Hitam Putih

Jean memandangi lukisan Hazel, lukisan terakhir milik Hazel yang akan di lelang. Jean menyimpannya dengan rapi bahkan di letakkan di dalam ruangan khusus. Jean menyentuh lukisan itu mengingat kembali kenangannya bersama Hazel.

"Jian benar jika aku tidak terlalu mengenalmu"

Jean sadar jika selama ini tidak terlalu mengenal Hazel, bahkan dirinya juga tidak tahu asal usul Hazel. Jean hanya tahu Hazel adalah pelukis. Jean memijit kepalanya pusing dengan hal hal yang terjadi belakangan ini. Melirik buku album yang ia temukan di ruang kerja ayahnya tempo hari, Jean membukanya satu demi persatu halaman album. Jean berniat untuk mencari foto dirinya dan ibunya karna beberapa hari yang lalu entah bagaimana tidak ada dikamarnya.

"panti asuhan?"

Jean mengeluarkan sebuah foto dimana dirinya dan ibunya berdiri di depan sebuah panti asuhan. Jean memasukkan kembali kedalam album lalu melihat kehalaman selanjutnya ada foto dirinya, Jian, Han dan Jo juga di tempat yang sama dan setelah memperhatikan kembali ada seorang anak perempuan berdiri dibalik pohon dengan pakaian lusuh dan tanpa alas kaki seperti sedang mengintip. Di sebelah nya ada foto ayahnya dan ibu Jo menggendong bayi perempuan di depan sebuah gereja.

Ditempat lain, Joana sedang berdiri di sebuah toko alat lukis. Joana berdiri tepat di kumpulan cat warna yang dipajang dietalase. Joana membaca satu persatu tulisan yang tertera di masing masing cat warna 'biru, hijau, merah, kuning, hitam, putih, ungu, dari banyak warna disini aku hanya tau putih, abu abu dan merah' batinnya. Joana memutuskan untuk membeli cat warna putih, hitam, dan merah seperti biasanya. Joana berpindah ke etalase dimana macam macam merk pensil dan barang barang lainnya untuk keperluan melukis. Setelah dirasa cukup, Joana mengantre di kasir untuk membayarnya. Beberapa orang melihatnya dengan aneh karna menggunakan pakaian sangat tertutup seperti musim dingin. Joana memilih tidak memikirkannya dan melangkahkan kakinya maju ke bagian kasir untuk membayar agar bisa langsung pulang. Ketika keluar toko alat tulis Joana merasa jika diluar benar benar gelap, Joana mengeluarkan ponselnya dan membaca notifikasi cuaca di ponselnya menunjukkan jika hari akan hujan. Untung saja Joana membawa payung di tasnya, Joana mengeluarkan payung dan tongkatnya. 'syukurlah aku tidak lupa' Joana menegakkan tongkatnya untuk menunjukkan jalan.

"ibu lihat, kakak itu berjalan dengan tongkat seperti orang buta" ucap seorang anak

"hei jangan begitu, tidak baik mengatakan sesuatu yang akan menyinggungnya cepat minta maaf" kata ibu ibi di sebelahnya

"maaf ya nak" ucap ibu ibu itu lagi

Sambil terkekeh Joana menjawab "tidak apa apa bu, saya memang buta" Joana kembali melangkahkan kakinya, baginya kejadian seperti tadi sudah biasa. Dirinya akan menjawab jika dirinya memang buta. Sebenarnya dulu dirinya tidaklah buta warna, dirinya bisa melihat beberapa warna dengan baik. Namun karna kejadian di panti saat itu menyebabkan dirinya tidak bisa mengenali warna. Joana mengenali warna hanya lewat buku bergambar anak anak, karna selalu dikurung dikamar membuatnya tidak bisa melihat secara langsung warna warna yang berada diluaran sana seperti biru langit, biru laut, hijau daun, coklat pohon. Hingga tiba tiba paman datang dan menyiksanya dan melukai matanya, membuatnya seketika tidak bisa melihat dan dibawa ke rumah sakit oleh seseorang yang akhirnya mengangkatnya jadi anak perempuannya. Joana bisa melihat lagi.

Meski begitu tidak ada yang mengenalkannya warna. Semua ia pelajari lewat buku. Lalu saat kematian ibu angkatnya terjadi, beberapa hari kemudian dirinya hanya melihat warna putih dan abu abu saja. Dunianya berubah menjadi putih abu abu dalam sekejap. Bahkan membuatnya kesulitan melihat jika sekelilingnya gelap. Suatu ketika saat listrik padam, sambil menunggu paman teknisi membetulkan aliran listrik, ayahnya mengajaknya keluar ke taman belakang. Karna minim penerangan juga meski banyak bintang, mata Joana tidak bisa melihat dengan jelas. Pandangannya gelap hanya berwarna hitam dan abu abu gelap hingga membuatnya terjatuh. Kejadian berulang saat di lingkungan yang remang remang atau gelap.

flashback on

"aku akan dirumah saja ayah" ucap Joana saat ayahnya mengajak berkemah bersama dengan Jo

"Joana, tapi..." ayahnya mencoba membujuknya

"aku akan ikut lain kali" kata Joana lalu kembali masuk ke kamarnya, Joana menolak bukan karena tidak ingin atau karna Jo akan membencinya jika dirinya ikut. Namun dirinya cukup tahu diri jika kehadirannya akan menghambat acara berkemah karna akan menginap di tenda hingga keesokan harinya yang artinya dirinya akan kesulitan jika berada di hutan yang gelap jika malam hari.

Joana sangat ingin berkemah juga seperti anak anak lain. Namun untuk melihat langit malam saja dirinya belum tentu bisa, jadi Joana mengurungkan niatnya.

flashback off

Karena keterbatasan fisik Joana, kesehariannya pun ikut terbatas. Beresiko jika keluar malam atau berada diruangan yang gelap. Joana tidak bisa melihat dengan jelas karna semuanya hanya terlihat hitam putih dimatanya. Joana bahkan pernah terperosok ke lubang ketika berjalan sendirian saat hari mulai gelap. Dirinya juga harus terus berbohong pada ayahnya jika diajak untuk keluar. Kesulitan juga terjadi pada Joana ketika melukis. Joana sering ragu saat akan membubuhkan warna pada lukisannya, namun seakan Tuhan berada di pihaknya Joana memiliki insting yang kuat pada cat warna. Tidak ada yang tau jika Joana buta warna kecuali ayahnya. Saat ayahnya membawanya ke rumah sakit untuk memeriksakan matanya, dokter bilang kebutaan warna pada Joana terjadi karna 2 sebab, karna keturunan atau mungkin kecelakaan. Ayah menjelaskan pada Joana jika buta warna nya bisa saja karna 2 hal itu mengingat ibunya juga menderita buta warna Titanopia, kondisi  dimana penderita kesulitan membedakan warna biru dan kuning. Namun tidak menutup kemungkinan jika karena kecelakaan karna ayah tidak mengetahui apakah dulu sebelum mengangkat Joana sebagai anak Joana pernah terlibat kecelakaan yang ayahnya tidak ketahui.

flashback on

Setelah kematian ibunya, buta warna pada matanya semakin parah hingga menyebabkannya hanya bisa melihat hitam, putih dan abu abu saja. Tanpa sepengetahuan ayah dan kakaknya, Joana memberanikan diri untuk ke rumah sakit memerikasakan matanya kembali. Dan dokternya mengatakan jika dirinya menderita Rod monochromacy (typical) ,jenis buta warna yang sangat jarang terjadi. Jenis buta warna ini disebabkan karena ketidakmampuan mata dalam membedakan warna sebagai akibat dari tidak berfungsinya semua cones retina. Penderita rod monochromacy tidak mampu dalam membedakan warna sehingga penderita hanya mampu melihat hitam, putih dan abu-abu. Dunianya mendadak runtuh saat dokter menjelaskan kondisi matanya. Joana pulang dengan perasaan hancur yang sulit dijabarkan dengan kata kata. Setibanya di rumah dan memasuki kamarnya, Joana menatap lukisannya yang belum selesai dan menghela nafasnya. Satu satunya kegiatan yang bisa membuatnya melupakan semua kepahitan dihidupnya dalam sekejap menjadi sesuatu yang ingin ia hindari. Joana ingin sekali marah untuk meluapkan kekecewaannya dan kesedihannya namun tidak bisa. Tenaganya bahkan tidak cukup untuk meluapkan emosinya. Joana memilih untuk menyimpan lukisannya dan semua yang berbau seni lukis ke dalam lemari yang ada di gudang penyimpanan. Joana memutuskan mengubur mimpinya. Sejak itu pula membuatnya menjadi pribadi yang diam dan dingin, memilih menutup diri dari sekitar. Joana bahkan tidak mengatakannya pada ayahnya perihal kondisi matanya saat itu seolah olah tidak ada yang terjadi. Joana menyimpan dunia hitam putihnya dan menutupnya rapat rapat hingga tidak ada yang mengetahuinya.

flasback off

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!