BUNUH DIRI

Setibanya di rumah , kakaknya telah berada di rumah .

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam...langsung makan ya dek ." Sinta terkejut bukan ibunya yang menjawab tapi kakaknya .

"Lho kak , kok udah pulang ? ." Tanya Sinta sembari melempar tasnya ke meja belajar .

"Sebenarnya kakak itu udah nggak kerja , sin," balas Devi "Kok kakak nggak pernah bilang sih kalo udah nggak kerja ," Devi melanjutkan menyuapi ibunya yang lumpuh itu . "Kakak mau kamu cuma fokus sekolah."

"Oh iya kak , ini tadi Ranti titip sama aku ." Sinta menunjukkan secarik kertas yang didapatnya dari Ranti tadi pagi . Deg... Devi baru ingat ia janji mengganti biaya pengobatan Ranti . "Oh iya, kenapa aku bisa lupa." Devi mengernyitkan keningnya .

"Apa itu sin ?" Devi berusaha menyembunyikan itu "Aku lihat tadi sih ceklist pengobatan Ranti ," jawab Sinta polos . "Emang ada apa sih kak , kok suruh dikasih ke kakak ?"

"Nggak apa-apa , kamu langsung makan aja ." Devi tak mau adiknya tahu tentang janjinya . "Ih kakak...Ayo dong kasih tau ," Paksa Sinta .

"Makan dulu ! ," Devi menekan kalimatnya . "Tapi kakak harus janji ya !" Sinta tak mau mundur soal itu . Tapi Devi tak menanggapinya . "Oke.. berarti kakak udah setuju ." Sinta lanjut makan siang .

Hingga sore Devi menghindari adiknya agar tak harus mengatakan yang sebenarnya . Mungkin hari itu Sinta lupa karena sibuk dengan tugas sekolahnya , tapi saat menikmati rembulan yang tengah bulat sempurna tiba-tiba Sinta duduk disampingnya .

"Kakak udah janji lho...," sambil menaruh dagunya di bahu Devi . "Kamu beneran mau tau ?" Devi menatap adiknya serius . "Beneran dong , masa sama adik sendiri main rahasia-rahasiaan ," Sinta tetap yakin dia kuat .

"Itu sebenarnya ," Devi tak melanjutkan kalimatnya . "Lanjut kak , masa cuma segitu sih ." Devi menarik nafasnya panjang "Kakak janji sama ibunya Ranti kalo mau mengganti biaya pengobatan Ranti yang kamu sikut itu ." Devi melepas semua nafasnya .

Sinta terlihat baik-baik saja tapi saat hendak memejamkan matanya ia seperti merangkum semua hal yang ia lalui seharian ini . "Sebenarnya apa sih salah ku ? , Mereka tega melakukan itu." Gumam Sinta mengingat saat Ranti dan sindy saat menarik rambutnya .

"Ibu kini semakin parah ,kakak udah nggak kerja , terus aku sekarang juga jadi beban." Pikiran itu muncul begitu saja saat ia mengingat kejadian tadi siang . Entah apa yang merasukinya tiba-tiba ia terbangun dan itu adalah mimpi .

"Oh mimpi...," ucap Sinta lirih saat terbangun dari mimpinya . "Udah ah tidur lagi aja...," Sinta menganggap mimpinya adalah mimpi biasa , tapi ia tak bisa melakukannya . Otaknya terus mengulik mimpi itu hingga jauh . "Udah jam satu ( menarik selimut sambil melihat ke arah jam ) ayo dong tidur ." Batin Sinta .

Tiba-tiba ia terfikir untuk bunuh diri , "bunuh diri..!! , Mungkin itu bisa mengurangi beban kakak," Kata hati Sinta. "Tapi bagaimana dengan ibu jika tau aku meninggal ? , Ibu pasti sangat sedih ."

Tanpa ia sadari setan itu telah masuk terlalu dalam pada dirinya . "Yang penting aku bisa mengurangi beban kakak dan yang paling penting tak berurusan dengan kedua anak itu." ucap Sinta sambil melempar selimut yang menutupi seluruh tubuhnya .

Sinta mencari tali di laci meja belajarnya , "Mana sih tali kemarin." setelah menemukannya ia langsung membuat simpul tali di balik pintu kamarnya .

Meski amat kesakitan Sinta tak bisa mengontrol tubuhnya itu , setan di dalam tubuhnya berhasil menguasai jiwa Sinta . Di saat itu ia seperti bertemu ayahnya kembali .

Di sana ayahnya masih seperti kemarin , tetap diam tetapi ayahnya berjalan gontai ke arah anak bungsunya itu . Membisikkan satu kata yang membuat Sinta terdiam di sana . "Balas...," hanya satu kata tapi Sinta tak sempat menanyakan maksud ayahnya itu .

Ayahnya menghilang , dan ia seperti melihat kecelakaan ayahnya lima tahun lalu padahal sebelumnya tak ada satu pun yang menceritakan kecelakaan itu secara detail . Tapi disana ia tahu jika kecelakaan itu bukan seperti kejadian biasa .

Taksi itu tak akan menabrak mobil yang dikendarai ayahnya jika tidak sedang menghindari seorang gadis kecil , usianya sekitar tiga belas tahun yang tiba-tiba menyebrang jalan . Gadis kecil itu berambut lurus nan menjuntai dibawah pinggangnya .

Tanpa ada orang yang tahu jika dia penyebab kecelakaan itu , dia dengan cepat berlari ke arah mobil merah tak jauh di sana . Mobil itu langsung tancap gas tanpa peduli nasib taksi dan mobil yang ditabraknya .

Disaat Sinta sudah diambang batas antara hidup dan mati , kakaknya berhasil mendobrak pintu kamar Sinta . Devi curiga karena mendengar suara ribut saat Sinta mencoba bunuh diri . Sehingga ia memutuskan untuk masuk sayangnya pintu itu terganjal tubuh Sinta .

Berkali-kali mencoba mendobrak akhirnya ia bisa masuk , melihat apa yang mengganjal di balik pintu Devi amat terkejut , "Astaghfirullah...," teriaknya kencang , tapi segera ia mencari alat untuk memutus tali di leher adiknya .

"Aduh...gimana ini ga ada pisau ," ucap Devi gundah penuh kepanikan . Beruntung di atas rak buku adiknya ada sebuah gunting kecil , "Ini ada gunting , gak papa kecil yang penting nyawa Sinta selamat."

Dengan deru air mata Devi terus mencoba memutus tali di leher adiknya hingga akhirnya Sinta jatuh lemas dilantai kamar . Meski dirundung kepanikan yang luar biasa Devi mencoba tetap tenang , ia meraba denyut nadi Sinta .

"Alhamdulillah...,masih ada nadinya ." Lanjut ia mendekatkan telinganya di dada adiknya .

"Masih...masih ada." ujar Devi agak lega .

Tanpa pikir panjang Devi segera membawa Sinta ke rumah sakit .

Saking lelahnya menangis Devi tertidur di samping ranjang adiknya , tiba-tiba Sinta berteriak keras "Ayah...,ayah kemana ?" sambil bergerak liar . Devi memanggil perawat karena takut adiknya kenapa-napa .

Karena Sinta terus bergerak liar para perawat mengikat kaki dan tangannya . Lanjut memberi suntikan bius agar Sinta bisa kembali tenang . "Tenang mbak...,adiknya gak papa , mbaknya banyakin doa ya ." Ucap salah satu perawat menenangkan Devi .

Meski hanya bisa menangis Devi berusaha tetap tenang , mengangguk dan mengikuti saran perawat . " Ya udah mbak kami kembali dulu , kalo ada apa-apa panggil saja kami ." Dengan menyeka air matanya ia tetap diam dan memandang adiknya .

Sembari mengingat apa yang menjadi alasan adiknya sampai mencoba bunuh diri , Devi teringat satu hal yang pernah Sinta tanyakan selama ini yaitu kado sepatu dari ayahnya itu .

Karena hingga pagi Sinta belum kembali sadar Devi memutuskan pulang mengurus ibunya , dan berniat menanyakan tentang kado itu . "Dek...,kakak pulang dulu mau ngurus ibu ." Bisik Devi sambil mengecup kening Sinta sebelum pergi .

Belum sempat mengucap sepatah kata pun Devi telah mendapat pertanyaan yang tak ia sangka , "Kak , adek mana ?" Tanya ibunya saat Devi baru membuka pintu .

"Anu...,adek lagi karya wisata." Balas Devi berbohong agar ibunya tak sedih . "Kapan berangkatnya kok nggak pamit sama ibu ?"

"Tadi malam...,adek gak pamit karena udah telat jadi langsung berangkat ." Bohong Devi lagi sambil menyiapkan sarapan bagi ibunya .

"Tadi malam ibu dengar kayak ada yang gedor-gedor pintu di kamar adek , itu siapa ?" Tanya ibunya dari tempat tidurnya . "Aduh...,alasan apa lagi ya tuhan." Devi kebingungan . "Itu aku bangunin adek...," ✓

Terpopuler

Comments

👑Meylani Putri Putti

👑Meylani Putri Putti

keren, kamu berbakat 💪💪💪 salut

2021-05-20

1

Miels Ku

Miels Ku

mampir

2021-01-03

1

Atika Mustika

Atika Mustika

kreeennn thor...

2020-12-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!