She'S In The Rain

She'S In The Rain

Begin

Joana merapikan seragamnya dan memakai jaket hitam favoritnya. Hari ini hari pertamanya masuk sekolah di salah satu SMA yang terkenal di pusat Seoul. Keluarga angkatnya pindah ke perumahan elite di Seoul. Di kota inilah ia mungkin akan menghabiskan masa remajanya atau mungkin seumur hidupnya.

Dulu Joana hanya bermimpi bisa hidup di kota dimana semuanya sudah serba ada dari mulai pendidikan hingga kesehatan yang sangat memadai, tidak seperti di tempatnya dulu tinggal dimana hanya untuk makan saja harus bekerja keras dulu.

"aku akan mengantarmu ke sekolah" Jo menegur adik satu satunya yang kini sedang memakan sarapannya dalam diam.

Joana tersenyum seraya menggeleng. Ini bukan pertama kalinya dalam hidupnya Jo menawarkan tumpangan ke sekolah namun Joana terus menolaknya dengan berbagai alasan "nanti terlambat ke kantor, aku akan berangkat sekarang terima kasih sarapannya" kini Joana sudah memakai sepatunya setelah mencuci piring bekas makannya. "katakan padaku jika ada apa apa" lanjut Jo meski sudah tahu jika adiknya akan menolaknya. Butuh waktu hingga 45 menit sampai di sekolah dengan angkutan umum.

Gedung sekolah yang cukup dibilang megah , suasana yang dimana banyak siswa kelas 1 maupun kelas 3 hilir mudik membuat Joana berusaha menetralkan degup jantungnya, seperti biasa semua siswa memperhatikannya dengan aneh, jijik menelanjanginya dengan sempurna. Ia mempercepat langkahnya menuju ruang guru untuk memperkenalkan diri sekaligus menanyakan informasi dimana letak kelasnya dan lainnya yang berhubungan dengan bagaimana nanti dirinya harus mengikuti. Karna terburu buru sampai menabrak seoarang siswa laki laki di depannya hingga membuat minumannya jatuh mengotori seragamnya.

"maaf" ucap Joana membungkukkan badannya.

"kau buta ya?" teriak siswa laki laki itu yang kini sudah menatap Joana penuh amarah.

"maaf" sesal Joana

"kau tidak lihat kemejanya" seorang siswi tiba tiba datang dan meneriakinya seraya membersihkan kemeja siswa itu.

Joana segera mengeluarkan sapu tangannya ingin membersihkan tapi tangannya lebih dulu ditahan

"aku tidak mau seragamku tersentuh oleh tangan kotormu" umpatnya kesal

Meski dalam hidupnya sudah terlampau sering mendengar kalimat seperti yang baru saja siswa didepannya ucapkan, namun perasaannya tetap teremas sakit.

"aku cuma ingin membersihkannya "

"sudah! sudah membuat awal hariku menjadi berantakan" potong pria itu lalu merampas sapu tangan milik Joana dan membersihkannya sendiri namun tetap tidak hilang sehingga membuatnya kesal dan melemparkan sapu tangan ke wajah Joana. Tangan seseorang mencengkeram bahu Joana erat karna melihat Joana yang hanya diam saja seperi patung. Bayangan masa lalu muncul kembali di pikiran Joana.

"kau ini laki laki kenapa bersikap kasar begitu padanya" tegur seorang siswa yang membuat kesadaran Joana kembali.

"kau tidak lihat apa yang dilakukannya?" balas siswa itu tak mau kalah

"dia kan sudah meminta maaf, apa kau tidak dengar?" teriaknya lebih keras

"kalian sama saja, dasar manusia tidak bergu...."

belum sempat menyelesaikan kalimatnya, pukulan keras sudah melayang ke wajahnya dan membuatnya tersungkur.

"sudah... sudah! bubar kenapa pagi pagi sudah ribut, kau juga Je bikin malu saja" omel siswa bernama Jian seraya membantu siswa yang dipukul Jean untuk berdiri dan menyuruhnya pergi.

"seenakanya saja kalau bicara" omel Jean tak peduli dengan teguran Jian.

Joana merasa bersalah dengan kejadian didepannya, ia sama sekali tidak menyangka jika kecerobohannya memancing keributan hingga menarik perhatian siswa siswi lain dan menjadikannya tontonan gratis.

"apa kau tidak apa apa?" tanya Jean

Joana menggeleng keras takut menimbulkan kecerobohan lagi.

"kau anak baru ya?"

Joana mengangguk

"kau mirip dengan sesorang"

"benar kau mirip dengannya, si menyebalkan Jo"

"aku Jean dan ini Jian" Jean mengenalkan dirinya pada Joana yang masih mencerna kalimat Jian yang mengatakan jika dirinya mirip dengan seseorang.

"Rain" ucapnya pelan

"apa kau perlu bantuan?" tanya Jian melihat Joana gelisah.

Joana menggigit bibirnya ragu untuk bertanya.

"itu aku tidak tahu dimana letak ruang guru" ucapnya seraya menundukkan kepala.

Jean tertawa keras melihat sikap Joana yang selalu menunduk kebawah, ia semakin heran hanya untuk bertanya dimana letak ruang guru saja gadis ini begitu gelisah setelah Jian mengatakan jika dirinya mirip dengan Jo.

"lurus saja, paling ujung itu ruang guru" terang Jian dengan sabar menjabarkan

"terima kasih" ucap Joana sambil membungkukkan tubuh lalu berjalan menuju arah yang diberikan Jian.

"Hei dia tidak berterima kasih padaku" protes Jean melihat Joana pergi begitu saja tanpa bicara apapun padanya.

"sudahlah" putus Jian menyudahi obrolan Jean.

"dia benar benar mirip dengannya?" tanya Jian pada Jean.

"si brengsek itu?" Jean berubah kesal mengingat kelakuan sahabatnya itu.

"kau masih kesal dengannya?" Jian berbalik heran dengan Jean yang masih kesal dengan sahabatnya itu.

"sudahlah jangan bahas dia, oiya bukankah gaya berpakaiannya mirip dengan nenek sihir yang sudah mengguna guna sahabatmu waktu awal masuk sekolah?" celotehnya.

"hei aku benci jika kau menyamakan semua wanita yang berpakaian seperti itu akan berakhir sama seperti wanita itu"

"tapi memang aneh! ini kan musim panas dan ini didalam sekolah tapi dia berpakaian seperti saat musim dingin menutup lehernya apa tidak kepanasan?"

"sudahlah, yang penting kan tidak telanjang" Jian tertawa meninggalkan Jean yang meringis.

suasana kelas sudah ramai saat Joana masuk. Rasa gelisah dan takut kembali hadir menerpanya, suasana ramai berbisik dan mata menelanjanginya benar benar suasana yang sangat ia benci, hingga selesai memperkenalkan diri wali kelas menyuruhnya untuk memilih duduk di tempat yang kosong.

"hai, aku Sora" sapa ramah siswi yang membuatnya sedikit lega.

"Rain" ucapnya tersenyum kikuk.

Jam berlalu begitu saja hingga jam pulang sekolah tiba, Rain memilih keluar kelas paling akhir berkeliling sekolah melihat dan mengingat tempat tempat yang tadi siang belum terjelajahi saat berkeliling dengan Sora. Sora adalah ketua kelas di kelasnya, ketua osis dan anggota klub tari di sekolah, entah bagaimana dalam beberapa jam Joana sudah sedikit dekat dengan Sora, mungkin karna pribadi Sora yang ceria. Joana berjalan keluar gerbang memilih berjalan santai tidak seperti teman temannya yang sudah berlarian keluar gerbang sekolah dengan terburu buru. Joana berusaha untuk tetap berjalan di belakang jauh dari siswa siswi lainnya. Hingga dari kejauhan terlihat mobil milik kakaknya dan kakaknya yang sudah celingukan keluar dari mobil, ingin sekali rasanya dia berlari menghampirinya seperti teman temannya yang lain saat dijemput keluarganya saat pulang sekolah namun diurungkan niatnya karna janjinya sendiri untuk kakaknya saat meminta maaf padanya waktu itu. Semua terkagum kagum melihat pengusaha muda yang tampan dan banyak muncul di media karna pencapaiannya 'hahaha mereka benar dia tampan, dan juga baik hati' gumamnya, bibirnya tidak bisa tidak tersenyum saat mendengar atau melihat orang orang memuji kakaknya.

"si brengsek itu" celetuk seseorang di belakangnya

"kalian benar benar membingungkan" celetuk seseorang lagi, Joana terus berjalan meski dengan langkah lambat tidak berani menoleh untuk memastikan siapa yang sudah menghina kakaknya meski ingin sekali memarahi orang itu namun ia urungkan karna tidak ingin kejadian dulu terulang lagi hingga mencoreng nama baik kakaknya.

Joana mengangkat panggilan di ponselnya

"ya halo, aku sedang perjalanan ke suatu tempat" jawab Joana pelan.

"baiklah, kita bisa bertemu di minimarket ujung jalan" jawab Joana lagi sebelum memasukkan lagi ke saku jaketnya. Joana bisa melihat kakaknya memasuki kembali mobilnya, Joana terburu buru keluar gerbang menuju minimarket ujung jalan, hingga membuat Jean dan Jian yang berada di belakangnya terkejut bingung karna lari Joana yang cepat.

Joana membereskan barang barangnya dan memasukkan kembali kedalam tas. Joana melirik jam ditanganya, sudah hampir setengah jam menunggu kakaknya yang mengirim pesan akan menjemputnya. Musim panas kali ini lumayan membuatnya berkeringat ia merapatkan jaketnya saat melihat mobil kakaknya datang dan menampakkan diri ingin sekali ia menyapa dan memeluknya seperti kebanyakan adik perempuan diluar sana. Jo mendekat menanyakan kenapa tidak menunggunya di dalam cafe tetapi menunggunya di depan minimarket saat cuaca sedang panas panasnya hingga mengeluarkan peluh di dahinya

"ayo pulang" ajak Jo yang pasrah saat melihat adiknya yang tidak mau didekatinya jika di depan umum seperti ini.

"di dalam banyak orang, aku...." Joana merasa sesak di dadanya , bayangan dulu bagaimana reaksi kakaknya terhadapnya.

"ada apa di denganmu? apa yang mereka katakan padamu?" suara Jo kembali membuat kesadarannya yang semula berkurang karna sesak di dadanya.

"tidak, aku hanya..."

Jo meneliti adiknya yang selalu saja membungkus tubuhnya dengan jaket tebal dan selalu menunduk jika berjalan atau berbicara pada seseorang "apa mereka melakukan sesuatu padamu?" Joana hanya menggeleng lalu mengalihkan pandangannya. Tangannya masih mencengkeran erat jaket dan tasnya. Jo melirik Joana beberapa kali saat menyetir . Sebenarnya apa yang dirinya tidak ketahui selama ini, kenapa adiknya selalu tertutup dan menghindarinya, apa teman temannya mengganggunya lagi seperti dulu?.

"disampingmu ada air minum, minumlah" Jo sengaja menaruh air mineral di dekat adiknya bahkan beberapa makanan ringan di dasboard depannya.

Dengan ragu Joana mengambil lalu membuka dan meminumnya, berharap kakaknya tidak berpikir macam macam lagi.

"haruskah memanggil guru les dan guru piano nya ke rumah saja?" tanya Jo setelah melihat Joana yang masih melihat ke arah luar jendela.

"akan sedikit membuatmu tidak nyaman jika saat aku mengantar dan menjemputmu selalu ada media yang sembunyi memotret kita" terang Jo karna beberapa hari ini selalu ada paparazi yang mengikutinya sedangkan dirinya tidak bisa jika tidak menjemput adiknya mengingat surat ancaman yang kemarin malam ia temukan di depan pintu.

Joana menoleh saat kakaknya masih fokus melihat jalanan depan meski sambil mengajaknya berbicara.

"apa tidak apa melakukan les privat?" tanya Jo ragu melihat Joana yang kembali menundukkan kepalanya.

Joana menggeleng tanpa menatap wajah Jo. Jo memberhentikan mobilnya dan membiarkan Joana turun dan masuk ke rumah terlebih dahulu.

"lagi lagi tidak menolak semua yang kukatakan" gerutu Jo setelah menyuruh penjaga dirumah untuk memarkirkan mobilnya kembali ke garasi.

"kau sudah dapat semuanya?" tanya Jo pada sekertarisnya, ia menugaskan sekertarisnya untuk menyelidiki adiknya 3 tahun lalu dimana secara tiba tiba meminta pada mendiang ayahnya untuk homeschooling, ayahnya menyetujui karna berpikir adiknya menghadapi kesulitan menyesuaikan dirinya di sekolah mengingat adiknya yang lompat kelas. Itu lah yang selama ini dia kira namun saat menanyakannya pada ayahnya, ayahnya selalu diam dan mengganti topik pembicaraan hingga saat hari hari ayahnya sakit, ayahnya menunjukkan sesuatu padanya yang membuatnya terkejut. Sejak itu dirinya menjadi sedikit lebih protektif pada adiknya hingga menempatkan beberapa orang untuk menyelidiki sebenarnya apa yang terjadi saat itu hingga membuat adiknya yang semula ceria berubah menjadi sedikit diam dan menutup diri.

"kau yakin dia dulu pernah konsultasi ke dokter Yu?" Jo terkejut membaca halaman demi halaman laporan dari sekertarisnya, sekertarisnya hanya mengangguk dan memberikan kartu nama dokter Yu.

"bagaimana dengan orang orang ini? bukankah mereka teman Nana?" lagi lagi muncul orang orang yang Jo ketahui adalah adik kelasnya yang berarti juga teman adiknya mengingat melihat di buku tahunan milik adiknya ada foto orang orang yang ada di laporan sekertarisnya.

"kasusnya ditutup atas permintaan nona Joana dan mendiang ayah anda menyutujuinya" Jo semakin terkejut mendengar ayahnya mengabulkan permintaan adiknya begitu saja meski tau apa yang mereka lakukan pada Joana. Jo terus membalik halaman demi halaman dan sampai di halaman dimana ada bukti foto dan surat visum milik adiknya, terlihat luka jahitan di pelipis, tulang rusuk yang retak, dislokasi di bahunya dan luka lebam di bagian tubuh lain. Jo mengepalkan tangannya saat melihat foto foto adiknya, foto yang diambil saat dirinya juga berada di sekolah yang sama. Hal yang membuatnya kembali menyesal adalah mengingat saat ayahnya menawarinya untuk menjenguk Jo namun dirinya tidak mau karna membenci Jo dulu.

"lalu dimana mereka bersekolah sekarang?" tanya Jo lagi

"saya mendengar mereka juga berada di sekolah yang sama dengan nona Joana?" Jo yang mendengar pun meremas foto diri pelaku pembullyan adiknya.

"jika aku memindahkannya lagi pasti dia akan curiga aku mengetahui hal ini, apa yang harus kulakukan" Jo meremas rambutnya mencoba berpikir bagaimana caranya melindungi adiknya saat ini.

"kapan makan malam dengan keluarga dokter Yu?" Jo menyenderkan bahunya menghela nafas.

"minggu depan tuan, apakah anda akan membatalkannya?" tanya sekertarisnya memastikan

"tidak, aku akan menanyakan kondisi Joana padanya, pastikan pengawalan Joana aman saat aku makan malam dengan dokter Yu dan terus selidiki jika ada yang aneh saat Joana berada di sekolah dan aku sedang tidak di sekitarnya" perintah Jo pada sekertarisnya lalu beranjak menuju ruang makan.

"Joan sudah ...." tanyanya urung pada pelayan ketika mendapati Joana sedang memakan makanannya di meja makan dan seperti bisa di kursi paling ujung jauh darinya dan sedikit terkejut ketika melihat dirinya muncul di ruang makan.

"mau kemana? duduk disana dan kembali habiskan makanmu?" perintahnya saat melihat Joana sudah beranjak akan pindah ke dapur membawa piringnya. Joana menurut dan duduk kembali menghabiskan makanannya yang baru ia makan 1 sendok saja.

"mulai sekarang makan denganku dan di dekatku, tidak ada makan di dapur, kau tuan rumah disini, mengerti?" Joana hanya mengangguk kemudian kembali menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.

"bagaimana tadi? sudah punya teman?" tanya Jo pada Joana.

"sudah" jawab Joana

"beberapa temanku juga masih bersekolah disana" kata Jo memancing, karna melihat Jean dan Jian yang mengikuti Joana saat keluar gerbang sekolah.

"benarkah?" jawab Joana terkejut

"kenapa kau terkejut begitu?" tanya Jo pada Joana yang terlihat kebingungan ketika mendengar teman Jo masih bersekolah di SMA yang sama dengannya. Tangan saling meremas dan mendadak terdiam sesaat.

"ha...haruskah aku homeschooling saja? atau pindah ke SMA yang biasa saja?" tanya Joana ragu ragu yang membuat Jo mengerutkan dahinya dan tak habis pikir dengan kalimat yang keluar dari pertanyaan Hana.

"kau tidak nyaman sekolah di situ?" Jo berusaha memendam kekecewaannya, dirinya bukan mengharapkan reaksi Joana yang seperti ini, reaksi ketakutan, kepanikan dan kebingungan.

"ma... maaf"

Jo berubah kesal dengan jawaban Joana, "jangan terlalu malam belajarnya" Jo beranjak dari meja makan juga ketika melihat Joana yang juga sudah menyelesaikan makannya.

*******

Joana berdiri di balkon kamarnya, berpikir bagaimana caranya agar orang orang tidak mengenalnya sebagai adik seorang Johan Storm. Kejadian beberapa tahun lalu akan terulang kembali jika dirinya tidak hati hati. Joana ingin melakukan homeshooling saja namun biayanya juga tidak sedikit, ditambah lagi kakaknya juga menanggung biaya les ini itu untuknya. Jika meminta hal yang lain Joana merasa dirinya sedikit keterlaluan. Joana terus malamunkan apa yang akan terjadi pada dirinya saat di sekolah besok. Joana membuka kotak P3K yang sudah 30 mnt lalu berada di sebelahnya, Joana membuka obat luka dan plester untuk membalut lukanya. 'hal ini juga jangan sampai kak Jo tahu' batinnya, Joana menghela nafasnya berharap bisa mendapatkan teman atau bisa bersekolah dengan tenang tahun ini tanpa ada masalah yang bisa membuat kakaknya susah. Joana kembali melirik buku tugasnya yang ia letakkan di kursi lalu kembali menghela nafasnya, baru hari pertama pindah dan harus menyesuaikan diri membuatnya menguras energi dan sekarang mendapat tugas yang sulit untuk di selesaikan. Ingin rasanya tidak mengumpulkan tugas namun akan memberinya nilai yang buruk dan bisa membuat beasiswanya dicabut. Joana memilih untuk tidur karna sudah larut.

Keesokan paginya seperti biasa kakanya menawarinya tumpangan ke sekolah dan seperti biasa juga dirinya menolak secara halus. Saat langkah kakinya sampai di dekat pintu dirinya teringat tugasnya yang belum ia kerjakan semalam. Terlintas dipikirannya jika mengisi tugasnya dengan pendapat orang lain Joana pikir tidak apa, melihat jam di pergelangan tangannya yang masih tersisa banyak waktu sebelum jam masuk sekolah dimulai. Joana memberanikan diri memutar tubuhnya dan menghampiri kakaknya untuk meminta bantuan.

"maaf kupikir akan terlambat, karna bus sudah berangkat 15 menit yang lalu, bi...bisakah tolong antar aku ke sekolah jika tidak buru buru ke kantor?" ucapnya ragu pada kakaknya yang kini sedang terkejut karna kalimat adiknya yang lebih panjang dari biasanya, tanpa mengatakan apa apa Jo menyambar kunci mobilnya dan bergegas menuju kursi kemudi dan diikuti oleh adiknya.

"ehm, boleh menanyakan sesuatu?" tanya Joana takut takut.

"apa?" jawab Jo

"menurut kakak, ehm apa arti ibu untuk kakak?" tanya Joana ragu namun tetap membuka buku tugasnya.

Jo melirik buku tugas milik Joana dan menoleh sekilas pada wajah Joana yang kini sudah cemas "ibu" jawabnya lembut, "kupikir semua akan baik baik saja selama ibu masih di samping kita, meski hidup tidak berpihak pada kita jika masih ada ibu semua terasa akan baik baik saja, semua yang kutahu di dunia ini adalah karna ibu, sama seperti oksigen kita tidak bisa hidup jika tidak menghirup oksigen, sama halnya kita tidak bisa hidup jika tidak tanpa ibu. Ibu yang merawat kita, mengajari kita tentang beberapa hal di dunia ini yang kita tidak tahu awalnya seperti bagaimana cara memegang sendok, cara berjalan, cara naik sepeda, cara mandi, membaca, menulis" Jo menoleh ke arah Joana yang sejak tadi diam menatap buku tugasnya yang masih kosong.

"bagaimana?"

"aku akan menulisnya, terima kasih" Joana menoleh saat mendapati kakaknya mengusap rambutnya sayang.

"tanya kan apapun hal hal yang ingin kau tau maka aku akan memberitahumu, lakukan hal hal yang ingin kau lakukan maka aku akan membantumu, kita hanya berdua sekarang, bukan kah lebih baik jika bisa berbagi segalanya?" Joana terpaku melihat Jo saat ini, hal yang ia impikan mendadak terjadi seperti saat ini Jo yang sedang memeluknya dan mengusap punggungnya.

"kau sudah melakukan semuanya dengan baik selama ini" Joana tanpa sadar menitikkan air matanya hingga lama lama terisak membuat Jo kembali menenangkannya.

"sebentar lagi masuk, apa kau mau membolos saja?" tanya Jo di sela sela isakan Joana.

"tidak, aku harus mengumpulkan tugas hari ini" jawab Joana

"baiklah, aku akan menjemputmu nanti" Jo merapikan rambut Joana yang sedikit berantakan dan mengusap air mata Joana.

"tidak perlu memaksakan diri untuk mengatakan semuanya, pelan pelan saja oke?" Joana mengangguk kemudian pamit keluar mobil.

*****

Jean melihat Joana yang berjalan sendirian, berniat menyapa Joana, Jean berlari menyusul Joana yang kini membasuh mukanya di kran air dekat taman sekolah.

"selamat pagi"

"ya?" Joana terkejut mendapati Jean yang sudah berada di sampingnya dan menyalakan kran air di sebelahnya.

"hei kau menangis?"

"permisi" Joana terlihat buru buru masuk ke kelas

"sulit sekali mengajaknya berbicara" Jo memilih untuk menyerah hari ini.

*****

Joana terus berjalan menuju kelasnya seperti biasa dengan kepala menunduk sampai di ditempat duduknya. Kepalanya terus menunduk dengan gerakan tangan mengeluarkan alat tulis dan buku tugasnya keatas meja. Joana masih memikirkan perkataan kakaknya, meski perilaku kakaknya padanya sudah berubah sejak ayah sakit dan meninggal namun Joana masih ragu dan takut untuk kembali mendekati kakaknya. Hidup di tahun sekarang sangat sulit apalagi jika tidak memiliki siapapun, terlalu beresiko jika dirinya melakukan kesalahan lagi lalu dikembalikan ke panti. Joana tidak sanggup jika harus kembali ke panti, bukan karna kehidupan sekarang yang dia miliki sangat mewah hingga menyebabkannya tidak bisa kembali hidup susah, namun dirinya terlalu takut menghadapi kejadian seperti dulu hingga membuatnya tidak bisa menari lagi. Sebenarnya Joana sangat ingin mengatakannya pada kakaknya sehingga dirinya bisa sedikit memohon untuk tidak dikembalikan ke panti namun hal itu bisa saja membuat kakanya kembali tidak menyukainya. Dengan tidak mengunjungi dokter Yu lagi dan tidak terlalu mencolok di sekolah sepertinya sudah sedikit mengurangi kemungkinan dirinya dibuang lagi. Lebih baik saat ini bersikap seperti tidak pernah terjadi apa apa agar tidak mencolok dan terus melakukan apapun yang diinginkan kakaknya sudah bisa menyelamatkan hidupnya saat ini. Joana mencoba bernafas lega. Guru sastra terus berceloteh tentang materinya hingga 2 jam sudah dan kini guru seni sudah bergantian masuk.

"pertemuan mendatang saya akan mengadakan penilaian melukis, jadi selesaikan sketsa diatas meja masing masing hari ini" perintahnya

Semua melanjutkan gambarnya, sebagian siswa berbisik mengenai penilaian melukis yang mendadak "haruskah kita memesan mulai sekarang?" kata salah satu siswa saat guru senin berjalan keluar kelas.

"bagaimana jika ketahuan?" tanya salah sati siswa

"apakah guru Liam curiga? tapi guru Liam tidak mengatakan apapun saat kita mengumpulkan tugas sketsa ini kan" jelas siswi lain

"sangat sulit untuk memenuhi standar guru Liam dalam hal ini, aku tidak bisa jika tidak diluluskan lagi olehnya" jawab siswa di sebelah Joana yang kini sudah berbalik menoleh ke belakang.

"kenapa tidak minta kursus kilat saja pada nya?" tanya Sora

"maksutmu Hazel? kau gila? selama ini saja kita tidak pernah melihat bagaimana wajahnya" jawab salah seorang siswa bernama Manu

"Manu benar, kita sudah pernah mencobanya bukan untuk memintanya mengajari kita namun selalu menolak" jawab siswa bernama Saturday

Kriiiingggg, bel tanda istirahat berbunyi "baiklah setelah istirahat dilanjutkan lagi" perintah guru Liam

"Rain, ayo ke toko makanan ringan bersama" ajak Sora, Manu, Clara dan yang lainnya, pembicara mengenai seseorang bernama Hazel terus berlanjut, Rain hanya mendengarkan sembari mengunyah bekal roti yang tadi kakaknya masukkan kedalam tasnya tanpa sepengetahuannya.

"aku dengar Hazel mengadakan kelas" Manu mulai mengutarakan bahan gosipnya

"bukankah lebih baik kita membayar ke kelas 3 saja seperti biasa?" tawar Sora

"ke kak White lagi?" tanya seorang bernama Klaus

"terakhir kita kesana kan kak White tidak mau" terang Klaus lagi

"benar meski kak Jian membantupun juga hanya Manu dan Sora yang dibantu kak White"

"haruskah kita mencoba mencari dimana Hazel?" tawar Manu

"penilaian lukis satu minggu lagi Manu, tidak cukup waktunya" protes Sora

"tidak, kita akan menemui Hazel untuk penilaian kelas tembikar, jika kelas lukis tidak berhasil kita harus berhasil di kelas yang lain bukan"

"terlalu membuang waktu jika begitu, ujian akhir sebentar lagi kelas kita sangat tertinggal pada kelas selain kelas akademik" protes Clara

"kelas lain saat ini mencari guru untuk melatih mata pelajaran untuk CSAT sedangkan kita mencari guru untuk melatih mata pelajaran seni dan sejenisnya" keluh Klaus dan Sora

"bagaimana dengan kelas musik? apakah diantara kita ada yang bisa bermain alat musik? kita juga belum menyiapkan untuk hari festival kan" keluh Manu

"andai saja kita terlahir bisa menguasai bidang seni juga" Sora dan Clara menjatuhkan tubuhnya di rumput memandang langit yang kini berwarna biru muda

"bicara siswa serba bisa, dulu ada beberapa siswa yang serba bisa bukan"

"maksutmu kak White?" tanya Clara

"White dan ketiga sahabatnya" jelas Manu dan Sora

"dulu ada gosip mengenai 4 siswa yang benar benar unggul dalam semua mata pelajaran"

Joana menutup kotak bekalnya yang masih tersisa 1 roti lapis hingga membuat Klaus dan Clara merebutnya

"Rain tidak baik membuang makanan" Joana hanya bisa pasrah saat roti lapis yang sengaja ia sisakan untu bekal bekerja nanti di ambil oleh Clara dan dibagi beberapa bagian hingga Manu dan Sora yang sibuk bercerita pun bisa kebagian.

"ah maksutmu F4?" tanya Klaus dengan mulut mengunyah roti

"benar, White, Jian, Han dan Jo" mendengar nama Jo membuat Joana terkejut.

"mereka benar benar diatas rata rata hingga membuat semua guru menaikkan standar nilainya"

"meski mereka berpisah, namun perbincangan mengenai mereka tetap berlanjut hingga saat ini" terang Sora

"salah satu pindah sekolah?" tanya Joana

"karna kejadian waktu itu, kata kakakku" terang Manu

"mereka terkenal bersahabat, namun mulai renggang karna seorang siswi bernama Bitna yang membuat mereka bertengkar hebat hingga Jo dan Han memutuskan keluar dari sekolah dan menyisakan White dan Jian"

"meski di sekolah yang sama White dan Jian juga lama kelamaan mulai merenggang setelah kejadian itu" Jelas Manu panjang

"apa hanya memperebutkan wanita hingga bisa membuat laki laki gelap mata?" cibir Sora

"Bitna bukanlah siswi populer karna cantik atau pintar, kenapa sampai bertengkar" tanya Klaus

"tidak ada yang tahu kejadian sebenarnya, namun beberapa siswa percaya jika masalahnya bukan karna memperebutkan Bitna" jelas Clara

"karna kabarnya Bitna tidak menjalin hubungan spesial apapun dengan mereka"

Joana tenggelam dalam pikirannya untuk sesaat, Joana menyadari jika kakaknya memang sudah tidak pernah bertemu dengan teman temannya hingga sekarang.

"kalau dipikir pikir kau mirip dengan kak Jo, Rain" Joana yang mendengar tiba tiba tersedak minumannya

"bukankah dia juga mirip dengan Storm?" tanya Sora kemudian

"ayo kembali ke kelas, nanti kita berkumpul lagi untuk membahas Hazel" semua beranjak berdiri menuju kelas

Hingga kelas terakhir dan kurang 30 menit lagi berakhir, Joana mendapat pesan dari pemilik galeri jika hari ini galeri tutup yang berarti dirinya juga libur bekerja, Joana menghela nafasnya sebentar sebelum kakaknya mengirim pesan jika dalam perjalanan menjemputnya.

Bel berbunyi menandakan kelas sudah berakhir, sebagian sudah berhamburan keluar menyisakan dirinya yang kini berjalan perlahan jauh dari kerumunan teman temannya yang lain

"sebentar lagi kak" jawab Joana pada panggilan di ponselnya kemudian bergegas turun karna kakaknya sudah menunggunya

"Rain! hati hati" Jean sudah berlari menghampiri Joana yang terjatuh

"astaga hati hati" Jean membantu Joana berdiri

"Rain!!" Manu dan Sora berlari menghampiri Joana yang kini dipapah oleh Jean

"lututmu berdarah" tunjuk Manu dan Sora bersamaan

"sudah kubilang jangan lari" sebuah suara membuat Joana dan yang lain menoleh ke sumber suara. Jo sudah berjalan dengan aura dingin mengelilinginya namun raut wajah khawatir nampak begitu jelas

"kau!" Jean yang tak kalah sama dengan Jo sudah menampilkan wajah tidak sukanya,

"lepaskan tanganmu darinya" perintah Jo yang sudah mengepalkan tangannya

Joana sudah berjalan kearah Jo dengan meringis perih di lutut dan sikunya. Jo sudah mengulurkan tangannya untuk membantu Joana agar tidak jatuh lagi

"ayo pulang kerumah saja kita batalkan rencana hari ini kau terluka"

"tapi..." Joana tersentak saat Jean merangkul bahunya dan menatap Jo dengan dingin

"jangan menyentuhnya" Jo melepaskan tangan Jean dengan kasar hingga membuat Manu dan Sora terkejut

"kau siapa?" sarkas Jean

"tak penting untuk kau tahu aku siapanya, lepaskan tanganmu dan biarkan dia segera pulang untuk menangani lukanya" Jo menggandeng tangan Joana menuntun untuk masuk ke dalam mobil, yang membuat Jean kesal mengepalkan tangannya. sialan

Jo menoleh saat sebelum masuk juga kedalam mobil "jangan berani mendekati adikku lagi, brengsek"

Manu dan Sora semakin melongo mendengar Jo yang mengaku sebagai kakak Joana, semakin terkejut saat melihat Jean yang kini sudah menampilkan smirknya "sepertinya akan ada perang dingin lagi" Manu mengangguk .

"kita harus menanyakannya besok pada Rain" Sora mengangguk mengikuti Manu yang kini sudah berjalan dibelakang Jean

"haruskah aku menanyakannya lewat pesan?" tanya Sora

"berikan nomor ponselnya padaku" bukan Manu, Jean yang sudah berbalik dan menyodorkan ponselnya pada Sora.

*****

Joana duduk dengan cemas saat kakaknya menhobati lukanya, bukan karena sakit tapi karena takut kejadian hari ini akan membuat sedikit masalah baru untuk kakaknya, "maaf" Joana meremas jari jarinya menunggu reaksi kakaknya yang kini masih diam mengobati lukanya dengan rahang mengeras dan aura dingin masih terlihat lebih jelas dibanding saat kakaknya tidak diselimuti amarah.

"kau mengenalnya?" tanya Jo pada Joana

"Sora dan Manu teman seklasku, dia hanya membantu tadi" jawab Joana menjelaskan

"harus kuapakan mereka?" Jo menatap Joana tajam.

"So.. Sora dan Manu hanya menolong ku membantu berdiri, ak... aku akan mengatakan pada mereka agar tidak mengatakan apapun tentang...." Jo menarik kursi kehadapan Joana lalu duduk memberikan plester pada luka di siku Joana.

"kau tau siapa yang kumaksut" Jo kembali mengintimidasi Joana

"apa mak...." Jo memotong dengan menunjukkan foto dimana dirinya didorong oleh seseorang hingga terjatuh sebelum Jean melihatnya dan menolongnya

"baiklah jika kau tidak mau membahasnya" Joana diam melihat pergerakan Jo yang kini memasukkan kembali P3K ke tempatnya namun sedetik kemudian kembali duduk menatapnya tajam seakan ingin penjelasan lain selain temannya yang mendorongnya hingga terjatuh dengan sengaja.

"kau dekat dengan si brengsek itu?" tanya Jo kini beralih pada kejadian dimana Jean membantunya tadi

"ti...tidak, dia kelas 3" Joana semakin gugup ketika ponselnya berdering disaat kakaknya masih menginterogasinya

"Sora menghubungi, jawablah jangan lupa ganti seragamu aku akan menyuruh Yong untuk membelikan yang baru, aku harus meeting diruanganku" Jo berdiri menuju kamrnya.

"jika dia macam macam, aku akan membunuhnya saat itu juga meski kau melindunginya, mengerti? tidak ada toleransi untuk Jean White bagiku" Jo yang berbalik padahal sudah dekat di pintu kamarnya membuat Joana bergidik ngeri

"i...iya, aku akan turun setelah menjawab ini" Joana berlari menuju kamarnya dan menutupnya rapat rapat

"halo Sora" jawabnya seelah masuk ke kamar

"kau tidak apa?" tanya Sora

"iya tidak apa"

"kau terlihat ketakutan" tanya Sora yang kini mengalihkan panggilannya menjadi video call

"tidak"

"kakakmu marah ya?" tanya Manu yang tiba tiba muncul di layar

"ti...tidak hehe"

"kenapa tidak bilang jika kau adiknya kak Jo" tanya Manu dan Sora bersamaan

"kau takut kita meminta foto bersama kakakmu ya? hahaha" tanya Sora menggoda

"bukan begitu, tapi..."

"kakakmu benar benar seperti rumor yang beredar" terang Manu

"benar, aku sedikit takut saat dia mengancam kak White tadi, jika kau bilang dari awal aku kan bisa...." Joana menggeleng

"kumohon jangan katakan pada siapapun jika kak Jo adalah kakakku" mohon Joana

"iya iya" jawab Sora yang seolah mengerti maksut dari Joana

"oiya, kenapa kau mengumpulkan semua tugas kelompok dengan individu?" tanya Manu

"itu... kupikir"

"kita sudah memasukkan namamu di kelompok, jadi tadi aku mengambil buku tugasmu untuk bahan perbandingan, dan besok kita akan mengerjakan tugas sepulang sekolah, kau bisa?" tanya Sora

"baiklah"

"oiya besok kita juga akan mencari guru piano, kau ikut kan?" tanya Manu

"aku...emmm....aku"

"apa?" tanya Sora

"aku..."

tok tok tok

Ketukan pintu membuat Joana, Manu dan Sora terdiam, Joana berangsur membuka pintu kamar dimana Jo kakaknya sudah berdiri menenteng seragam yang sudah di setrika bahkan berbau wangi

"jika tidak nyaman, besok kita ke tokonya lagi mencari kain yang berbeda" Joana salah tingkah, bukan karna kakaknya yang masuk kekamarnya, tapi karena video call dengan Sora yang belum usai sehingga Sora dan Manu bisa melihat Jo yang kini sudah mengacak rambutnya

"kak" Joana menunjuk layar ponselnya

Jo terkejut mendapati teman adiknya yang melihat sikap manisnya pada Joana, dirinya sedikit malu karna sikapnya hingga membuat wajahnya memerah.

"ehem"

"eh,, halo kak" sapa Sora dan Manu canggung

"yasudah lanjutkan saja, bibi akan mengantar makan mu ke kamar, aku harus kembali ke ..." belum selesai, sekertaris kakaknya sudah mengetuk pintu

"pak, sudah waktunya kita kembali"

"oke,"

"aku usahakan besok siang sudah pulang jadi bisa menjemputmu" Joana mengangguk

"pak, pesawatnya" Jo menatap tajam Yong

"hubungi aku jika sesuatu terjadi"

Joana mengangguk kemudian menutup kembali pintu kamarnya saat kakaknya sudah keluar dari kamarnya

"yaampun manis sekali" teriak Manu

"Rain, aku iri padamu, aku ingin sekali bisa setiap hari bertemu kak Jo" protes Sora

"kakakmu bolak balik hanya untuk mengantarmu?" Joana mengangguk mengiyakan

"dia pasti sayang sekali padamu" celetuk Manu

"iya, kakakku saja tidak pernah semanis itu padaku, pasti akan mengoceh 'dasar menyusahkan" timpal Sora

Joana tertawa mendengar celotehan Sora dan Manu yang banyak memuji kakaknya

"oiya, tadi kak White meminta nomor ponselmu"

"lalu"

"maaf aku memberinya terpaksa, dia mengancam kita" sesal Sora

"tidak apa" jawab Joana tidak sesuai dengan perasaannya.

Panggilan berakhir, Joana menghela nafasnya, jika sampai teman temannya tau kakaknya adalah Jo apa yang harus ia lakukan. Terlebih ketika Rona tadi mendorongnya dan kakaknya melihatnya, dirinya percaya jika Manu dan Sora tidak akan membocorkannya namun dirinya tidak yakin dengan Rona dan teman temannya yang tadi sudah melihat kakaknya. Belum lagi masalah Jean yang ternyata teman kakaknya "ah kenapa semuanya menjadi rumit" keluhnya, permohonannya untuk homeschooling tidak disetujui oleh kakaknya karna jadwal lesnya sudah dipindahkan ke rumah oleh kakaknya. Joana menatap langit langit kamarnya yang kosong, jika anak anak remaja lain akan menghias kamar mereka dengan poster idola, stiker warna warni namun tidak dengan Joana. Kamar Joana benar benar kosong tanpa hiasan apapun kecuali kakaknya yang menaruh sesuatu pada kamarnya seperti vas bunga kesayangannya, meja rias dan kaca dinding.

Tidak ada satupun foto dirinya dan kakaknya, bahkan foto dirinya tidak ada kecuali foto formal dirinya yang baru baru ini dirinya cetak. Joana beralih menatap jendela dimana diluar bisa terlihat taman belakang rumah yang banyak ditumbuhi banyak bunga. Joana duduk di kursi goyang santai di balkon sambil memandangi hamparan bunga di taman.

Terpopuler

Comments

dwi imam mulyono

dwi imam mulyono

alur ceritanya baguss..!!!

2024-10-08

1

Nova Fms

Nova Fms

namanya keren-keren

2023-09-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!