Joana menatap langit biru, semilir angi menerpa wajahnya. Joana melihat sekelilingnya hamparan rumput hijau terlihat menari nari karna tertiup angin. Joana merebahkan tubuhnya merasakan rumput yang menggelitik kulitnya. Memejamkan matanya merasakan hembusan angin, samar samar gemericik air terdengar di telinganya. Joana kembali membuka matanya menatap langit biru dan awan tipis tipis seakan berjalan. "jadi seperti itu warna biru" gumamnya masih terus melihat langir biru dihadapannya, tangannya perlahan menyentuh rerumputan disekitarnya merabanya perlahan merasakan embun yang menempel di rumput. "ah seperti mimpi" Joana menoleh ke sumber suara yang sejak tadi terdengar di telinganya, Joana bisa melihat kakaknya yang tersenyum kearahnya dan melambaikan tangannya. "disini aku bisa mendengar suaranya meski jaraknya jauh" Joana tersenyum melihat kakaknya dan membalas lambaian tangannya kemudian menyusul kakaknya. Joana berdiri membersihkan tanah yang menempel di celananya, tanpa sengaja merasakan kalungnya terlepas dari lehernya. "lhoh kalungku" Joana menoleh kembali kebelakang mencari kalungnya bahkan menyusuri kembali jalan setapak yang ia lewati tadi, hingga sampailah di tepi sungai terlihat kilauan di dekat bebatuan. Saat ia akan mengambilnya kakaknya menghampirinya "ayo pulang, kau sudah terlalu lama disini" ucapnya membuat Joana mengurungkan niatnya melihat kearah kilauan di dekat bebatuan tadi. "kau tidak akan meninggalkanku dengan menetap disini kan Na" katanya lagi membuat Joana teringat janji mereka untuk tidak saling meninggalkan satu sama lain. Joana menerima uluran tangan kakaknya lalu terdengar suara seorang anak "Joan" membuat Joana menghentikan langkahnya
"kau" tunjuknya
"sudah saatnya kau kembali, kau sudah terlalu lama disini" katanya membuat Joana sedih
"belum saatnya kau disini" katanya lagi membuat Joana melepaskan genggaman tangan Jo begitu saja dan berlari ke arah anak itu
"kenapa? kau juga membenciku?" kata Joana
"kita harus melindungi mereka, itu kewajiban kita" kata anak itu membuat Joana menggeleng tidak setuju
"kita seharusnya tidak ada, dengan kita berada jauh dari mereka membuat mereka aman" Joana berusaha meyakinkan
"tidak, kita harus berada didekat mereka agar bisa mencegah semuanya" kata anak itu
"tapi aku lelah, lagipula mereka juga yang meminta bukan" Joana terduduk, air matanya mulai turun mengingat bagaimana dirinya menerima semua perlakuan tidak adil di hidupnya
"aku senang berada disini, aku bisa hidup bebas semauku, aku bisa bebas manangis dan tertawa disini aku juga bisa melihat langit biru bahkan pelangi disini" Joana benar benar tidak ingin pergi dan tidak ingin melepaskan semua kesempatan yang didapatnya beberapa hari ini
"kau tidak merindukan Jo dan Jean?" seseorang datang kearahnya
"tentu saja aku merindukan mereka, tapi mereka ......" kata Joana mengingat gengaman tangannya pada Jo selalu terlepas saat dirinya semakin menggenggamnya
"apa benar memang begitu?jika dia tidak kau kembali lalu kenapa dia terus menunggumu dan mengajakmu untuk pulang" pertanyaan itu membuat Joana menoleh kearah Jo yang sudah menunggunya, hatinya mengatakan untuk kembali namun otaknya tidak
"tapi...." Joana bimbang namun kebimbangannya menghilang saat melihat kakaknya menatapnya dengan senyuman
"kau benar, jika dia membenciku dia tidak mungkin terus mengajakku pulang dan menggenggam tangaku" Joana mencoba memantabkan hatinya untuk ikut kakaknya ke arah cahaya di balik tubuhnya
"aku tidak boleh egois dan melupakan tujuan awalku" Joana melangkahkan kakinya meninggalkan dua orang di belakangnya, Joana terus melangkahkan kakinya berjalan dengan Jo yang menggenggam erat tangannya hingga melewati cahaya terang itu.
Samar samar dirinya melihat seseorang yang dirindukannya selain Jo sedang tertidur di sofa dihadapannya. "kau sudah sadar" suara yang paling familiar di telinganya membuatnya menoleh, dilihatnya Jo yang baru masuk membawa botol air minum ditangannya. Tampilannya sangat berbeda dari biasanya kemeja yang biasanya rapi kini terlihat berantakan, rambut yang biasanya terlihat rapi pun kini terlihat berantakan dan sedikit panjang, tubuhnya terlihat lebih kurus dari biasanya dan wajahnya yang terlihat lelah, meski begitu kesan sexy dan ketampanannya masih terlihat.
"aku akan panggil dokter" kata seseorang yang tertidur di sofa, tampilannya gampir sama dengan kakaknya bahkan lebih
Setelah kepergian dokter yang memeriksa kondisi Joana, Jo pun pamit karna menerima panggilan di poselnya mendadak membuatnya harusbsegera tiba di kantornya. Joana kini hanya berdua dengan Jean yang sedari tadi duduk memperhatikan gerak geriknya. Joana merasakan tubuhnya benar benar pegal di semua bagian, tangannya bergerak mengintip bagian tubuhnya yang tertutup selimut karna merasa lembab. Dan benar saja bajunya sudah basah karna darah pada luka telah merembes keluar karna tubuhnya yang sedari tadi bergerak kesana kemari hingga menyebabkan jahitan lukanya terbuka. Joana mencoba meraih tombol panggilan ke perawat yang ada di atas kepalanya.
"kenapa" Jean yang sedari tadi mengawasi sudah berdiri di sampingnya
"basah, aku akan memanggil perawat" tangannya terhenti ketika Jean meraih selimutnya dan menariknya kebawah hingga menampakkan noda darah yang sudah mengenai bajunya dan sprei.
"lukanya....aku akan memanggil" Jean sudah melangkahkan kakinya namun terhenti saat Joana berhasil menekan tombol dan menarik lengan Jean menahannya.
Tak lama perawat dan dokter pun datang. Dokter mengatakan bahwa Joana terlalu sering bergerak sehingga jahitannya terbuka sehingga dokter menyarankannya untuk lebih berhati hati. Jean mendengarkan semua saran dokter dengan serius bahkan mengantar dokter dan perawat keluar ruangan setelah selesai menangani luka Joana.
"apa sakit?" meski ada perubahan sikap namun raut khawatirnya masih sama seperti biasanya
"tidak sakit, kau tidak pulang?" tanya Joana
"ya setelah ini" jawabnya
"aku sudah baik baik saja" Joana meraih ponsel yang sedari tadi ada di sampingnya, mengetikkan sebuah nama berniat mengirim pesan pada pemilik nomor ponsel
"apa yang kau lakukan?" tanya Jean yang masih duduk menatap Joana yang sibuk dengan ponselnya
"aku tiba tiba teringat tugas milik Sora dan Manu, harusnya dikumpulkan" Joana masih tetap sibuk mengetik di ponselnya
"kupikir Jo sudah mengurus itu" Jean beranjak dari duduknya mengambil jaketnya di sofa mengambil ponsel yang ia simpan di saku jaket
"kakak mungkin tidak tahu dimana letak sketsanya kusimpan" mendengar Joana membuat Jean menghentikan gerakannya
"sekarang tanggal berapa?" tanya Joana tiba tiba
*******
Jean menahan nafas saat Joana menanyakan tanggal padanya. Joana sadar kembali setelah sebulan lamanya terbaring di rumah sakit dengan berbagai selang menempel di tubuhnya yang penuh dengan luka, bahkan hingga 2 jam sebelum sadar kondisi Joana juga semakin kritis karna luka tusukan di perutnya dan patah di bagian rusuknya sehingga melukai bagian organ dalamnya, bahkan luka nya juga semakin nanar sesekali merembes saat Joana mrngalami kejang.
"12....." belum selesai menjawab, Joana terlihat terkejut dan menjatuhkan ponselnya
"berapa lama aku disini?" Joana menoleh ke arahnya
Jean benar benar kesulitan menjawab ketika Joana menatapnya. Perasaannya tidak bisa di jabarkan saat ini. Melihat Joana yang sadar bahkan setelah dokter mengatakan jika kondisinya sangat sangat kritis membuat pikirannya tidak jernih karna masih belum percaya jika Joana yang kini menatapnya setelah sadarkan diri beberapa jam yang lalu dan bahkan kini sudah duduk menyandarkan punggungnya seperti tidak terjadi apa apa meski beberapa menit yang lalu lukanya kembali terbuka. Bedanya adalah jika beberapa hari yang lalu karna beberapa kali kejang sehingga tubuhnya berkali kali bergerak hingga jahitannya terbuka namun saat ini luka jahitnya terbuka karna bergerak saat keadaan sadar.
"sepertinya benar jika aku terbaring disini lama" Joana tidak lagi menatapnya dengan penuh tanya seperti tadi
suara ketukan pintu tiba tiba terdengar, menampakkan 2 orang laki laki dewasa. Berbeda dengan reaksi Joana yang kebingungan, Jean menampakkan reaksi yang berbeda dan mempersilahkan 2 orang laki laki itu masuk dan duduk di kursi. Jean berangsur mundur ketika 2 orang itu mendekat ke arah Joana menanyakan sesuatu. Namun diluar dugaan Joana terlihat panik saat mengetahui 2 orang tersebut dari kepolisian. Joana terlihat berusaha terus menggeser tubuhnya dan tangannya mulai gemetar. Jean yang melihat itu pun kembali mendekat dan meraih tangan Joana menggenggamnya memberi kekuatan. Jean terus berada di dekatnya hingga 2 orang itu menyudahi pertanyaannya karna kondisinya dan pergi.
"kau baik baik saja?" Joana mengangguk pelan
Jean merasa aneh dengan jawaban Joana yang mengatakan pada polisi bahwa ruangan dimana dirinya ditemukan gelap sehingga dirinya tidak dapan melihat apa warna sepatu yang digunakan pelaku, selain itu Joana juga tidak mengatakan jika Suji pelakunya, entah apa yang dipikirkan Jean saat ini namun dirinya sungguh penasaran dengan perempuan dihadapannya kini.
"Jo mungkin akan menyuruhmu home schooling lagi" kata Jean
Joana terlihat gusar saat mendengar kata home schooling, jemarinya memilin selimut berulang kali. Jean mencoba menghubungi Jo namun tidak diangkat.
"maafkan aku tidak menemanimu saat polisi datang" sebuah suara mengejutkan Joana dan Jean
"bagaimana? mereka mengatakan apa?" Jean yang mengetahui suara itu adalah Jo pun menoleh
"kupikir bukan saatnya" Jean membisikkan ke telinga Jo pelan. Jo yang paham pun mendekat dan menanyakan hal lain.
"perbannya diganti ya?" Jo menyentuh perban di perut Joana
"aku pulang dulu kalau begitu" Jean memutuskan pamit pulang karna ingin memberikan waktu untuk kakak beradik di hadapannya.
*****
Jo sibuk merapikan tempat tidur Joana dan mengeluarkan beberapa makanan yang ia bawa tadi.
"kakak" panggil Joana
"tidak apa jika tidak mengingatnya, atau kau ingin melupakannya, yang penting kau sudah sadar" Jo mencoba menenangkan Joana
"aku seharusnya menurutimu untuk home schooling saja" sesal Jo yang kini memeluk Joana
"aku baik baik saja sekarang"
"kukira kau akan meninggalkanku karna hingga sebulan kau tidak bangun" Joana yang mendengarpun menghentikan gerakan tangannya mengusap punggung Jo
Jo menceritakan bagaimana dirinya menemukannya di gudang sekolah yang tergeletak penuh luka dan dalam keadaan yang mengenaskan dengan seragam yang robek, rambut berantakan bahkan darah ditubuhnya. Dan Joana menyadari jika dirinya tidak sadarkan diri hampir sebulan, pantas saja Jean terlihat bingung menjelaskan saat Joana menanyakan tanggal dan tugas sekolahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Dewi Widowati
selamat ya tikaku sayang
2023-01-13
2