Joana terus tertawa, hingga kini semua makanan tersedia di meja. Tanpa basa basi Joana menyendokkan nasi ke mulutnya. Benar benar 1 sendok makan penuh kedalam mulutnya. Kemudian memasukkan lagi 1 sendok penuh nasi ke dalam mulutnya, hingga suapan ke 4 Joana tersedak. Jo menyodorkan minum ke depan Joana. Jo menyadari sejak pulang sekolah adiknya tidak baik baik saja. Sangat tidak biasa adiknya mengajaknya makan di luar dimana banyak orang dan ke taman hiburan. Sepanjang bermain di taman hiburan Joana selalu tertawa bahkan mentertawakan hal hal yang sebenarnya tidak lucu, dan kini Joana yang porsi makannya bahkan lebih sedikit dari seorang model yang sedang diet memesan semua menu. Menyendokkan satu sendok makan penuh nasi ke dalam mulutnya.
Joana berkali kali memukul dadanya untuk meredakan tersedaknya. Bahkan pukulannya menyebabkan nya batuk. Joana berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan nasi di mulutnya. Beruntung tempat mereka makan sedang sepi pengunjung. Melihay Joana yang berlari ke kamar mandi dengan tergesa membuat Jo menghela nafasnya prihatin. Jo menyusulnya masuk ke kamar mandi wanita. Terlihat Joana sedang berjongkok di depan closet. Joana menyalakan semua keran air hingga suara muntahnya teredam oleh olairan air. Jo berjongkok di belakang Joana lalu mengurut tengkuk Joana dan mengusap pelan punggungnya. Joana berhasil mengeluarkan semua yang ada di mulutnya. Joana berdiri membersihkan diri di wastafel lalu sedetik kemudian meluruhkan tubuhnya ke lantai. Jo melangkahkan kakinya untuk memeluk Joana berusaha memberinya ketenangan.
"tidak apa" Jo terus mengusap punggung Joana
Joana hanya diam mengatur nafasnya yang sedari tadi memburu. Hingga nafasnya kembali tenang, ia mendongakkan kepalanya menatap Jo lalu tersenyum tipis dan beranjak kembali berdiri. Seperti tidak terjadi apa apa Joana kembali duduk di tempat duduk nya. Jo hanya mengikuti Joana.
"supnya dingin"
Jo sudah akan mengangkat tangannya memesan sup lagi namun dihentikan Joana.
"baiklah, mau melanjutkan makan?" tanya Jo yang diangguki oleh Joana
Mereka makan dalam diam, hingga Jo mengeluarkan suaranya.
"makanlah perlahan" Jo mengusap kepala Joana lalu menyodorkan beberapa piring mendekat ke mangkuk nasi Joana.
"aku tidak akan mengatakan semua akan baik baik saja, tapi tidak apa jika kau sedang tidak baik baik saja" Jo membersihkan nasi diujung bibir Joana
Joana menatap Jo dan menghela nafasnya.
"hatiku sesak, aku ingin melampiaskannya tapi tidak bisa, aku...." tangan Joana mengepal kuat
"aku ingin menangis bahkan tidak bisa, seperti tenagaku sudah habis" ucapnya, Jo yang mendengarnya ikut merasa sesak dan frustasi sama seperti Joana.
"mau kugantikan berteriak atau menangis?" kata Jo berusaha membantu namun dirinya juga tidak tahu harus berbuat apa
Joana menatap Jo "kakak"
"jika kau tidak bisa menangis maka aku yang akan melakukannnya untukmu, aku tidak tahu harus bertindak bagaimana untuk membantumu tapi jika dengan menagis untukmu atau berteriak untukmu bisa membuat sesak di dadamu berkurang akan kulakukan" Jo menggenggam tangan adiknya berharap bisa mentransfer sebagian kekuatannya ke adiknya.
Joana menggeleng lalu mengangguk membuat Jo mengerutkan dahinya.
"makan ini" Joana meletakkan kimchi, daging ayam, sayur di sendok Jo hingga penuh
"oke" Jo memakannya hingga mulutnya penuh, lalu sedetik kemudian mereka berdua tertawa dengan tampilan wajah Jo.
Jo melihat tangan Joana yang diperban bahkan juga plester di beberapa bagian.
"lain kali berhati hatilah" kata Jo
Joana hanya mengangguk. Meski tidak terlihat dekat di publik, namun hubungan kakak beradik antara Joana dan Jo bisa digolongkan hubungan yang sangat dekat. Joana tidak perlu sampai menangis jika dirinya sedang tidak baik baik saja namun Jo bisa merasakan itu. Baik Jo maupun Joana adalah tipikal orang yang tidak memperlihatkan kasih sayang mereka secara terang terang. Baik Jo maupun Joana akan lebih memperlihatkan melakukan sesuatu daripada kata kata manis untuk satu sama lain. Terkadang bisa merasakan satu sama lain saat di tempat yang berbeda atau jauh sekalipun. Jo bukannya tidak tahu apa yang terjadi pada adiknya saat di sekolah tadi, namun Jo memilih untuk tidak memaksakan Joana untuk menceritakan semuanya padanya. Jo berusaha memberi Joana ruang untuk menyelesaikannya sendiri. Meski tahu jika tadi Joana dalam bahaya, namun Jo memilih percaya jika keputusan adiknya bisa di pertanggungjawabkan oleh adiknya. Jo mengusap puncak kepala Joana yang kesulitan mengupas kulit udang.
"kak, apa kakak punya uang untuk membelikanku gantungan kunci?" Joana menunjuk orang berjualan pernak pernik di pinggir jalan
"kau menuduhku miskin?meski kakek masih hidup, tapi aku punya usaha sendiri yang menghasilkan sedikit uang" Joana tertawa, Joana tahu jika kakaknya tidak pernah membawa uang tunai. Jo selalu mengandalkan kartunya dan ponselnya atau bahkan kupon.
"benarkah?" tanya Joana
Jo meraih dompet di sakunya, dompet yang terlihat tebal dan ada jahitan namanya di ujung 'Jo'. Joana teringat kembali saat memberikannya pada Jo saat ulang tahun. Joana menaruhnya di dekat tempat sampah depan pintu Jo.
"eehehhmmm" Jo berdehem, menggaruk tengkuknya lalu memasukkan kembali dompetnya. Joana bisa melihat pergerakan Jo yang bersiap memanggil asisten dan sekertarisnya yang berada tak jauh dari mereka. Joana bisa menebak jika Jo akan meminta uang tunai seperti biasanya.
Saat Jo akan mendekatkan ponselnya ke telinga, Joana dengan usil menggodanya "911, satu atau dua digit" Jo yang sedang menunggu ponsel tersambung tersenyum kecut.
"hahahahha" Joana tertawa, tebakannya benar, Jo selalu mengatakan '911, satu atau dua digit' di ponselnya saat membutuhkan uang tunai. Meski tidak sering namun terkadang Jo akan melakukannya jika sedang bepergian dengannya yang suka berbelanja atau makan di tempat yang hanya bisa menggunakan uang tunai.
Jo tersenyum melihat Joana tertawa lepas, baginya ini kali pertama Joana tertawa di depannya. Biasanya Joana hanya akan banyak diam saat bersamanya, menjawab seperlunya saat dirinya bertanya dan tersenyum saat orang lain melihat. Melihat Joana bisa tertawa seperti saat ini baginya adalah hadiah paling indah yang pernah ia terima saat hari ulang tahunnya. Benar, hari ini adalah ulah tahunnya. Saat ini melihat adik tercintanya sedang tertawa saja membuatnya sangat bahagia. Adik satu satunya yang kini duduk dihadapannya ini hanya akan mengucapkan selamat ulang tahun dengan wajah dingin dan datarnya bahkan dengan nada dan intonasi yang sangat formal seperti 'saya ucapkan selamat ulah tahun tuan' atau 'selamat ulang tahun presdir'. Jo lagi lagi mengembangkan senyumnya saat Joana menuangkan sup pada mangkuknya dan menaruh beberapa lauk di sendoknya. Jo merasa lebih baik semua ini adalah mimpi yang panjang agar dirinya bisa menikmati hangatnya Joana.
*******
Joana melirik Jo kakaknya yang sedari tadi tersenyum. Joana ingat jika hari ini hari ulang tahun Jo. Maka dari itu dirinya mencoba bersikap tidak ada yang terjadi agar hari kakak tersayangnya tidak hancur begitu saja. Suasana hati Jo akan berubah suram ketika mengetahui ada masalah yang menimpanya. Kakaknya ini akan bersikap berlebihan jika mengkhawatirkannya. Sikap Jo sudah tidak seperti dulu yang sangat membencinya, namun Joana tetap menjaga sikapnya agar Jo terus bersikap baik kepadanya. Joana berusaha menahan semuanya agar kakaknya tidak kesulitan hidup dengannya. Menahan dirinya saat dibully di sekolah oleh teman temannya. Tidak meminta masuk akademi seperti yang lainnya yang menurutnya akan memberatkan kakaknya. Joana berusaha agar apa yang ia lakukan tidak mempengaruhi kehidupan kakaknya. Jo mendatangkan beberapa guru untuk membantunya belajar dirumah bukan karna dirinya yang meminta, namun Jo lah yang tiba tiba mendatangkan guru ke rumah. Baginya dengan Jo membelikannya buku pelajaran saja sudah cukup jika setiap hari dipelajari dan mendengarkan guru saat mengajar di kelas dengan sungguh sungguh.
"bukankah hasil ujian juga sudah keluar?" tanya Jo tiba tiba
"iya 3 hari yang lalu" Joana menyodorkan kertas berisi nilai nilai ujiannya
"ini nilai ujiannya?" tanya Jo yang terlihat terkejut kemudian terdiam
Joana merasakan degup jantungnya lebih cepat dari biasanya, ujian uji coba kali ini memang sedikit sulit. Apalagi dengan kondisi dirinya tidak masuk sekolah selama beberapa waktu. Joana mengakui jika dirinya banyak ketinggalan materi di sekolah meski dirinya setiap hari belajar di perpustakaan dan dirumah.
"aa eeemmmmm itu, kupikir aku kurang berkonsentrasi jadi sedikit bingung dengan soal ujian uji coba nya, maaf aku akan meningkatkannya lagi di ujian mendatang" Joana mendadak kehilangan selera makannya saat kakaknya tidak berpaling dari kertas hasil ujiannya
"apa? ujian uji coba? dan kau mendapatkan nilai ini? matematika 97, inggris 98, sience 99 nilaimu di level 1?" Jo membaca tiap nilai yang tertulis di kertas nilai
"ak aku sudah menandai soal yang sulit di sini dan mempelajarinya lagi" Joana semakin gusar, mengeluarkan catatannya dan menunjukkannya pada Jo, meski terlihat seperti beralasan namun memang itu kesalahannya yang tidak bisa memahami soal ujian
Jo menatap Joana serius hingga dahinya berkerut. Helaan nafas Jo membuat Joana semakin takut. Joana bisa melihat kekecewaan hanya dari helaan nafas kakaknya saat ini.
"bukanlah ini berlebihan Na?" tanyanya yang membuat Joana membeku
"coba lihat itu" Jo menunjuk buku catatannya dan buku saku kecil yang sedari tadi ada di samping tangannya
"apa perlu kubelikan hadiah?" tanya Jo tiba tiba
"apa?" Joana masih belum mengerti maksut kakaknya
"kau juara kelas Na bahkan dari seluruh kelas di angkatanmu, atau mau libur dulu les tambahannya?" Joana bekedip mencoba memahami ekspresi kakaknya saat ini
"kau bahkan tidak meminta ikut akademi, apa aku kurang memperhatikan potensimu? kau bahkan bisa masuk kelas eksklusif kedokteran"
"kau ingin aku kuliah kedokteran?" tanya Joana takut takut
"kau ingin yang lain? seni? haruskah kita konsultasi besok? aku punya teman di bidang itu tenang saja"
Joana terdiam, bukan karena tidak menginginkan tawaran dari Jo namun karena tidak tahu harus bagaimana. Joana menatap Jo yang kini melahap supnya dengan mata berbinar yang terus memandangi kertas nilai ujiannya. Sepertinya suasana Jo sangat bagus setelah membaca nilai ujian Joana. Pikirannya terus berkecamuk memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan semua kebaikan Jo. Tidak ada yang gratis di dunia ini jika kita berhutang budi dan tidak bisa membalasnya kita tidak tahu apa yang akan kita serahkan nantinya. Sebab itu Joana terus menahan dirinya. Joana takut jika suatu hari nanti dirinya tidak bisa membalas Jo atau membuat Jo kecewa padanya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Queen Bee✨️🪐👑
astaga itu nilainya bagus kenapa gugup sihhh😭
2023-02-18
1