Pernyataan Jo membuat Sora menautkan alisnya
"kupikir dengan pindah sekolah bisa membuatnya nyaman"
Sora tetap diam mendengar cerita Jo yang kini duduk di kursi namun menatap tanah yang diinjaknya
"sebagai kakak kandungnya, aku susah gagal melindunginya"
Sora yang terkejut setelah mengetahui jika Joana adalah adik kandung Jo berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Sora kembali mengingat bagaimana Joana yang mengaku pada dirinya jika dirinya adalah adik angkat Jo beberapa minggu yang lalu.
"meski aku tahu bagaimana dia dibully disekolah tapi aku tidak bisa melakukan apapun"
"kau tahu?" tanya Sora
"aku hanya bisa mengawasinya dari jauh agar kejadian dulu tidak terjadi lagi"
"itu sebabnya kau menjadi donatur terbesar di sekolah?" tanya Sora
"agar aku bisa mengawasi pembully Nana dari dekat"
"kau juga yang memutuskan kontrak kerjasama dengan perusahaan ayah Suji?" tanya Sora menebak
"Nana memberitahumu?" tanya Jo
"tidak, berita batalnya kerja sama perusahaanmu dengan beberapa perusahaan kan ada di internet" jawab Sora
"Nana kira jika aku membatalkan kerja sama karna perlakuan Suji padanya" terang Jo
"bukankah benar?"
"tidak, aku tidak membatalkan kerja sama begitu saja karna hal seperti itu" protes Jo
"meski itu salah satunya tapi aku tidak akan mencampur bisnis dengan keluarga" terangnya lagi
"jadi kasus perusahaan ayah Suji memang benar ya"
Meski Jo hanya diam namun Sora dapat menangkap maksud dari Jo, beberapa bulan mengenal Jo dan beberapa kali mengobrol Sora yakin jika Jo bukanlah orang yang akan menggunakan kekuasaannya untuk hal hal seperti rumor yang sudah beredar tentang bagaimana Jo yang dikenal sebagai CEO yang kejam dimana dirinya akan menghancurkan pihak rival, CEO yang dingin dan seorang kakak yang membenci adiknya sendiri meski adik angkat. Jo yang dilihat Sora saat ini dan beberapa bulan kebelakang sangat berbanding terbalik. Memang benar Jo memiliki raut wajah tanpa ekspresi dan terkesan dingin dan kejam, namun dibalik itu Jo adalah pribadi yang hangat, akan berubah lembek jika berhadapan dengan adik satu satunya Joana. Bahkan terlalu sering menangis karna adiknya. Apalagi jika adiknya sakit seperti saat ini Jo berubah lebih diam dan menuruti semua keinginan Joana.
"kau takut kehilangan adikmu?" tanya Sora
"lebih dari itu, karna dia sudah sering berniat begitu"
"kupikir kalian kurang komunikasi" kata Sora
"aku terlalu sering menyakitinya, aku bingung mulai darimana"
"kau tau apa yang adikmu tidak bisa lakukan?" tanya Sora
"tidak bisa lakukan? dia bisa melakuakan semuanya" jawab Jo ragu
"kau benar, juara 1 di kelas bahkan dari semua kelas, juara 1 olimpiade sains, matematika, bahasa inggris, menembak, melukis, membuat tembikar, kendo, karate, berenang, piano, gitar, menari, memasak, mengendarai mobil, mengendarai motor" Sora menyebutkan hampir semua yang dikuasai oleh Joana
"Rain memiliki julukan 'si serbabisa' bahkan semua nilai ujian semester kemarin A" jelas Sora lagi
"A semua?" Jo menoleh terkejut
"kau tidak tahu? di sekolah heboh karna ada seorang murid pindahan dan siswa loncat kelas bisa mendapatkan nilai A di ujian tertulis dan praktik"
"jadi benar kata Jeje?" Sora mengangguk
"lalu kenapa di minta les tambahan?" kini gantian Sora yang terkejut
"les tambahan? untuk persiapan akhir semester?" Jo mengangguk namun juga menggeleng kepalanya
"katanya untuk perbaikan nilai"
Sora semakin melongo mendengarnya, ia tak habis pikir jika nilai yang didapat oleh Joana kemarin masih belum membuat seorang Joana Rain puas
"kutebak dia meminta les tambahan matematika" tebak Sora memastikan dan diangguki oleh Jo
"kak dia hanya salah 1 itupun masih paling tinggi dari semua murid, dan kudengar kemarin guru Grey yang salah mengoreksi, maka dari itu nilai yang muncul di laporan nilai Rain jadi A bukan A-"
Kini gantian Jo yang melongo mendengar cerita yang sebenarnya dari Sora karna sebelumnya ia hanya mendengar dari sekertarisnya saja dan Jean yang mengatakan jika Joana datang menemuinya untuk Jean menjadi tutor matematikanya.
"sebelum terlambat" kata Sora
"ini alamat studionya yang sering ia datangi, dan ini kartu namanya, jika akhir pekan dia menghilang kau bisa mencarinya disana"
"kau sering kesana?"
Sora menggeleng, "karna kau sudah membaik, aku akan pulang" Sora berdiri
Jo menahan tangan Sora saat hendak berdiri membuat Sora sontak menoleh kearah tangannya
"aku akan kesini lagi setelah mandi" Jo tampak enggan melepas genggaman tangannya pada tangan Sora
"hei aku belum pulang dari kemarin, ayo masuk aku harus mengambil tas dan ponselku" Sora menarik tangan Jo agar ikut berdiri dengan susah payah dan akhirnya berhasil
"astaga, begini yang namanya 'CEO muda kejam' cihh" Sora menggoda Jo yang berjalan di belakangnya dengan tangan mencengkeram ujung jaket yang dikenakan Sora
"jika dipikir lagi, harusnya aku menuruti apa kata kak White" gerutu Sora
"astaga liburanku yang tinggal sedikit ini" gerutunya lagi
Hingga tepat di depan pintu dan membukanya tampak Jean yang duduk dengan tatapan mengejek kearah Sora yang dibelakangnya ada Jo yang mengekori
"dia akan semakin menjadi jika kau biarkan" cibir Jean
"belum bangun?" tanya Sora mengalihkan
"sudah, lalu tidur lagi" Jean menghela nafas dan menatap Jo dan Sora bergantian
"kau akan meninggalkanku?" tanya Jean memelas
"dengan makhluk ini? yaampun aku sedang merawat istriku, kenapa kau jahat sekali?" protes Jo mengiba yang dihadiahi tatapan tajam oleh Jo karna sudah menyebut adiknya sebagai istri
"rumahku di belakang rumah sakit, aku akan cepat kembali" Sora merapikan tas nya dan memasukkan ponselnya dengan Jo yang terus memperhatikan gerak gerik Sora
"aku akan menghubungi orang tuamu" kata Jean namun tetap santai tanpa mengeluarkan ponsel, Jo yang sejak tadi terus menatap tajam pada Jean beralih menatap Sora dengan tatapan bertanya
"kau mengejekku?" Sora menatap Jean tidak suka
"hehe, iya iya" melemparkan kinci mobilnya yang langsung ditangkap oleh Sora
"baiklah aku akan menjualnya" tukasnya
"kau benar benar menghilangkan sopan santunmu padaku jika diluar sekolah" cibir Jean yang sudah berdiri
"kau akan mengantarku?" tanya Sora terkejut melihat Jean yang sudah berdiri saat dirinya akan pergi
"kau gila?" sarkas Jean yang dibalas senyum kecut oleh Sora yang sudah hapal dengan tabiat Jean selama ini padanya
Jean yang sudah masuk kamar mandi memunculkan wajahnya lagi sebelum Sora benar benar keluar
"hei bodoh, belikan aku makanan saat kembali" kata Jean sebelum masuk kembali ke kamar mandi untuk mengganti bajunya yang kotor karna muntahan Joana tadi
Tak lama setelah Sora pergi, Jean keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah berganti dengan pakaian santai
"tidurlah, aku akan menjaganya" ucap Jean yang kemudian duduk dan mengeluarkan ponselnya
"jangan dekat dekat" ucapnya tanpa melihat ke arah Jean
"sangat sulit berterima kasih"
"aku tidak menyukaimu" kata Jo ketus yang membuat Jean tertawa karna mengerti kenapa Jo mengatakan kalimat barusan
"karna aku mencintai Nana atau karna aku dekat dengan Sora?" tanya Jean mengejek
Melihat Jo yang sudah salah tingkah membuat Jean semakin tertawa dan gencar menggodanya
"kau pasti kesal karna aku lebih dekat dengan mereka kan"
Jo tidak menyangkalnya karna memang benar Jean selalu selangkah lebih maju darinya ketika dekat dengan orang yang sangat ia sayangi bahkan cintai baik dulu maupun sekarang.
"kau menyukainya?" tanya Jean yang tetap menatap ponselnya
"tentu saja dia kan adikku" jawab Jo pura pura tidak tau kemana arah pembicaraan Jean
"carilah kebahagiaanmu juga, Nana akan baik baik saja"
"apa maksutmu" Jo masih tetap berpura pura dihadapan Jean
"aku juga akan melindunginya kali ini, kenapa selalu melindungi kita?" Jean meletakkan ponselnya dan beralih menatap Jo yang sejak tadi memilin selimutnya
"dia juga sudah dipenjara kan" kata Jean
"saat itu iya" jawab Jo yang membuat Jean menautkan alisnya
"apa maksutmu?" tanya Jean serius
"aku melihat beberapa kali ada yang membuntuti saat aku dan Nana bersama" jawab Jo, Jo terpakaa memberi tahu Jean karna menurutnya akan lebih baik jika lebih dari 1 orang yang menjaga adiknya. Dan karna Jean yang mengatakan jika menyayangi adiknya, Jo memutuskan untuk sekalian menguji Jean untuk mengetahui apakah Jean benar benar tulus pada adiknya atau Jean masih Jean 3 tahun yang lalu.
"kau yakin?" tanya Jean pada Jo
Jean ingat jika Joana seringkali menariknya terburu buru jika saat bepergian bersama entah itu di cafe atau bahkan di perpustakaan. Tanpa menengok kebelakang atau menengok kanan dan kiri Joana akan tiba tiba mengatakan 'kita harus pulang, disini tidak aman' bahkan Joana juga tidak mau jika mengunjungi tempat yang sama dengan alasan yang sebenarnya bagi Jean sedikit membingungkan karna Joana hanya mengatakan 'jangan meninggalkan jejak di tempat yang sama secara berulang, tidak aman untukmu' selalu kalimat 'tidak aman untukmu' dan disaat itu pula kepalanya pusing dengan sekelebat bayangan dirinya seperti potongan ingatan di masa lalu.
"bukankah kau juga harus mengatakannya pada adikmu?" tanya Jean mencoba memancing karna menurutnya kakak beradik di hadapannya kini memiliki konflik yang sama, Jo yang mencoba melindungi adiknya yaitu Joana, dan Joana yang juga sedang melindungi kakaknya yaitu Johan. Kakak beradik ini tidak saling berkomunikasi dengan benar selama bertahun tahun namun saling melindungi satu sama lain selama bertahun tahun hingga detik ini. Jean menghela nafasnya karna Jo menggeleng lemah saat dirinya menyarankan untuk memberitahu situasi saat ini pada Joana, kepalanya ikut pening seperti beberapa bulan lalu dimana Joana juga meminta bantuannya untuk melindungi Johan. Jean merasa posisinya saat ini sungguh membingungkan karna sangat berlawanan dengan tujuannya awal mendekati Joana, Jean tidak berpikir jika sumpahnya pada taruhannya dengan ayahnya di awal semester membuatnya terlibat sedalam ini pada keluarga sahabatnya. Niat awalnya agar bisa membuat ayahnya bisa percaya padanya menjadi serumit ini. Ditambah mimpi buruknya yang semakin terus muncul saat ini.
"oh, Nana" Jean terlonjak terkejut saat Joana mulai bangun dari tidurnya
"kau sudah bangun akhirnya" Jean mengerutkan dahi ketika melihat Jo yang hanya menatap Joana dari atas brankarnya tanpa niat untuk menghampiri adiknya
"ah jadi benar di rumah sakit ya" desah Joana meraup wajahnya sendiri
"tentu, oh demamnya juga sudah turun, apa kau haus?" tanya Jean
"ambilkan minum bodoh" perintahnya pada Jo untuk membuyarkan lamunan Jo
"oh iya" Jo tersadar dari lamunannya dan segera mengambilkan adiknya minum
"kau sudah baikan?" tanyanya yang membuat Jean mendengus
"kau tidak bisa lihat? disaat seperti kau harusnya memeluknya mengusap punggungnya 'syukurlah' seperti ini" Jean mempraktikkannya di depan Jo dengan memeluk Joana
"ah iya"
"tunggu, kau mengambil kesempatan dengan dalih menasehatiku" kata Jo kemudian di sela sela pelukannya pada Joana
"dasar bodoh, sudahlah aku keluar dulu menjemput Sora di depan" Jean meninggalkan kakak beradik itu
"kenapa ini diinfus juga?" tanya Joana menunjuk selang infus di tangan Jo yang sudah hampir habis
"apa sesuatu terjadi?" Joana semakin menelusuri Jo mencari jika ada luka
"kau tidak apa?" Joana semakin menampakkan wajah khawatirnya hingga nekad menyingkap baju pasien kakaknya
"kau demam tinggi dari semalam, lalu Sora dan Jean membawamu kesini" terang Jo
"kak Jo juga?" tanya Joana
Jo menatap Joana yang sejak tadi terus menatapnya khawatir "khawatirkan dirimu sendiri, walau bagaimanapun aku yang kakak disini, harusnya aku yang mengkhawatirkanmu" Jo menunduk dengan tangan yang masih menggenggam tangan Joana dan sedetik kemudian terisak
"kukira kau tidak mau bangun lagi untuk melihatku" Joana terkejut mendengar penuturan Jo yang kini terisak
Joana tanpa sadar meletakkan telapak tangannya pada kepala Jo dan membelai rambut Jo perlahan lalu menepuk punggung Jo pelan menenangkan. Jo terus terisak hingga membuat Joana bingung harus melakukan apa. Joana yang duduk bersandar dari tadi menggeser tubuhnya perlahan karna sejak tadi Jo duduk diatas brankar. Joana terus mengusap kepala Jo "sudah, kenapa menangis terus" ucap Joana
Isakan Jo berkurang dan perlahan menegakkan kepalanya menatap adiknya yang sedari radi juga menatapnya "maafkan aku" katanya kemudian
"hey kenapa minta maaf, aku yang harusnya minta maaf karna menyusahkanmu terus menerus" jawab Joana
"maaf telah melakukan hal buruk padamu" kata Jo kemudian
Joana terdiam menatap Jo dan mendengar kalimat Jo, lalu sedetik kemudian menggelengkan kepalanya dan matanya ikut berair, baginya kakaknya tidak pernah melakukan hal buruk padanya kakaknya terlampau sangat baik padanya bahkan ketika dirinya bahkan sama sekali tidak bisa membalasnya.
"tidak, kau tidak pernah begitu, jangan bilang begitu kumohon" ucap Joana
"aku janji akan memperlakukanmu dengan baik kedepannya , jadi jangan meninggalkanku juga seperti ayah dan ibu, aku hanya punya kau saat ini" kata Jo berjanji
"aku tidak pernah meninggalkanmu, aku akan pergi jika kau yang memintaku" kata Joana mengeluarkan jari kelingkingnya
"kau janji? kita harus selalu bersama apapun yang terjadi" kata Jo kemudian diangguki Joana
"ya tentu" jawab Joana membalas pelukan Jo
Dan setelah itu Jo tertidur bahlan di brankar yang sama dengan Joana, Joana perlahan meletakkan Jo pada posisi kepala yang benar saat tertidur di pundaknya ke atas bantal lalu menaikkan selimut hingga sebatas pinggangnya dan sedikit menarik penyangga infus ke samping Jo agar tangannya tidak terluka karna infus yang tertarik tarik sejak tadi.
"bagaimana aku bisa meninggalkanmu saat kau membutuhkanku, seperti dulu aku membutuhkanmu dan kau tidak pergi" Joana memandang wajah damai Jo dari posisinya saat ini
"aku sudah menganggapmu kakak kandungku sendiri" Joana tersenyum mengusap kepala Jo sayang
"kau sudah membawanya?" terdengar suara Sora yang masuk ke ruangan dan dibelakangnya disusul Jean yang membawa beberapa kantong belanja juga sama dengan Sora
"oh kau sudah bangun ternyata" Jean mendekat untuk memastikan Joana sudah tidak demam meski terlihat sangat pucat
"kenapa bisa disini" Sora menunjuk Jo yang sedang tidur
"lelah" Joana tersenyum lalu menunjuk rambutnya yang tadi dikepang oleh Jo
"dia melakukan itu?" tanya Sora terkejut
"apa ada yang salah?" tanya Jean yang bingung dengan keterkejutan Sora karna setahunya Jo memang bisa mengepang rambut karna dulu dirinya yang mengajarinya
"tidak" Sora menjawab dengan datar
Joana hanya bisa menggeleng jika sudah mendapati Sora dan Jean berdebat. Joana memandangi kakaknya yang masih terlelap hampir 1 setengah jam.
"sayang, aku beli kue ini kau mau?" Jean menyodorkan kue matcha ditangannya
"yang lain rasa beri, bukankah kau alergi?" Joana menoleh ketika Jean mengatakan dirinya alergi beri, seingatnya tidak ada yang tau selain kakaknya jika dirinya alergi beri. Kakaknya tahu karna tahun lalu dirinya tidak sengaja memakan kue rasa beri lalu sesak nafas.
"benarkah?" celetuk Sora
"kau tau darimana?" tanya Joana yang masih terkejut
"kau benar, darimana aku tahu?" jawab Jean yang juga bingung bagaimana dirinya bisa tahu jika Joana alergi beri.
"karna aku mencintaimu mungkin" jawab Jean lagi untuk menghilangkan rasa keterkejutan Joana
"oiya Rain, Manu sebentar lagi datang" kata Sora
"tidak boleh" Jean menatap Sora tidak suka saat mendengar nama Manu
"dia sudah naik ke lantai ini, lagipula kau siapa bodoh melarang teman Rain ingin menjenguk" ucap Sora mengejek
Joana kembali menggeleng mendengar Jean dan Sora berdebat dan saling ejek, hingga suara ketukan pintu terdengar dan pintu terbuka menampakkan Manu yang masuk dengan menenteng 2 kantong belanja penuh dengan snack
"Rain manisku kau sakit ya" Manu masih belum menyadari keberadaan Jean yang duduk di brankar Jo dan Jo yang entah sejak kapan sudah membuka matanya tanpa sepengetahuan Joana
"jangan dekat dekat!" perintah Jo dan Jean bersamaan saat Manu akan memeluk Joana
"astaga, ada kalian kenapa aku tidak menyadarinya" Manu memundurkan badannya dengan senyum kecut
"lhoh sudah bangun" Joana menoleh saat menyadari tangan Jo yang sudah menghalangi Manu begitu juga Jean
"emm" Jo menyandarkan kepalanya pada bahu Joana dan mengucek matanya sambil menguap
"kau tidak lihat ada kekasihnya disini" vibir Jean yang kini sudah duduk di kursi samping brankar Joana dan menodongkan jari telunjuknya pada Manu
"hei sudahlah kan Manu sudah duduk di kursi itu" Joana menurunkan tangan Jean yang menunjuk Manu kemudian menahannya di atas pahanya yang membuat Jo mengamuk lalu memukul tangan Jean dengan sengaja
"heh"
"ini" Sora menyodorkan snack pisang kesukaan Joana lalu duduk di brankar Joana juga hingga membuat Jean menatapnya datar
"kenapa kau duduk disitu" Jean mengatakannya dengan ketus hingga memicu Sora yang kini sudah ancang ancang ingin melemparkan coklat ditangannya
"kenapa kau membentaknya" bukan Joana namun Jo kini melirik Jean sengit hingga membuat Joana dengan segera menjauhkan kepala Jean agar tidak kena pukul tangan Jo yang sudah akan melayang ke kepala Jean
"sudah sudah" lerai Joana sambil mengusap lengan Jean agar tidak bertengkar
"kau" Jean melotot kearah Jo yang menatapnya sinis meski masih menyenderkan kepalanya pada bahu Joana
Merasa lelah, Joana menghela nafas pasrah saat Jo, Jean, Sora dan Manu yang masih saja saling menatap horor menghela nafasnya
"Manu bisa tolong ambilkan minum di belakangmu, aku haus" Joana mengisyaratkan bahwa Jean dan Jo yang terus menempel padanya meski saling menatap tidak suka
"ini" Manu menyodorkan minum pada Joana lengkap dengan sedotannya juga, lalu Joana menyodorkan botolnya dan sedotan yang masih di segel pada Jo dan Jean
"Sora terima kasih ya, maaf merepotkan" kata Joana pada Sora yang kini sudah menatapnya karna sejak tadi menatap Jean dan Jo jengah
"Kau membuatku jantungan saat kak White menelponku sambil menangis hahah" jawab Sora renyah
"Manu sampai repot repot menjenguk" Manu yang sejak tadi menatap Jean dan Jo beralih menatap Joana lalu tertawa
"dia bukan datang untuk menjenguk" kata Sora
"lalu?" tanya Joana yang kini menerima sodoran air minum dan sedotan dafi Jo dan Jean lalu meminumnya
"aku datang ingin memeberi kalian ini" Manu mengeluarkan beberapa tiket pameran seni dari saku jaketnya
Berbeda dengan Joana yang menaikkan alisnya, Jean mengambil tiketnya dari tangan Manu "Hazel?" baca Jean lalu Jo yang mendengar nama Hazel pun lansung ikut mengambil tiket nya "kau dapat darimana?" Sora ikut menatap Manu meminta jawaban "kakakku" Sora ikut membaca tiketnya saat Manu mengatakan mendapatkan dari kakaknya.
Jo terus menatap tulisan nama Hazel, nama yang selalu dirinya cari selama ini. Jo menatapnya tajam "kau yakin ini benar benar Hazel?" tanya Jo pada Manu yang diikuti Jean dan Sora yang juga menatapnya
"memang begitu kan, kenapa?" tanya Manu kembali
"tidak ada yang tau keberadaan Hazel dan lukisan terakhirnya" Manu yang mendengar langsung mendelik terkejut
"apa?"
"Hazel menghilang 3 tahun yang lalu" ucap Jo yang masih membolak balik tiket ditangannya
"dengan lukisan terakhirnya" tambah Jean
Sora dan Manu yang mendengar itu lantas saling pandang penuh pertanyaan, pasalnya dirinya dan Sora pernah mendengar nama Hazel tahun lalu saat kelas 1 SMA
"tidak mungkin" protes Sora
"kami bahkan mengikuti akun media sosialnya" Manu menunjukkan akun media sosial Hazel pada Jo dan Jean
"apakah Hazel seniman terkenal?" tanya Sora
"sangat! di kalangan kami lukisan mau karya milik Hazel adalah yang paling kami cari" jelas Jo
"ayahku bahkan sampai saat ini masih mencari" jelas Jean
"lukisan Hazel akan muncul pada acara lelang untuk kegiatan sosial saja" Jo menjelaskan, karna setahunya lukisan maupun hasil karya seni lain Hazel hanya muncul di saat saat tertentu seperti acara lelang yang hasilnya akan di donasikan untuk penderita kanker hingga acara nasional dimana hasilnya akan diberikan pada yang membutuhkan.
"jadi tidak sembarang orang bisa melihat karyanya?" tanya Manu dan Sora
"kalian kan sering ikut acara begitu" tanya Sora lagi
"Jo memilikinya di rumah" jawab Jean menyerahkan kembali tiket ditangannya pada Manu
Jean mengambil kue ditangan Joana lalu memakannya "enak" katanya kemudian mengusap puncak kepala Joana
"kapan aku bisa pulang?" pertanyaan Joana membuat topik semula teralihkan
"besok" jawab Jo
"tidak boleh hari ini?" tanya Joana lagi
"kau bosan disini?" tanya Jo yang kini turun dari brankar
"hati hati" ucap Joana saat melihat selang infus yang tersangkut sedang dirapikan oleh Sora
"hmm" Sora yang masih memegangi selang infus dan membantu Jo yang akan ke kamar mandi
"Sora maaf merepotkan" ucap Joana yang melihat kakaknya tampak mengisyaratkan pada Sora untuk membantunya namun tanpa mengucapkan kata 'tolong'
"aku sudah mulai terbiasa hahaha" Sora bahkan membantu Jo membersihkan mukanya dengan membantu menyekanya
Semua tidak luput dari mata Manu yang terus melihat perlakuan Sora pada Jo, Sora baginya tetap Sora teman kecilnya yang luar dalamnya sudah ia pahami. Meski suka penasaran dengan apa yang terjadi pada orang lain, namun Sora bukanlah tipe orang yang akan menyebarkan kehidupan orang lain bahkan ikut campur. Manu menyadari bahwa Sora teman kecilnya sekarang sudah dewasa, Sora yang dahulu kekanakan sudah bisa bersikap dewasa meski semakin tertutup padanya. Bagi Manu asalkan Sora bahagia akan dirinya lakukan untuk Sora termasuk memendam perasaannya bertahun tahun agar tidak membuat Sora kehilangan teman atau mungkin agar dirinya yang tidak kehilangan Sora nya.
"Manu" panggil Joana
"ya?" Manu menoleh pada Joana
"kau tak apa?" tanya Joana pada Manu yang sedari tadi memperhatikan Sora
Baik Joana maupun Jean sama sama menyadari jika Manu menyimpan rasa pada Sora terlebih dimana ada Sora pasti ada Manu. Manu selalu menemani Sora kemanapun.
"memangnya aku kenapa?" tanya Manu
"Sora beli kue ini, kau tidak makan?" tanya Joana lagi menyodorkan kue
"oh ya" Manu mengambilnya sepotong lalu memakannya
Keesokan harinya Joana sudah boleh pulang oleh dokter, lebih tepatnya oleh Jo. Joana menunggu Jo mengemasi barang bawaan. Jo melarangnya melakukan apapun dengan alasan baru saja sembuh. Joana memandangi punggung Jo yang sibuk kesana kemari.
"kak" panggil Joana
"hmm" Jo menoleh ke arah Joana yang kini duduk
"peluk" Jo tersenyum lalu merentangkan kedua tangannya lebar lebar menyambut Joana
"aku janji tidak akan melakukan sesuatu yang membuatmu kesulitan, jadi apa boleh aku menjadi adikmu?" Joana menatap Jo menunggu jawaban apa yang akan dikeluarkan Jo.
"apa maksutmu? tentu saja, sampai kapanpun kau adalah adikku apapun yang terjadi" Jo merasakan bahwa Joana sedang dalam suasana hati yang berubah ubah saat ini, meski sangat ingin tau maksut perkataan adiknya Jo memilih diam terlebih dahulu menunggu hingga waktunya tiba adiknya akan mengatakan semuanya
"katakan padaku dulu jika kau sudah tidak mengiingkanku, aku janji akan pergi" Jo tidak membalasnya namun hanya mengusap punggung Joana baginya tidak ada alasan baginya untuk tidak mengiinginkan adiknya selalu di sampingnya bahkan menyuruhnya pergi, hal yang tidak akan dirinya katakan lagi setelah waktu itu.
"aku sungguh menyayangimu" katanya
"aku juga menyayangimu Na, kau adikku satu satunya, bagaimana jika kita pulang sekarang?" Jo mengajak Joana pulang karna Jean sudah menunggu di parkiran mobil
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments