Joana yang Dingin

Jean terdiam melihat pemandangan di depannya, Joana seperti kesetanan menghajar seseorang di hadapannya kini. Joana memukulinya tanpa ampun bahkan ketika sang lawan sudah hampir tak berdaya. Joana menghajarnyata tanpa banyak bicara. Joana hanya mengucapkan 1 kalimat yang bahkan tidak terdengar jelas di telinga Jean. Jika lawan menggunakan senjata tajam seperti pisau, Joana melawannya dengan tangan kosong. Hingga pukulan terakhir Joana, lawan sudah tdk berdaya untuk mengadakan serangan balik. Joana mencengkeram kerahnya lalu mengangkat ponsel dari sakunya sembari mengatakan sesuatu yang bahkan Jean dan Sora tidak paham.

********

Sora dan Jean menunggu Joana yang sedang diobati lukanya di UKS. Beberapa waktu yang lalu ketiganya dimintai keterangan oleh polisi. Semua berkerumun di sekitar UKS menunggu kejelasan sebenarnya apa yang terjadi barusan.

"kau lihat tadi?" ucap seorang sisiwi bernama Suji

"sudah kukatakan Joana bukanlah Joana yang dulu" katanya kemudian

flashback on

Semua berteriak ketika Joana turun dari lantai atas sebelum polisi naik dan mengamankan pelaku dan korban. Joana menuruni anak tangga dengan tangan berlumuran darah dan beberapa luka sayatan di beberapa bagian tubuhnya, meski begitu Joana berjalan tanpa menoleh sedikitpun menuju kamar mandi. Dengan tenang Joana membersihkan noda darah di tangan, leher dab pipinya bahkan seragamnya. Beberapa murid yang berada di kamar mandi pun merinding melihat Joana. Beberapa dari mereka bahkan tidak berani membantu bahkan hanya sekedar menyodorkan tissue toilet. Setelah membersihkan noda darah, Joana keluar kamar mandi menuju loker untuk mengambil seragam cadangannya dan memakainya di kamar ganti.

"apa yang kau lakukan, ayo obati dulu tanganmu" tepat di langkahnya yang akan ke kamar ganti terhenti saat Jean menarik lengannya, dan di detik yang sama paperbag ditangan Joana terjatuh. Joana mengambilnya tanpa menoleh kearah Jean dan tanpa mengatakan apapun.

"ayo ke UKS" nada suara Jean sudah seperti memerintah. Semua murid menonton adegan dimana Jean membentak Joana.

Joana menghela nafasnya dalam, "aku harus ganti baju lalu menemani Sora, dia sedang terluka"

Semua murid yang semula berbisik bisik riuh mendadak terdiam mendengar kalimat Joana. Bahkan orang yang hanya lewat dan tidak menyaksikan keadaan Joana saat ini pun bisa melihat dengan helas jika Joana lah terluka parah, hampir di semua bagian tubuhnya terluka dan darah segar masih saja keluar. Sebagian menatap Joana meringis membayangkan betapa sakitnya itu, sayatan pisau yang dari jauh saja orang bisa tahu jika itu sangat dalam. Joana bahkan tidak mengeluarkan ekspresi kesakitan, yang ada hanyalah ekspresi datar dan dingin, meski nada bicafanya yang terdengar khawatir saat menyebut nama Sora.

"minggir"

"ikut aku!" Jean sekali lagi meninggikan suaranya

"minggir"

Seperti memohon, Jean yang frustasi dengan kelakuan Joana bersimpuh tepat di depan kaki Joana yang sama saja penuh dengan luka.

"aku mohon!" Jean mengatakannya dengan suara parau

Joana terdiam ketika mendengar suara Jean. Namun Joana tetap tak bergeming, Joana hanya menatap Jean lelah. Baginya kini baik Jean ataupun yang lainnya sama saja. Mereka hanya mendekatinya hanya untuk suatu tujuan tertentu. Pemikirannya akan hal itu yang beberapa bulan lalu ia kesampingkan kini ia kembalikan lagi ke posisi semula. Joana merasa jika dirinya mencoba menganggap jika Sora dan Jean adalah salah seorang yang berbeda dari kebanyakan orang di dunia yang kejam untuknya adalah hal bodoh. Joana memutuskan akan kembali menjadi Joana Rain 3 tahun lalu yang dingin dan tak tersentuh. Melihat Jean yang memohonnya untuk mengobati luka kecil ditangannya membuatnya muak, bayangan dimana Jean mendekatinya hanya untuk sebuah taruhan mobil membuatnya ingin muntah, ingatan dimana Jean yang selalu ada disisinya selama ini hanya untuk mengembalikan ingatannya juga membuatnya ingin memuntahkan semua isi perutnya. Perutnya semakin bergejolak dimana saat ini dirinya juga masih mengkhawatirkan kondisi Sora yang sedang dibawa ke UKS setelah diberi pertolongan pertama oleh petugas kesehatan dan kepolisian mengingat saat dirinya turun suara sirine mobil polisi dan ambulans terdengar sangat jelas ditelinganya.

Joana menatap sekelilingnya dimana semua murid melihatnya sebagai bahan tontonan gratis. Joana ingin sekali berteriak memberontak untuk melampiaskan emosinya namun tidak pernah bisa semenjak 3 tahun lalu. Emosinya seakan teredam dan tenggelam jauh dalam dirinya. Satu hal yang bisa ia lakukan hanyalan menghela nafas lelah.

"minggir, aku bisa sendiri" ucapnya melepaskan tangan Jean yang sedari tadi memegang tangannya yang tidak luka

Joana memasuki ruang UKS tanpa sepatah kata. Menyisir ruangan hingga matanya menatap Sora yang tubuhnya tertutup selimut dengan rambut sedikit berantakan dan tidak ada luka meski seragamnya kotor.

Dokter UKS menghampiri Joana dan menyuruhnya duduk sembari menyiapkan peralatan medis untuk membantu menjahit beberapa luka di tangannya terlebih di telapak tangannya yang ia gunakan untuk menahan pisau agar tidak melukai punggung Jean tadi. Dokter menyiapkan anestesi penghilang rasa sakit sebelum menjahit lukanya.

"meski sudah kusuntikkan ini terkadang masih sakit" ucapnya

flashback off

Joana hanya diam dengan wajah datar dan dinginnya. Sora yang duduk tak jauh dari tempat Joana meringis saat melihat luka di tangan Joana. Sora menatap Joana merasa bersalah namun yang ditatap hanya diam seribu bahasa tanpa ekspresi.

"sebaiknya jangan terkena air dulu hingga lukanya membaik" ucap dokter itu

Joana beranjak berdiri ketika dokter sudah selesai mengobatinya. Mengucapkan terima kasih dan membungkuk hormat lalu meninggalkan Jean dan Sora begitu saja.

Joana berjalan menuju aula kesenian ketika menyadari gantungan ponsel di ponselnya menghilang. Pihak sekolah memutuskan untuk menghentikan acara dan memulangkan semua murid. Joana menaiki panggung mencari gantungan ponselnya dimana pecahan kaca berserakan di panggung dan beberapa perabot lain yang juga berjatuhan saat insiden tadi. Namun nihil Joana tidak menemukannya, ponselnya berdering menunjukkan dial kakaknya. Hatinya berdegup kencang dan sulit diartikan, rasa lelahnya seakan perlahan rontok menghilang ketika mendengar suara kakaknya di panggilan ponsel,

"baiklah aku sudah keluar kelas, tunggu" Joana menjawab panggilannya singkat, lalu segera berlari merelakan gantungan kuncinya yang tidak ketemu

Saat Joana keluar kelas, Jean dan Sora menoleh ke arahnya dan melambaikan tangannya. Namun Joana hanya melewatinya begitu saja bahkan seakan tidak melihat keberadaan mereka. Hal itu tidak luput dari mata Jo. Jo tersenyum melambaikan tangannya pada Joana, rasanya sudah lama sekali semenjak sebelum kejadian dimana Joana dipukuli di gudang sekolah. Jo akhirnya kembali mengantar dan menjemput adik satu satunya itu.

"kau bilang ada rapat" Joana memeluk Jo sekilas, meski pelukan singkat namun berhasil membuat Jo membeku terkejut

"sudah tadi, mau makan diluar apa di rumah?" tanya Jo mengusap kepala Joana

"boleh diluar?" tanya Joana antusias

"tentu, aku akan menghubungi mereka untuk mengosongkan beberapa jam nanti diperjalan" kata Jo yang kini sudah duduk di kursi kemudi lalu memasangkan sabuk pengaman Joana yang sejak tadi kesulitan

"kupikir tidak apa jika ada pengunjung lain"

Jo yang mendengar itu memelankan laju mobilnya, terkejut karna Joana mengatakan jika tidak perlu mengosongkan tempat.

"kau yakin? nanti kalo ada media bagaimana?" tanya Jo memastikan

"jika kakak keberatan ayo kita reservasi dulu"

Jo menggeleng tidak setuju, selama ini dirinya selalu menunggu momen begini dimana dia dan adiknya tidak perlu sembunyi sembunyi lagi. Jo berpikir ini menjadi awal yang bagus untuk kedekatannya dengan adiknya dan kesempatan memperbaiki permasalahan internal dirinya dan adiknya.

"mau ke taman hiburan juga?" tawar Jo

*****

Jean yang melihat Joana melewatinya begitu saja terdiam. Joana memang bukan tipe orang yang akan mengagungkannya jika bertemu seperti adik kelasnya yang lain yang akan menyapanya dengan manis bahkan akan memeberinya coklat atau beberapa hadiah. Namun dengan sikap dinginnya Joana berhasik membuat perasaannya campur aduk. Ada perasaan tidak suka ketika melihat Joana bersikap dingin padanya. Meski hari hari biasa juga Joana selalu tanpa ekspresi padanya, namun ia merasa jika sekarang ini Joana bersikap lebih dingin dari biasanya.

Jean menatap punggung Joana yang berlari. Jean memasukkan kembali barang yang akan ia berikan pada Joana kedalam saku jaketnya. Jean melirik sampingnya dimana Sora juga berdiri dengan wajah yang sedih menatap punggung Joana sama sepertinya.

Jean menaiki mobilnya untuk pulang, Jean sama sekali tidak berniat mengantar Sora. Hatinya benar benar tak karuan dalam menanggapi sikap dingin Joana. Sikap dinginnya berubah sepersekian menit setelah insiden di rooftop.

Joana berubah menjadi seseorang yang Jean sama sekali tidak kenali. Terlebih ketika menggantikannya di tusuk tadi. Joana menahannya dengan kedua tangannya lalu mengamuk kesetanan menghabisi pelaku penusukan tadi. Jean terus memikirkan kejadian tadi hingga tanpa sadar dirinya berhenti di depan rumah Jo. Terlihat Jo yang sedang menggendong Joana di punggungnya.

"sebenarnya kau siapa"

Jean bergumam melihat kedekatan Jo dan Joana dari jauh. Lalu memutuskan untuk pergi. Meski sudah melihat Joana dari kejauhan namun tetap saja hatinya kacau karna sikap Joana. Rasa marah juga tiba tiba muncul ketika Joana memilih tersenyum ceria pada siswa lain saat melewatinya begitu saja tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!