Kyle

Jo menatap punggung adiknya dari tempat duduknya. Adiknya sedang mengantre ice cream vanila. 3 hari yang lalu menjanjikan adiknya tiket ke taman hiburan karna nilainya yang bagus, meski peringkatnya dibawah Sora kali ini. Untuk pertama kalinya adiknya merengek ingin pergi ke taman hiburan dengan Sora sebagai hadiah kenaikan kelasnya. Tentu saja Sora juga ikut, hubungan adiknya dengan Sora seperti roller coaster. Sebentar akur sebentar lagi menjadi musuh. Adiknya yang selama ini selalu bersikap dewasa, sekarang berubah sesuai umurnya. Meski sekarang sudah kelas 3 namun pada dasarnya umurnya masih anak SMP. Jika disaat umur SD anak lain akan sibuk bermain, membeli mainan, manja, adiknya ini baru mengalaminya saat ini. Entah sebuah kemajuan atau kemunduran yang penting adalah adiknya bahagia. Adiknya yang biasanya memasang wajah dingin dan datar, sikap yang kaku namun sekarang ini sungguh seperti adik pada umumnya yang manja. Kata Sora adiknya itu semakin dingin jika di sekolah meski perlahan banyak murid yang mulai mendekatinya bahkan adik kelas. Suji dan yang lainnya juga sudah tidak mengganggu adiknya lagi. Meski terasa janggal dengan perubahan adiknya, Jo tidak ingin ambil pusing.

"ratu es itu bisa tertawa seperti itu" ucap Sora yang duduk di sebelah Jo

"kau tahu? ini pertama kalinya Nana ke tempat seperti ini" kata Jo yang masih menatap adiknya dari kejauhan dengan senyum terpana

"pertama kali?" tanya Sora tidak percaya

Jo melihat Sora yang terkejutpun tertawa

"kuharap kau tidak meledeknya" kekeh Jo

"kak, dapat" Jo bisa melihat adiknya kini berlari ketempat nya duduk dengan peluh di dahinya

"kenapa lari? bagaimana jika jatuh" Jo berdiri menghampiri adiknya diikuti oleh Sora

"setelah ini ayo makan" katanya yang menghiraukan omelan Jo

"mau makan dimana?" tanya Jo merapikan rambut adiknya yang semakin berjatuhan terlepas dari ikat rambutnya

"di sungai Han" ucapnya berjalan begitu saja berlari

Jo sedang membuka bagian belakang mobilnya dan betapa terkejutnya melihat yang ada di depan matanya saat ini. Keranjang piknik dan beberapa minuman dingin. Seingatnya dirinya tidak menyiapkan apapun di mobilnya. Jo menatap adiknya yang kini memasang kursi lipat dan menurunkan beberapa selimut karna hari sudah semakin sore dan angin bertiup sedikit lebih kencang dari sebelumnya siang tadi.

"Sora kau tidak ikut bimbingan belajar, tapi kenapa bisa peringkat 1?" pertanyaan random dari Joana membuat Sora mengerutkan dahinya

"aku dapat bimbingan secara gratis karna bekerja di sana" jawab Joana yang membuat Jo menatap adiknya itu dengan serius meminta penjelasan

"kau bekerja diam diam dibelakangku?"

Joana mengangguk polos dengan mulut terus mengunyah potongan apel di tangan Jo.

"Sora juga bekerja paruh waktu di restoran bibi Hani" jawab Joana kemudian

"aku kan membantu disana"

"sebenarnya apa lagi yang kau sembunyikan dariku?" tanya Jo penasaran karna adiknya selalu menyimpan banyak rahasia

"jika kau bekerja, bagaimana kau bisa mahir dalam beberapa hal, bukankah waktumu habis untuk paruh waktumu?" kali ini Sora sungguh akan menanyakan semua yang ada di benaknya tentang semua rahasia Joana yang banyak dan Jo menyutujui itu dengan ikut menanyakannya pada adiknya

"dalam hal apa maksudmu?" tanya Joana dengan wajah polosnya

"berenang?"

Joana tampak menimbang sesuatu "oh itu aku belajar bersama kak Jo"

Jo yang mendengar itu mengerutkan keningnya

"menembak?" tanya Sora lagi

"aku belajar dari kak Jo" jawab Joana santai

Sora menyudahi pertanyaannya hingga membuat Joana tertawa, bahkan Jo yang tadinya penasaran dengan jawaban adiknua pun kini ikut tertawa ketika melihat Sora memalingkan wajahnya kesal.

*****

Jean sudah hampir sejam menunggu di cafe. Jean memiliki janji bertemu dengan Joana membahas rencana perjodohan mereka. Meski belum diadakan pertemuan keluarga namun membuat hari hari yang dilewati Jean sedikit terganggu. Semenjak kejadian menjelang kelulusannya tahun lalu, entah alasan apa sebenarnya ia mulai tidak menyukai Joana. Bepikir bahwa Joana mengetahui semuanya tentang Hazel sedangkan dirinya, entah perasaan iri karna Joana lebih mengenal Hazel dibanding dirinya atau perasaan curiga jika Joana bersangkutan dengan kepergian Hazel. Baru saja ia menghubungi Joana dan tidak ada 30 menit bahkan hanya 15 menit Joana datang.

"kak, maafkan aku, aku sungguh lupa jika ada janji dengan mu" Joana duduk mengatur nafasnya yang memburu karna berlari

"mana barangnya?" tanya Jean

"barang? oh ya ampun iya barangnya tertinggal, tunggu se..."

BRAAAkKk

Belum selesai Joana menjawab, Jean sudah berdiri dan menggebrak meja dengan wajah marah. Satu tangan Jean yang bebas menarik kerah jaket Joana dengan kasar.

"halo, kak maaf bisa tolong antarkan dompetku ke cafe? iya tertinggal, oke baiklah" Joana hanya meletakkan ponselnya di meja tanpa menyingkirkan cengkeraman tangan Jean pada kerahnya.

"kak Jo akan mengantarnya, tunggu sebentar" kata Joana tenang namun mencoba mengatur nafasnya

Jean melepaskan cengkeramannya dan membiarkan Joana duduk. Tak lama setelah itu Jo datang dengan Sora yang mengikutinya dari belakang dengan tergesa gesa.

"Nana"

"Rain"

Joana dan Jean menoleh ketika Jo dan Sora sudah berdiri di belakang Joana.

"apa yang terjadi, kenapa lari begitu saja kau bahkan tidak membawa ini" Jo menyerahkan dompet dan sebuah benda kecil hitam seperti gantungan kecil berbentuk tabung

"kupikir tidak perlu, kakak juga menjemputku kan"

"Jean"

"White"

Jo dan Sora terkejut menyadari orang yang ditemui Joana setelah menerima panggilan ponsel adalah Jean.

"ini nomor ponselnya, maaf aku tidak memiliki barangnya, kupikir Roy bisa membantumu" Joana menyodorkan kertas kecil bertuliskan nomor ponsel

Jean menatap Joana bingung, sedangkan yang ditatap hanya mengangguk merapikan kerahnya yang berantakan dan menutup jaketnya hingga kelehernya. Lalu menunduk berpamitan

Samar samar Jean bisa mendengar suara kekhawatiran Jo dan Sora.

"sudah hampir gelap, bagaimana jika aku tidak mengikutimu tadi"

"aku akan mengirim pesan padamu"

"lain kali jangan sampai ketinggalan"

Jean melihat dari dalam cafe, Joana yang berjalan dituntun oleh Jo dan Sora. Jean menautkan keningnya merasa ada yang aneh dari cara berjalan Joana.

"apa kakinya terluka? aku kan hanya menarik kerahnya." Jean memilih tidak ambil pusing dan menghubungi nomor yang diberi oleh Joana

****

Jean menghubungi nomor ponsel yang diberikan Joana padanya beberapa hari yang lalu. Awalnya Jean berpikir jika nomor tersebut adalah nomor Roy atau Brad namun diluar dugaan saat dirinya menghubungi nomor tersebut, yang terdengar adalah suara Kyle. Jean terkejut ketika suara Kyle yang menjawab panggilannya. Dan keterkejutannya bertambah ketika dirinya menghubungi nomor tersebut, Kyle yang menjawab panggilannya tepat berada di depan gedung perusahaan milik ayahnya. Jran yang sedang dalam perjalanan untuk menemui Jian pun terkejut ketika mendapati Kyle yang akan masuk ke lobby.

"Kyle?"

"Jean?"

Keduanya sama sama terkejut melihat satu sama lain.

"kau mendapatkan nomor ponselku darimana?" tanya Kyle bingung

"apa yang kau lakukan disini?" tanya Jean

"aku ada janji dengan ayahmu" jawab Kyle melihat ponselnya

"sepertinya dibatalkan" katanya kemudian

Kini keduanya duduk sebuah cafe, baik Jean maupun Kyle beberapa kali mengaduk kopi di cangkir masing masing.

"jadi ada apa kau menghubungiku?" tanya Kyle

"kukira kau sudah tau alasanku menghubungimu" jawab Jean

Kyle tersenyum sinis mendengar jawaban Jean. Seperti sudah mengetahui apa tujuan Jean karna beberapa bulan lalu menyelidiki perusahaannya. Bahkan menyuruh beberapa orang untuk membuntutinya kemanapun.

"aku penasaran apakah kau memang tidak bisa melupakannya karna mencintainya? atau kau terus mencarinya karna kau tidak mengetahui apapun tentangnya bahkan tidak mengingatnya saat ini" Kyle menyelilangkan kakinya dan melipat tangannya di dada

"katakan dimana dia" kata Jean yang terus menatap Kyle tajam

"kenapa kau sibuk mencari sesuatu ketika kau sudah memiliki yang ada saat ini?" tanya Kyle

Jean merasa Kyle mempermainkannya karna terus memutar mutar pertanyaannya.

"kau perlu mengingatnya untuk menemukan apa yang kau cari" kata Kyle kemudian membuat Jean semakin bingung

"apa maksudmu?"

"kupikir pertemuan kita sudah cukup tuan White" kata Kyle pergi begitu saja .

Jean menghela nafasnya, lagi dan lagi dirinya gagal menemukan petunjuk keberadaan Hazel dan seseorang yang membalas Roy. Jean meminum ice americanonya berharap pikirannya kembali jernih

"tuan kami menemukannya"

Jean menoleh ketika sekertarisnya memberinya beberapa foto keberadaan seseorang yang mungkin saja mengetahui keberadaan Hazel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!