Keesokan paginya.
Setelah shalat subuh Adit langsung GYM. Itu menjadi rutinitasnya, kesehatan dan kebugaran menjadi prioritas utama baginya. Tidur beberapa jam tidak membuat ia kantuk dan tidur kembali setelah shalat subuh. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya di Germany, ia sangat-sangat menghargai waktu.
Setelah itu ia kembali ke kamar dan siap-siap, hari ini menjadi hari pertamanya menjadi dosen menggantikan Pak Boy. Ia berusaha tampil se-perfect mungkin. Bayangkan saja, di kamarnya ia memiliki walk in closet yang sangat luas. Hampir semua barangnya itu branded. Ia sangat menjaga penampilannya, baginya penampilan itu mencerminkan dirinya. Wajar saja jika ia memperhatikan penampilannya, toh wajahnya yang begitu ganteng dengan tubuh yang begitu profosional layaknya model.
"Morning, Ma! Pa! Rangga!". Sapa Adit berjalan menghampiri mereka dengan senyum yang terukir di bibirnya.
"Morning" ucap mereka.
Adit menarik kursi dan duduk dan langsung sarapan.
"Lo keren banget, mau kemana?" tanya Rangga menatap Adit dengan rasa penasarannya.
"Ke kampus" ucap Adit singkat dan melanjutkan makan.
"Lo ke kampus dengan penampilan lo begini?" Rangga mengernyit keningnya.
"Emang ada yang salah sama penampilan gue?" tanya Adit menatap Rangga dengan serius.
"Salah sih kagak, cuma kalo penampilan lo kayak gini, sama ja lo mau fashion show" ledek Rangga.
"Ini normal-normal aja kok, iya gak, Pa! Ma!". Adit menatap Mama dan Papa bergantian.
"Iya normal, pakaian kamu itu bukan seperti dosen. Dosen mana ada berpenampilan kayak kamu, yang ada kamunya yang jadi mahasiswa disana" ucap Salma sembari tersenyum.
Adit melihat kembali baju yang ia kenakan, ia memakai kemeja abu-abu yang lengannya dilipat, kancingnya dibiarkan tebuka sehingga terlihat kaos putih dalamannya dan bawahan celana jeansnya, selain itu ia hanya memakai jam dan gelang gaulnya sebagai pelengkap. Ia pikir gak ada yang salah dengannya. Tapi terserahlah apa yang mereka bilang.
Ia menyudahi sarapannya dan minum susu sebagai pelengkapnya.
"Ma! Pa! Ngga! Adit pamit ya" ucap Adit mencium pipi Mamanya dan juga mencium punggung tangan Papanya.
"Hati-hati ya" ucap Salma tersenyum.
"Iya, Ma. Assalamualaikum". Adit mengambil tas dan Ipad-nya dan langsung pergi meninggalkan mereka.
Adit berjalan ke garansi mobil, ia memilih mobil sprotnya, dan ia langsung menuju kampus.
----
Sampai di kampus semua mata tertuju padanya, mobil mewahnya terparkir rapi. Ia membuka pintu mobilnya dan keluar dengan menenteng ipad di tangannya.
Semua mata membelalak melihat pria ganteng yang mengenakan kacamata hitam dengan tubuh bagaikan model turun dari mobil mewah berjalan masuk ke kampus.
Ia terus berjalan dengan senyuman yang terukir di bibir merah mudanya membuat ngeces setiap wanita.
"Mbak! tunggu!" Adit menghampiri salah satu wanita disana.
Wanita tersebut langsung berhenti dan matanya membelalak menatap Adit.
"Tau dimana ruang Dekan Fakultas Teknik?" ucap Adit lembut sambil membuka kacamatanya.
Wanita itu masih terpelongo menatap wajah Adit dengan senyuman di bibirnya, entah apa yang dipikirkannya.
"Mbak..! Hallo..!" Adit melambai-lambai tangannya.
"Ganteng sekali" gumam wanita sembari tersenyum dengan matanya tak berkedip menatap Adit.
"Mbak! bilang apa tadi?" tanya Adit manatap wanita tersebut dengan tajam.
"Ha.. Gak ada.. Tadi kamu tanya apa?" wanita tersebut berdalih.
"Ruang Dekan Fakultas Teknik dimana?" Adit mengulangnua dengan nada lembut.
"Kamu mau kesana? Mari saya antar"
Adit mengangguk kepala dan langsung mengikutinya.
"Oh ya, saya Susi maharani, kamu boleh panggil saya Susi. Saya salah satu dosen disini. Siapa namamu?" Susi memperkenalkan dirinya sembari berjalan.
"Aditya Sultan yusuf." ucap Adit singkat sambil berjalan mengikuti Susi.
"Kamu mahasiswa pindahan ya?" tanya Susi meleirik Adit.
"Bukan, saya cuma dosen pengganti disini" ucap Adit lembut.
"Kamu dosen?" Susi menghentikan langkahnya dan menatap tajam wajah Adit, dengan rasa penasarannya.
"Iya, saya disini menggantikan Pak Boy Gunawan" tutur Adit lembut.
"Wah, berarti kita akan setiap hari bertemu dong" ucap Susi cengengesan.
"Insyaa Allah. Bu boleh kita lanjutkan lagi perjalanan kita?" tanya Adit lembut dengan senyuman di bibirnya.
"Oh iya, mari masuk!" ucap Susi membuka pintunya.
Adit tersenyum kemudian ia berjalan melewati Susi, ia langsung memenemui Dekan.
"Assalamualaikum, Pak Rahmat" ucap Adit berjalan menghampiri Dekan Rahmat.
"Keponakan Om, how are you?" ucap Dekan Rahmat sambil memeluk Adit.
"Pak Rahmat, saya kesini atas permintaan dari Pak Boy" ucap Adit membalas pelukan Pak Rahmat.
"Ah! kamu jangan panggil Pak kalau gak ada orang lain, panggil Om aja?" ucap Dekan Rahmat kesal sambil melepaskan pelukannya.
"Hehehe, sorry Om. Lagian kebawa suasana" ucap Adit sumringah.
"Kamu mau ngajar hari ini?" tanya Dekan Ramah melihat penampilan Adit secara keseluruhan.
"Iya dong Om, ngapain juga kesini kalau bukan untuk ngajar" ucap Adit mengedip mata kirinya.
"Serius?" Dekan Rahmat mengernyit keningnya.
"Hmm" Adit mengangguk kepalanya.
"Kalau penampilan mu begini takutnya bukan ngajar, tapi malah jadi artis disini" goda Dekan Rahmat.
"Halah Om, semuanya protes dengan penampilan Adit, gak Mama, Rangga, Om lagi. Hadeh.. Padahal Adit udah berpenampilan semaksimal mungkin loh" ucap Adit kesal.
"Hahaha.. Boleh kamu berpenampilan kayak gini, bukannya gak boleh, cuma kamu tau wanita-wanita disini, mereka bakal terpukau dengan penampilanmu" goda Dekan Rahmat cengengesan.
"Bukankah itu bagus Om. Jadi, keponakan Om ini gak jadi bujang akut" ucap Adit tersenyum.
"Wah! benar juga ya. Tapi, kemarin Om sempat dengar dari mamamu, katanya kamu udah disiapkan gadis cantik untukmu" tanya Dekan Rahmat penasaran.
"Ah.. Lupakan apa yang dibilang Mama. Lagian mana ada jaman perjodohan sekarang ini" ucap Adit kesal.
"Eh.. Jangan salah! Perjodohan itu yang paling greget, kalau kita cari sendiri mah mana ada greget lagi, kita udah terbiasa dengannya, tapi kalau dijodohin itu kita termotivasi ingin terus terusan mencari tau kepribadiannya" jelas Dekan Rahmat mencoba membujuk Adit agar menerima apa yang orangtuanya rencanakan.
"Kalau wanita lain bolehlah Om, tapi ini masalahnya cewek yang menjadi musuh Adit dari kecil" ucap Adit menjelaskan kekesalannya.
"Musuh dari kecil?" tanya Dekan Rahmat penasaran.
"Iya Om. Om tau anaknya om Bram, anaknya itu yang mau dijodohin dengan Adit" jelas Adit dengan wajah kesal.
"Hahaha.. Bagus, kalau sama anak Pak Bram sih, om sangat sangat setuju, kalau dipersentase Om dukung kamu 100%" ucap Dekan Rahmat cengengesan, ia tau bagaimana hubungan Adit dengan Shofi, semenjak kecil memang mereka tidak pernah akur. Ia juga kenal baik dengan Shofi, ia tau Shofi sangat baik dan pantas mendampingi keponakannya itu.
"Ah..! Semuanya sama saja" ucap Adit mengacak rambutnya.
"Sudah-sudah, nanti kamu malah benaran jatuh cinta lagi sama dia" goda Dekan Rahmat senyum sumringah.
"Iya ya, suka hati Om lah, Adit mau cabut" ucap Adit beranjak pergi.
"Hei..! Memangnya kamu sudah tau ruang mana yang bakal kamu masuk?" tanya Dekan Rahmat melihat Adit yang sudah pergi.
"Tenang Om" ucap Adit sambil berjalan memberikan kode ok pada Dekan Rahmat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Ifa Al Fariz
terpesonaaaaa aku thor sm adit🤭😁😁
2021-06-12
0
Ayuk Setiawan
jadi dosenya Shofi ini musuh ,benci nanti jadi Bucin😁😁😁
2021-01-12
0
Nina Puji Handayani
kok jd aku yg dag dig dug der y, baper
2021-01-08
0