-tiba ia terfikir untuk bunuh diri , "bunuh diri..!! , Mungkin itu bisa mengurangi beban kakak," Kata hati Sinta. "Tapi bagaimana dengan ibu jika tau aku meninggal ? , Ibu pasti sangat sedih ."
Tanpa ia sadari setan itu telah masuk terlalu dalam pada dirinya . "Yang penting aku bisa mengurangi beban kakak dan yang paling penting tak berurusan dengan kedua anak itu." ucap Sinta sambil melempar selimut yang menutupi seluruh tubuhnya .
Sinta mencari tali di laci meja belajarnya , "Mana sih tali kemarin." setelah menemukannya ia langsung membuat simpul tali di balik pintu kamarnya .
Meski amat kesakitan Sinta tak bisa mengontrol tubuhnya itu , setan di dalam tubuhnya berhasil menguasai jiwa Sinta . Di saat itu ia seperti bertemu ayahnya kembali .
Di sana ayahnya masih seperti kemarin , tetap diam tetapi ayahnya berjalan gontai ke arah anak bungsunya itu . Membisikkan satu kata yang membuat Sinta terdiam di sana . "Balas...," hanya satu kata tapi Sinta tak sempat menanyakan maksud ayahnya itu .
Ayahnya menghilang , dan ia seperti melihat kecelakaan ayahnya lima tahun lalu padahal sebelumnya tak ada satu pun yang menceritakan kecelakaan itu secara detail . Tapi disana ia tahu jika kecelakaan itu bukan seperti kejadian biasa .
Taksi itu tak akan menabrak mobil yang dikendarai ayahnya jika tidak sedang menghindari seorang gadis kecil , usianya sekitar tiga belas tahun yang tiba-tiba menyebrang jalan . Gadis kecil itu berambut lurus nan menjuntai dibawah pinggangnya .
Tanpa ada orang yang tahu jika dia penyebab kecelakaan itu , dia dengan cepat berlari ke arah mobil merah tak jauh di sana . Mobil itu langsung tancap gas tanpa peduli nasib taksi dan mobil yang ditabraknya .
Disaat Sinta sudah diambang batas antara hidup dan mati , kakaknya berhasil mendobrak pintu kamar Sinta . Devi curiga karena mendengar suara ribut saat Sinta mencoba bunuh diri . Sehingga ia memutuskan untuk masuk sayangnya pintu itu terganjal tubuh Sinta .
Berkali-kali mencoba mendobrak akhirnya ia bisa masuk , melihat apa yang mengganjal di balik pintu Devi amat terkejut , "Astaghfirullah...," teriaknya kencang , tapi segera ia mencari alat untuk memutus tali di leher adiknya .
"Aduh...gimana ini ga ada pisau ," ucap Devi gundah penuh kepanikan . Beruntung di atas rak buku adiknya ada sebuah gunting kecil , "Ini ada gunting , gak papa kecil yang penting nyawa Sinta selamat."
Dengan deru air mata Devi terus mencoba memutus tali di leher adiknya hingga akhirnya Sinta jatuh lemas dilantai kamar . Meski dirundung kepanikan yang luar biasa Devi mencoba tetap tenang , ia meraba denyut nadi Sinta .
"Alhamdulillah...,masih ada nadinya ." Lanjut ia mendekatkan telinganya di dada adiknya .
"Masih...masih ada." ujar Devi agak lega .
Tanpa pikir panjang Devi segera membawa Sinta ke rumah sakit .
Saking lelahnya menangis Devi tertidur di samping ranjang adiknya , tiba-tiba Sinta berteriak keras "Ayah...,ayah kemana ?" sambil bergerak liar . Devi memanggil perawat karena takut adiknya kenapa-napa .
Karena Sinta terus bergerak liar para perawat mengikat kaki dan tangannya . Lanjut memberi suntikan bius agar Sinta bisa kembali tenang . "Tenang mbak...,adiknya gak papa , mbaknya banyakin doa ya ." Ucap salah satu perawat menenangkan Devi .
Meski hanya bisa menangis Devi berusaha tetap tenang , mengangguk dan mengikuti saran perawat . " Ya udah mbak kami kembali dulu , kalo ada apa-apa panggil saja kami ." Dengan menyeka air matanya ia tetap diam dan memandang adiknya .
Sembari mengingat apa yang menjadi alasan adiknya sampai mencoba bunuh diri , Devi teringat satu hal yang pernah Sinta tanyakan selama ini yaitu kado sepatu dari ayahnya itu .
Karena hingga pagi Sinta belum kembali sadar Devi memutuskan pulang mengurus ibunya , dan berniat menanyakan tentang kado itu . "Dek...,kakak pulang dulu mau ngurus ibu ." Bisik Devi sambil mengecup kening Sinta sebelum pergi .
Belum sempat mengucap sepatah kata pun Devi telah mendapat pertanyaan yang tak ia sangka , "Kak , adek mana ?" Tanya ibunya saat Devi baru membuka pintu .
"Anu...,adek lagi karya wisata." Balas Devi berbohong agar ibunya tak sedih . "Kapan berangkatnya kok nggak pamit sama ibu ?"
"Tadi malam...,adek gak pamit karena udah telat jadi langsung berangkat ." Bohong Devi lagi sambil menyiapkan sarapan bagi ibunya .
"Tadi malam ibu dengar kayak ada yang gedor-gedor pintu di kamar adek , itu siapa ?" Tanya ibunya dari tempat tidurnya . "Aduh...,alasan apa lagi ya tuhan." Devi kebingungan . "Itu aku bangunin adek...," ✓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
👑Meylani Putri Putti
keren, kamu berbakat 💪💪💪 salut
2021-05-20
1
Miels Ku
mampir
2021-01-03
1
Atika Mustika
kreeennn thor...
2020-12-31
1