*Di kediaman Shofi.
Yanti antusias mempersiapkan segala keperluan untuk nanti malam. Ia juga memberitahukan kepada Bram dan seluruh anggota keluarganya agar pulang cepat.
"Assalamu'alaikum, Ma" ucap Bram dan Eri menghampiri Yanti.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah" ucap Yanti mencium punggung tangan Bram. Dan pun Eri mencium kedua pipi Yanti.
"Ma, ada apa ini?" tanya Bram bingung melihat makanan yang sudah tersaji begitu banyak di atas meja.
"Malam ini keluarga Mas Herlambang mau kesini" ucap Yanti tersenyum.
"Ada acara apa mereka kemari? Kenapa Herlambang gak kabari Papa?". Bram bingung dengan ucapan Yanti, biasanya Herlambang selalu menghubunginya ketika ingin berkunjung ke rumahnya.
"Malam ini mereka kesini mau lamar Shofi" ucap Yanti tersenyum bahagia.
Mata kedua pria tersebut membelalak menatap Yanti.
"Mama! Gak salah?" pekik Eri.
"Enggak dong. Mama serius. Serius banget" ucap Yanti mengangguk kepalanya.
"Kenapa bisa secepat itu, Ma?" tanya Bram penasaran.
"Bukankah lebih cepat lebih baik, Pa?" ucap Yanti santai.
"Iya sih! Tapi, apa Shofi mau?" Bram kembali bertanya.
"Harus mau dong!" ucap Yanti tersenyum sumringah.
"Jangan bilang Mama paksa Shofi" ucap Bram menatap Yanti dengan serius.
"Sedikit. Tapi Papa tenang saja! Lagian kita sudah kenal dengan Adit. Dia anaknya baik, sholeh dan bertanggung jawab. Sangat cocok untuk menjadi suami anak kita sekaligus menantu kita" jelas Yanti lembut memberi mereka pengertian.
"Tapi, Ma! Bukannya mereka selalu gak akur ya kalau mereka ketemu" ucap Bram bingung.
"Udah, Pa! Biarkan Shofi menikah dengan Adit. Bukannya lebih seru, kucing nikah sama tikus?" ucap Eri cengengesan.
Tak..
"Aduh! Mama ini!" Eri mengelus kepala yang di jitak Yanti.
"Lagian kamu ini gak bisa diajak serius" protes Yanti.
"Ya maaf, Ma! Tapi, Eri setuju kok Adit menikah dengan Shofi. Setidaknya Adit bisa mendidik Shofi lebih baik lagi" ucap Eri tersenyum.
"Kalau Papa gimana?" tanya Yanti menatap Bram penuh harapan.
"Papa ikut kalian aja, yang penting itu yang terbaik untuk Shofi" ucap Bram tersenyum.
"Oh ya, Ma! Sinta dimana?" tanya Eri melihat ke seluruh ruangan. Ia baru sadar kalau Sinta tidak ada di sekitarnya.
"Sinta lagi mandikan Safira di kamar" jelas Yanti.
"Pa! Ma! Eri ke kamar dulu ya" Eri pamit dan berjalan meninggal mereka.
"Ayo, Pa! Mama bantu" ucap Yanti mengambil tas di tangannya Bram dan menuntutnya ke kamar.
------
*Di kamar
Drrrttt...drrrttt...
"Siapa lagi yang mau ganggu gue? Gak tau gue lagi badmood?" gerutu Shofi kesal.
Shofi mengambil ponsel di nakasnya.
"Assalamualaikum, ini dengan siapa?" ucap Shofi tegas.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Gue Adit" ucap Adit.
"Hmm.. Ada perlu apa lo telpon gue" tanya Shofi kesal.
"Kenapa lo bilang ke nyokap lo, gue antar lo jam 1 pagi? Lo tau gara-gara lo, gue harus tunangan dengan lo. Apa ini yang lo inginkan?" cerocos Adit kesal.
"Udah cukup cerocos lo?" timpa Shofi berusaha santai sambil mengusap telinganya.
"Bukan lo jawab pertanyaan gue, hmm jangan-jangan lo memang naksir ya sama gue" ucap Adit kePDan.
"Lo jangan halu. Pertama gue bilang lo antar gue jam 1 pagi karena nyokap gue introgasi gue. Kedua, gue gak ingin tunangan sama lo. Ketiga, ini semua karena lo, coba ban mobil lo gak kempes, gak bakal gini jadinya. Lo pikir gue ini mau apa tunangan sama lo? idih amit..amit.. Ogah banget gue tunangan sama lo apalagi nikah, hadeh.. Makin tua gue nikah sama orangtua kayak lo. Udah bujang lapuk, suka ngoceh lagi." ketus Shofi menyela Adit.
"Lo jangan berdalih, ini semua rencana lo kan?" ucap Adit kesal.
"Lo jangan fitnah gue ya" pekik Shofi emosi.
"Kalo bukan lo siapa lagi? Lo gak bisa lihat hidup gue adem ya" cerogos Adit.
"Udah stop! Jangan berasa lo sebagai korban disini, yang ada gue yang jadi korban lo" pekik Shofi kesal.
"Korban apaan? Pokonya gue gak mau tunangan sama lo" ketus Adit.
"Bodoh amat! Lagian siapa yang mau nikah sama lo. Udah deh ya, gue sibuk dan jangan pernah hubungin gue lagi, dan satu lagi, lo hapus nomer gue!" cerocos Shofi kesal.
"Hei lo..(tut..tut..tut)" Adit belum selesai ngomong udah dimatikan oleh Shofi, sehingga Adit semakin badmood.
"Anak ini belum habis gue ngomong udah dimatiin" gerutu Adit kesal.
Adit merasa kepala pening memikirkan semuanya, ia lebih memilih merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia merasa sangat ngantuk karena semalam gak cukup tidur.
----
"Siapa sih berani-beraninya kasih no hp gue?" gerutu Shofi kesal.
"Haa.. Gue tau, ini pasti kerjaan kak Eri" ucap Shofi.
Shofi dengan segera berjalan ke kamar Eri dengan amarah yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Tidak biasa dia pemarah seperti ini, jika menyangkut dengan harga diri dan Adit, dia bisa marah berapi-api.
"Kak!" teriak Shofi membuka pintu dengan kasar dan menghampiri Eri.
"Lo kenapa?" tanya Eri polos.
"Lo kenapa lo kenapa, lo ya yang kasih nomor kontak gue ke si rubah licik itu?" pekik Shofi sangat marah.
"Ada apa ini?" tanya Sinta menghampiri Shofi dan Eri.
"Biasa, bocah ini lagi cari perhatian kakaknya" ledek Eri tersenyum sumringah.
"Kakak...!" jerit Shofi dengan kesal.
Eri dan Sinta menutup kedua telinganya.
"Kamu kenapa? Ceritakan sama Mbak" ucap Sinta lembut penuh perhatian.
"Mbak! tau apa? Suami Mbak ini udah bikin masalah" jelas Shofi kesal dengan menunjuk-nunjuk wajah Eri.
"Bikin masalah apa?" tanya Sinta bingung.
"Mas?". Sinta menatap Eri dengan tajam. Eri menggeleng kepalanya seakan dia tidak tau penyebab kemarahan adiknya itu.
Shofi melihat Eri seolah-olah dia tidak tau apa-apa membuatnya geram.
"Eh! Lo jangan pura-pura gak tau. Gue tau lo yang kasih nomor kontak gue ke si rubah licik itu" ketus Shofi kesal.
"Mas! Apa benar yang dikatakan Shofi?" tanya Sinta menatap tajam kedua mata Eri. Eri bisa apa dengan tatapan Sinta, terpaksa ia menganggukkan kepalanya. Padahal rencananya ia ingin berbohong, namun tatapan Sinta bisa membongkar semua rahasia yang disimpan Eri.
"Nah kan! Emang lo pelakunya" ucap Shofi menunjuk wajah Eri dengan kesal.
"Eh! Lagian apa salahnya sih? Bentar lagi kalian tunangan, habis itu nikah, tidur bareng, bikin anak bar.." belum habis ocehan Eri langsung disumpal mulut Eri dengan tisu yang ada di nakas.
"Puh..puh..puh.. Lon kenapa masukin tisu ke mulut gue?" protes Eri sambil membersihkan tisu dalam mulutnya.
Sinta dari tadi menahan tawa melihat pertengkaran suami dan adik iparnya, layaknya bagai anak kecil yang sedang merebut permen. Mereka berdua kalau sedang berhadapan apalagi bertengkar, hilang status kedewasaan mereka, apalagi Eri, status Papa muda juga hilang dari dirinya.
"Karena mulut lo gak bisa di jaga" ucap Shofi melipat tangannya di dada.
"Lagian memang benarkan? lo sama dia nanti buka-bukaan"
"Berani lo bilang lagi kek gitu, gue sumpal lagi mulut lo" ketus Shofi kesal.
"Gak ada, gue tutup mulut gue. Tapi serius loh, kalau lo disentuh sama dia nanti lo bakal minta lagi dan lagi" ucap Eri langsung menutup mulutnya.
"Kakaaakkk..! Euuhhh...!" teriak Shofi sangat geram dengan Eri, ingin rasanya ia sumpal mulut Eri dengan semua tisu di nakas.
"Hmmm.. Sudah cukup ya! Anak-anak mari duduk kita selesaikan masalah kalian". Sinta meledek mereka, sedangkan mereka dengan segera wajah mereka berubah kalem dan menuruti Sinta untuk duduk di sofa yang ada di tepi ranjang.
"Pembicara satu katakan keluh kesahmu!" ucap Sinta menatap Shofi.
"Bisa gak, Mbak! Jangan terlalu formal, ini bukan sidang loh" protes Shofi menatap Sinta.
"Ya sudah. Shofi! Coba kamu jelaskan kenapa hanya dengan nomor kontakmu yang di kasih Mas Eri ke Adit, kamu langsung berapi-api, kenapa, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Sinta lembut berusaha menyelesaikan masalah yang ada.
"Tadi Adit hubungi gue. Dia tuduh gue, kalau gue yang rencanain untuk lamaran nanti malam. Padahal, Mbak! Gue sama sekali gak tau, disini seharusnya gue yang jadi korban bukan dia" jelas Shofi menatap Sinta dengan melas.
"Masa sih Adit gitu?" tanya Eri bingung.
"Iya, gue gak bohong. Dia bilang gitu ke gue, coba lo bayangi dimana harga diri gue. Uhh.. Sok kecakepan banget tu anak" ucap Shofi dengan kesal.
"Tunggu! Gue masih gak ngerti ni. Kenapa lo bisa tiba-tiba mau tunangan sama Adit?" tanya Eri menatap Shofi dengan serius.
"Kalau bukan karena lo juga gak mungkin gue kayak gini" ucap Shofi melas dengan menunduk kepalanya.
"Kok gue?" tanya Eri kaget dan bingung.
"Semalam gue diantar pulang sama Adit jam 1 pagi, itu..." belum habis Shofi menjelaskan sudah dipotong Eri.
"Apa? Jadi kalian berdua mesum?" pekik Eri kaget.
"Huss.. Mas! Dengarkan dulu sampai habis" ucap Sinta menatap Eri untuk tidak mengambil kesimpulan sendiri.
"Enak aja bilang gue mesum sama dia. Gini-gini gue ingat Allah, gue tau ganjaran orang mesum, lo jangan asal nyolot gak jelas dong!" jelas Shofi menatap Eri dengan serius.
"Lalu apa juga? Lo gak bilang ke gue" Eri kembali bertanya dengan serius.
"Ban mobil Adit kempes. Dia hubungi lo dan semua orang juga gak ada yang angkat. Gue sama dia tunggu bantuan di dalam mobil, dan untung asisten dia yang tolongi kami" jelas Shofi dengan serius.
"Jadi begitu.. Lalu kenapa Mama malah langsung ambil kesimpulan untuk jodohin lo sama Adit?" Eri kembali bertanya, dan Shofi hanya menggeleng kepalanya karena dia benar-benar tidak tau apa yang direncanakan Yanti.
"Kayaknya ini salah satu trik Mama untuk jodohin kalian deh" ucap Sinta spontan.
"Apa? Mbak! Kak! tolongin Shofi batalin perjodohan ini. Shofi mohon". Shofi memohon dengan berlutut di depan mereka.
"Ogah! Gue gak mau. Gue ini pendukung Mama. Lagian lo berdua gue rasa cocok" jelas Eri menolak membantu Shofi.
Shofi menatap Eri dengan kesal kemudian ia beralih pandangannya, ia memasang wajah melasnya untuk meluluhkan hati Sinta.
"Udah, sayang! Jangan tergoda dengan wajah melas dia ni. Biarkan mereka berdua nikah, lagian gue juga penasaran gimana malam pertama mereka" ucap Eri di tengah-tengah keseriusannya masih sempat saja menggoda Shofi.
"Kalian berdua gak ada yang bisa diandelin". Shofi langsung bangun dan meninggalkan kamar mereka. Sinta berusaha mengejarnya namun dicegah Eri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Ifa Al Fariz
lcu thor😁😁
2021-06-12
0
Retno Indriatie
cerita lucu
2021-01-16
0
Belfina Br silaban
mati aku bah,,,mn ada tikus sm kucing nikah...
2020-09-26
0